Minggu, 23 Desember 2012

Warsaw Lite

Menjelang natal, Warsaw malam jauh lebih bercahaya. Ketika hari gelap mulai jam 15.30-an, lampu-lampu di berbagai tempat mulai menyala, warna-warni, lengkap dengan pohon-pohon cemara raksasa. Di Old Town, di jalan-jalan, di semua mall, bagus banget pokoknya. Berikut adalah sebagian hasil perjuangan kami di Old Town, karena berfoto saat suhu minus belasan itu... beku.

Kamis, 29 November 2012

Warsaw Old Town

Kalau kamu mau berkunjung ke Warsaw, boleh hubungi saya. Pasti saya ajak ke Old Town, atau Stare Miasto dalam bahasa Polandia, wisata sejarah Warsaw abad ke-13 yang jauh lebih menyenangkan dibanding ke museum. Selama Perang Dunia II, hampir seluruh Old Town hancur, tetapi dibangun kembali dengan sangat baik sesuai aslinya sehingga menjadi bagian dari UNESCO World Heritage. Sepanjang tahun, sepanjang hari, Old Town selalu ramai wisatawan, banyak galeri, toko souvenir, kafe, restoran, hingga sinema.

Berikut adalah detail Old Town, sebagian foto diambil dari warsawtour.pl

Senin, 26 November 2012

Kangen Mamaa

Masih tersimpan utuh dalam ingatan; wajah muda Mama, dan saya yang pernah sekecil itu. Dulu saya pasti sangat merepotkan ya? Menguntit Mama setiap hari setiap waktu. Menangis, merengek, memanggil-manggil. Meminta bantuan untuk segala hal sepele. Tak mampu bangun bertumpu dengan kedua kaki sendiri. Apalagi saya susah makan, hanya mau kerupuk dan kembang gula. Ah, kalau saya jadi Mama, betapa lelah dan muak. Tetapi Mama sabar meladeni saya, mengajarkan kebaikan.

Kini waktu sudah bertumbuh. Lama berganti. Saya bahkan telah mampu terbang. Saya punya rumah, keluarga, dan teman-teman. Saya merasa memiliki dunia dan bahagia.

Kelak suatu hari langit mungkin runtuh. Tak menyisakan apa-apa, siapa-siapa. Namun saya percaya Mama tidak akan lepas memeluk saya. Lebih dari doa, cinta sepanjang masa. Di ruang manapun, di waktu kapanpun, saya merasakan Mama. Sejauh apapun saya tidak pernah mengembara sendirian.

Kangen Mamaaa..

ternyata saya ga punya foto berdua Mama

*Melihat Dede, banyak refleksi saya. Namun menjadi Mama, saya terus saja gagal.

Jumat, 16 November 2012

inspirasi

Saya menulis; senang, sedih, marah, menumpahkan lewat kata. Meski tak terbaca, gagal dimengerti. Biar saja, toh curhat saya sudah tuntas berbusabusa. Bahagia saya sudah dibagi, disimpan untuk menghibur kalau saya sedih nanti. Hanya lega. Sama sekali bukan untuk dimuat di Kompas Minggu. Walau, oh, honor satu juta, kapan ya? Hihi.

Papa juga meminta saya tetap menulis. Dan Pea yang sesungguhnya menginspirasi. @vierachmawati.

Sabtu, 10 November 2012

Bukan Jalan ke Surga

Saya punya pisau dapur, bukan pisau daging. Apartemen saya di lantai dasar. Di sini racun serangga tidak dijual bebas, apalagi diazepam. Dengan apa saya bisa mati, yang tidak menyakitkan?

Kesedihan nyatanya telah membunuh jiwa saya pelan-pelan. Saya tidak utuh lagi. Maka saya perlu mati, memutus derita tak berkesudahan ini.

Demi cerita yang dramatis, saya melarikan diri. Pada badai salju. Pada malam paling dingin. Saya sudah memilih taman putih yang sepi. Saya tidak akan ditemukan sampai beberapa hari, setidaknya sampai salju mencair dan bau mayat tercium ke pemukiman.

...

Kemudian. Saya tidak mengira surga. Setelah bunuh diri bukankah harus ke neraka? Lalu bagaimana bisa neraka harum sup wortel, potongan seledri, dan kaldu gurih begini? Saya pun melihat malaikat, wajah kecil yang tersenyum mengantarkan mangkuk. Dua malaikat. Ini benar surga.

Silau matahari mengalir dari jendela dekat kepala saya. Apakah di surga juga ada pagi? Saat burung-burung mampir mencari serpihan roti. Di rumah senyaman ini. Semua barang tertata rapi. Lantainya bersih mengkilap. Tempat tidur dan selimut dakron hangat sekali. Ah, saya tidak mau meninggalkan surga.

Dua malaikat itu terus saja tersenyum. Kini mendekat. Semakin jelas keduanya bercahaya, cinta. Saya sangat ingin memeluknya. Berbagi bahagia. Namun ternyata pergelangan tangan saya sakiit sekali, luka.

...

Sekalipun berimaji, saya tidak ingin bunuh diri.


Kamis, 08 November 2012

tentang ini lagi

Tuhan, maafkan saya. Pada ruang ini saya gagal. Terlalu gelap. Ah, alibi. Sesungguhnya menyerah pada sepi, mengasihani diri sendiri. Saya sudah mengemis pada satu satu etalase. Mereka mengusir saya.

Tuhan, maafkan saya. Menimpakan marah kepada rumah yang tidak pernah bersalah. Mencoba merobohkan cintanya yang bertumbuh, bertahun menjaga saya dalam hangat. Mata saya buta. Betapa Engkau telah menurunkan malaikat di sana. Cukuplah bahagia kami saja.

berbahagia dengan cara kami sendiri

Tuhan, maafkan saya. Mohon jauhkan saya dari kesiasiaan ini. Saya tidak akan lagi meminta dunia mengulurkan tangan. Sayalah yang seharusnya tegar. Saya akan lulus pada ruang ini, pada ujianujian nanti. Sebelum diciptakan kesulitan, bukankah telah diciptakan juga penyelesaiannya?

Tuhan, hanya saya ingin selalu dekat denganMu, dalam damai. Karena ketenangan datang hanya dariMu. *Dan kegalauan adalah karena ketololan saya melupakanMu*

Mulai hari ini bolehkah semuanya kembali baik lagi?

Kamis, 25 Oktober 2012

Wisata Mall di Warsaw

Di Warsaw, ada lebih dari 20 shopping mall. Kenapa banyak? Karena perlu. Karena musim dingin nyatanya lebih dari setengah tahun, maka taman outdoor bukan pilihan. Jadilah berlibur, berjalan-jalan, mencari hiburan ya di mall. Seperti mall pada umumnya, ada banyak toko asli Polandia maupun merk asing; toko pakaian, sepatu, kafe, restoran, bioskop, klub fitnes, dan beberapa menyediakan area permainan untuk anak. Mall biasanya buka setiap hari, sekitar jam 10 pagi sampai jam 10 malam, bahkan pada hari libur nasional mall tetap buka, hanya toko-tokonya tutup, hehe.

Berikut adalah beberapa mall di Warsaw dan alamatnya. Saya sendiri belum mengunjungi semuanya. Saya perlu ke mall untuk belanja mingguan di supermarket, menghemat waktu dan uang. Menurut saya, di mana pun namanya mall ya begitu begitu saja. For women shopping is the best therapy, but if no money, shopping is such a tragedy.

Menjadi Wanita

Kalau kesempurnaan wanita diukur berdasarkan kepandaian berdandan, kerajinan beres-beres, masakan yang enak, dan hobi menjahit, saya pasti harus reinkarnasi. Menjadi pria? Bukan, menjadi botol saja. Argh, sungguh tidak bergunanya saya, wanita gagal! Dan bukannya berusaha lebih giat belajar atau melanjutkan menyetrika, saya malah mengetik ini. Bolehkah saya tidak melakukan apa-apa sejenak, me time?

Saya sedang lelah mengulang hari. Sekali saja saya ingin tidak membersihkan makanan yang ditumpahkan Dede, tidak membujuknya makan, tidak menerjemahkan tangisnya. Sehari saja saya ingin tidak memasak, frustasi setiap kali mencicipinya, membosankan, tidak enak. Saya ingin menangis sendiri. Saya ingin pulang melajang. Sebentar saja saya ingin berhenti; tidak bangun pagi, tidak mencuci, tidak membaca facebook, tidak makan.

Oh Tuhan, bukankah saya berjanji untuk syukur.

Seandainya boleh mengeluh, betapa menjemukan pekerjaan wanita rumahan. Seandainya tanpa iman, terasa berat sekali menjalankannya tak pernah berkesudahan. Seandainya tidak ada harapan kepada anak untuk tumbuh menjadi sholeh, tidak akan sudi mengerjakan pekerjaan tanpa status bergengsi ini. Seandainya bukan karena bakti dan cinta kepada suami, bagaimana bisa bertahan hingga bertahun lagi. Seandainya tidak mengharap ridha Allah, sia-sialah semua bersusah payah.

Selasa, 16 Oktober 2012

Babcie

Babcie dalam bahasa Polandia artinya nenek. Babcie juga merujuk kepada wanita-wanita tua dengan tongkat, topi, dan mantel bulu, yang banyak ditemui di jalan, di kendaraan, di taman, bahkan di mall. Di Polandia memang banyak nenek-nenek berkeliaran, kadang ditemani kakek-kakek, berdua romantis, kadang sendiri. Walaupun sudah sangat tua, mereka masih sehat dan kuat, bisa berjalan cepat, menyusul saya yang ringkih dan lambat. Sering saya lihat mereka berlari mengejar bus, subhanallah.

Babcie ini menjadi pembahasan khusus pada banyak artikel di internet. Di manapun Anda berada di Polandia, babcie bisa "tiba-tiba muncul". Selanjutnya, komentar babcie bisa membuat Anda menelan ludah dan ingin segera menghilang.

Senyum yang Mahal di Polandia

Membaca artikel di majalah Forbes, the world's rudest nation for travelers is French, and Polish placed 10th. Tapi, Polandia kan bukan tujuan wisata. Orang-orang yang disurvey lebih mungkin sudah pernah ke Perancis, tapi belum tentu pernah ke Polandia. Orang yang belum pernah ke Polandia, pasti ga akan memilih Polandia sebagai negara tidak ramah. Saya membaca lagi, di banyak artikel dan banyak forum, which cultures dont smile much? Russians? Germans? Best answer is Polish. Hehe, saya setuju.

Jumat, 05 Oktober 2012

It's not a Magazine

Pernahkah masuk ke sebuah mall, ke toko, dan pelayannya terlihat sangat merendahkan kita? "Lo ga akan sanggup beli, ngapain liat-liat, keluar gih!" Saya beberapa kali mengalaminya. Di Bandung, di mall besar, di toko surfing, di fashion outlet yang sepi saking mahalnya, dan di kota ini sekarang.

Kamis, 04 Oktober 2012

Senandika



Galau pada saya adalah terjadinya mutasi gen CHRNA4. 
Terus menerus membuka facebook, padahal tidak ada yang berubah.

Kartu Pos

"Mbak Dian, kartu pos nya sudah sampai!"

Setelah rajin buka kotak surat, akhirnya menemukan juga yang ditunggu-tunggu. Senang. Apalagi kartu pos nya lucu, anak-anak unyu yang sedang main di bawah pohon sakura. Jadi pengen ke Jepang..


Terimakasih banyak Mbak Dian.

Tentang Mbak Dian bisa dilihat di blognya. Mbak Dian ini contoh ibu yang superb. Cantik. Jago memasak, bahkan bisa bikin tempe doong. Rajin menjahit, bagus-bagus semua. Yang paling hebat, Mbak Dian mengurus sendiri Dito dan baby Aoi di Jepang. Ah, Mbak Dian membuat saya minder.

Karena ternyata menyenangkan mendapat kartu pos, saya pengen mengirim juga. Seharusnya banyak siy kartu pos yang bagus di sini. Namun mengingat kemampuan bahasa Polandia saya belum bertambah dari dzien dobry, saya males ribet-ribet berbahasa isyarat. Hehe. Lagipula, adakah yang mau saya kirimi kartu pos? Jika Anda berminat, segera hubungi saya ya. Persediaan terbatas, dan besok harga naik (korban iklan apartemen di metrotipi).

Rabu, 26 September 2012

Belajar Foto: Eksposur

Pernah mengikuti workshop fotografi. Nyatanya, saya murid gagal. Hehe. Jadi saya harus mengulang belajar dari awal. Menulis saja di sini ya, supaya catatan ilmunya ga hilang lagi.

Kamis, 13 September 2012

The Airplane has Landed. Clap Clap Clap.

Sebelumnya saya pernah baca di blog Mbak Elice. Namun mengalaminya sendiri tetap saja membuat takjub. Hal unik ini akan terjadi jika naik pesawat dengan sebagian besar penumpang adalah orang Polandia. Ketika pesawat berhasil mendarat, tanpa aba-aba orang akan bertepuk tangan. Ramai, kompak. Ini sebagai bentuk senang dan lega karena sudah sampai di tempat tujuan. Lebih jelas lagi, tepuk tangan adalah apresiasi kepada pilot dan kru karena sudah menerbangkan penumpangnya dengan selamat. Ah, saya ikut terharu.

sayap pesawat *ilustrasi yang tidak mendukung narasi

Awalnya kebiasaan ini dilakukan hampir semua orang; di Eropa, Amerika Latin, Asia, ketika perjalanan udara masih baru, terbatas, dan lebih merupakan petualangan. Kini sudah ditinggalkan seiring meningkatnya frekuensi penerbangan -sehingga banyak low cost airline tiketnya begitu murah. Apalagi selama take off dan terbang lancar semua. Momen itu menjadi terlalu biasa untuk diapresiasi. Saya membaca di berbagai forum, beberapa orang malah menilai orang-orang yang bertepuk tangan ini kampungan, idiot, brainless. Jahatnya. Pendapat lain, karena ketika naik bis atau parkir pun tidak perlu bertepuk tangan. Tetapi kan tidak ada salahnya jika bertepuk tangan untuk seseorang yang memarkirkan mobil kita. Atau coba mereka mengalami penerbangan yang lebih dramatis, masihkah tidak rela mengapresiasi pilot dan kru atas pendaratan yang selamat?

Bagi saya, karena tepuk tangannya seru, ikutan saja. Toh tujuannya baik, berterima kasih. Orang Polandia memang sopan sekali, mengucapkan terima kasih adalah tradisi wajib. Kalau suatu waktu Anda mengejar bis dan bisnya berbaik hati menunggu beberapa detik demi Anda, ucapkan terima kasih pada sopirnya. Kalau tiba-tiba ada laki-laki membukakan pagar karena Anda seorang wanita, ucapkan terimakasih pada bule gentleman itu. Juga kalau ada anak kecil memberi Anda batu atau ranting pohon, ucapkan terima kasih. Dibandingkan kebaikan yang didapat, terima kasih adalah apresiasi yang tidak seberapa, tapi penting.

Rabu, 12 September 2012

The Netherland #4, Epilogue.

Luar negeri tidak seindah foto-foto facebook..

Dulu melihat foto teman di luar negeri diposting di social media, iri sekali. Background bangunan keren, menara, transportasi yang rapi, apalagi salju. Yang difoto juga pasti sambil senyum, ketawa, senanglah tentu di sana. Bermimpi saya pun harus ke luar negeri, harus mengalami sendiri foto-foto itu.

Setelah sebulan saja di luar negeri. Yup, foto-foto itu fitnah. Foto yang diposting tentu saja yang baik, background bagus, suasana menyenangkan, makanan enak. Background ee anjing di jalanan ga mungkin difoto, cuaca yang selalu kelam tak terceritakan, perasaan miris selalu ingin pulang, apalagi kalau mesti jualan koran demi  makan layak. Siapa yang perlu iri?

Pada setiap foto, buat saya, ada ceritanya. Foto berikut adalah salah satunya, di pusat kota Den Haag. Gedung artistik di belakangnya entah apa, saya tidak peduli. Hari itu kami sedih sekali. Baru selesai membuat SPLP dari KBRI. Terkunci di Belanda. Bolak-balik di kereta dari pagi hingga larut. Kami kehilangan paspor.


Alhamdulillah kami masih bisa kembali ke Polandia. Setelah waktu begitu panjang dan melelahkan di Belanda, kami masih harus mengurus paspor baru di Warsaw. Mrnunggu di KBRI, dengan biaya 80 USD per paspor. Huaa, seandainya uang sebanyak itu dibelikan tempe. Saya dan Dede perlu mencetak visa juga. Beruntung residen permit papa ga ikutan hilang.

Visa saya dan dede yang sebelumnya masih berlaku sampai Januari tahun depan. Kami hanya perlu mencetak lagi di paspor baru, gratis. Hanya saja imigrasi di Warsaw itu "ajaib", all in Polish. Giliran saya ditelepon dengan bahasa Inggris, saya malah salah dengar. Jadi saya dimarahin petugas imigrasi. Hehe.

Tambahan lagi, nyatanya tidaklah begitu menyenangkan tinggal di negara yang bahasanya entah, yang muslimnya minoritas, yang orang Indonesianya hanya staf KBRI, yang imigran dianggap menuh-menuhin negara mereka saja. Terkadang bertemu orang rasis yang melecehkan, rasanya sakiiit sekali. Dan kehilangan paspor di negeri yang jauh, oh saya ingin menangis dipeluk beruang. Sungguh Indonesia adalah tempat tinggal paling nyaman. Hujan emas di negeri sendiri lebih baik daripada hujan batu di negeri orang, bukan?

Bagi saya, luar negeri tidak seindah foto-foto facebook..

Kamis, 06 September 2012

The Netherland #3, Unforgettable!

Senin malam kami akan pulang dari Schipol. Senin siang kami akan main dulu di Amsterdam atau Volendam. Senin pagi kami berangkat dengan kereta dari Groningen. Pindah kereta di Amersfoort, kami terburu-buru, melupakan satu tas ransel. Tas berisi laptop, jaket, payung, personal care liquid, makanan, minum, dompet, kunci apartmen, dan paspor. Ya, paspor!

Papa melapor, katanya petugas di kereta tersebut akan mencari tas kami. Sejam kemudian menelepon lagi menanyakan keberadaan tas kami. Belum ditemukan. Sejam kemudian menelepon lagi. Belum ditemukan lagi. Sejam lagi. Setiap jam. Sampai sore sekali kami menunggu kabar di stasiun Amersfoort. Tak ada hasil.

Rabu, 05 September 2012

The Netherland #2, Scheveningen

Setelah tiba di Groningen dan disambut jamuan makan hingga tengah malam, esoknya kami langsung diajak jalan-jalan ke Den Haag, sekitar 2,5 jam perjalanan kereta. Transportasi umum yang paling diandalkan di Belanda ya kereta ini. Jika di dalam kota transportasinya dengan sepeda, maka transportasi ke luar kota mudah sekali menggunakan kereta karena semua kota saling terhubung dengan jalur yang efisien. Jadwal berangkat dan tiba pun relatif tepat. Untuk satu kota tujuan tertentu, jadwalnya bisa setiap setengah jam, meski dengan rute berbeda. Maka, tidak heran, di satu stasiun bisa ada belasan peron.

The Netherland #1, Groningen

Jika libur lebaran di Warsaw saja, sudah dipastikan sedihnya, mengingat kangen berkumpul keluarga di Indonesia. Maka kami berlibur, melengkapi papa yang sedang cuti. Terpilihlah Belanda. Teman kami cukup banyak di sana, silaturahmi, dan menghilangkan anggaran hotel. Alasan lain yang penting, tempe. Papa seolah ngidam.

Kami menumpang di flat nyaman bersama pasutri bahagia yang baiik sekalii, Eryth dan Ka Iqbal. Kedatangan kami bahkan disambut dengan upacara makan besar dan enak. Kami disiapkan timetable jalan-jalan keliling Belanda, lengkap dengan tourguide dan bekal makan siang. Terharu..

Rabu, 08 Agustus 2012

Resep Dokter: Kol

Ternyata tarawih tengah malam itu amat sulit, puasa terpaksa bolong (lagi) karena sakit, dan tilawah lebih mungkin tidak khatam. Apa keimanan saya di sini tidak lulus ujian? Setelah berjilbab saja saya ingin-menghilang karena selalu menjadi tontonan, makanan halal yang mahal dan sulit -oh saya bosan luar biasa pada makarel asap-, sekarang ramadhan saat summer. Ya Allah kuatkanlah saya, dan papa.

Beribadah di Ramadhan ini, ya, saya tertinggal. Namun sedikit senang ketika membaca dan diingatkan bahwa beribadah itu bukan hanya habluminallah, harus juga habluminannas. Maka, menyiapkan makan, menemani dede bermain dan belajarnya pun ibadah. Alhamdulillah. Mengharap ridho Allah semoga semua niat baik menjadi ibadah yang pahalanya juga dilipatgandakan di bulan suci ini.

Oia kenapa saya tidak puasa.

Wisata Taman di Warsaw #2

Menyambung artikel sebelumnya, Wisata Taman di Warsaw #1, berikut adalah review beberapa taman yang lain, masih versi saya.

Jumat, 03 Agustus 2012

Wisata Taman di Warsaw #1

Warsaw adalah ibukota dan kota metropolis, sama seperti Jakarta, tetapi Warsaw memiliki udara yang segar. Kenapa? Karena seperempat kotanya adalah area hijau. Wow, bagi saya, ini amazing. Warsaw is one of rare cities that can proudly say that its green, wooded boundaries are actually growing outwards [referensi bisa dibaca di warsawtour.pl]. Selain ladang dan kebun di pinggiran kota, Warsaw memiliki banyak taman di pusat kota. Sebagian merupakan taman bersejarah dengan istana. Sebagian lagi merupakan square atau taman-taman lebih kecil dekat pemukiman yang selalu dirawat dengan baik. Dan saya kira taman di Warsaw tidak layak lagi dikatakan taman, melainkan hutan, karena satu taman di sini pasti luaaas sekali. 

Senin, 23 Juli 2012

Ramadhan di Polandia

Setelah dua Ramadhan lalu bolong-bolong puasa, tahun ini saya harus penuh. Meski masih berstatus ibu menyusui, tetapi Dede sudah cukup umur untuk seharusnya memenuhi semua kebutuhan gizi dari makanan padat. Semoga kendala summer - dengan waktu siang hampir 19 jam- juga tidak mengganggu niat puasa sebulan ini.

Maka, dimulailah Ramadhan 1433 H pada 20 Juli 2012, lebih awal sehari dibandingkan keputusan pemerintah di Indonesia. Saat sahur saya berupaya makan dan minum banyak, tetapi selalu berakhir amnesia, berasa lupa berapa hari ga makan. Membereskan pekerjaan rumah saja lemesnya keterlaluan. Daan menunggu waktu sunset itu lamaaa sekali.

ramadhan timetable dari islamicfinder.org

Kalau di Indonesia, senang karena semua dikondisikan Ramadhan. Godaan-godaan diminimalkan, dengan alasan menghormati yang berpuasa. Kadang ada dispensasi kerja juga. Beribadah pun menjadi tambah semangat. Di sini sebaliknya, kami harus menghormati yang tidak berpuasa. Kami harus bertahan di sekitar orang-orang yang makan, yang minum di siang yang amat panas, istigfar setiap berseliweran adegan film remaja kasmaran, termasuk yang berjemur dengan bikini. Jam bekerja tetap seperti biasa, gerah, cape, tanpa makan siang, dan menunda makan sore.

Pengen pulang ini mah. Kangen ramadhan di Indonesia. Kangen suara adzan dari mesjid. Kangen buka puasa jam 6 sore. Kangen kolak dan kerupuk mie buat tajil. Kangen beli cuanki sepulang tarawih. Ah ya, kami juga lagi puasa tentang Indonesia bukan? Kalau nanti pulang pasti lebih nikmat dari minum es buah saat buka.

Hikmahnya, esensi puasa di sini lebih terasa. Mudah-mudahan bukan sekedar menahan lapar dan haus yang ekstrim, setidaknya bisa belajar lebih tertib. Seperti orang-orang Poland yang tertib menyebrang jalan, membuang sampah pada tempatnya, saling memberi tempat duduk di kendaraan umum, menyapa, antri, dan banyak lagi hal kecil yang semakin langka ditemui di masyarakat Indonesia. Ya, semoga ramadhan, di manapun, akan membawa kita menjadi muslim yang lebih baik.

Senin, 16 Juli 2012

Maafkan saya,

Beralibi bahwa ini cukup manusiawi, akhirnya di manapun juga saya akan merasa ada saja yang kurang nyaman. Terlebih di sini begitu jauh dari keluarga. Di sini saya ga punya teman. Belajar menjadi istri yang membereskan rumah, memasak, menyetrika. Belum senyum dan harum saat papa pulang kerja. Belajar menjadi ibu yang menemani dede main, mengajari makan, dan bertahan atas semua kacau, karena dede masih kecil. Dan saya begitu berantakan. Ke mana harus mengeluh, berbagi, melarikan diri?

Sabtu, 07 Juli 2012

Aku.

Aku tidak mengerti jalan pikirmu, Arya. Bagaimana bisa kamu bilang mencintai Kaira dan ingin menikah dengannya? Apa menariknya Kaira? Dia bukan gadis yang istimewa. Setidaknya, dia tidak cukup istimewa untuk laki-laki teristimewa sepertimu. Aku tidak setuju. Sampai kapanpun, aku tidak akan pernah setuju.

Ris, aku sudah berkali-kali menceritakan Kaira padamu. Dia teman sekantorku. Ehm, sebenarnya tidak. Dia di departemen berbeda, tapi kami satu gedung. Kami selalu makan siang di kantin yang sama. Kini di meja yang sama. Aku senang berada di dekatnya, mengobrol dengannya. Dia cantik sekali, Ris. Kami sama-sama suka nonton. Kami berencana menonton film Spider-Man yang baru. Sayang, kamu selalu sibuk akhir-akhir ini ya, tidak bisa ikut nonton bersama kami. Tetapi kata Kaira sepulang menonton, dia akan membelikan sekotak coklat untukmu. Kamu pasti senang karena kamu suka sekali coklat. Kaira baik ya? Kemarin aku melihat Kaira menyulam, tampaknya akan membuatkanmu syal juga, seperti punyaku. Ris, aku sudah berkali-kali bilang padamu. Aku mencintai Kaira. Aku ingin menikah dengannya.

Padaku, Risa menunjukkan lembaran-lembaran foto itu lagi. Kedua orang tuanya. Rindu yang membuncah. Risa mencoba bertahan, namun menangis juga. Aku tahu, tangisnya terlalu perih. Sesekali ketika malam begini, ia menunjukkan rapuh. Orang tuanya telah lama pergi. Keduanya meninggal dalam kecelakaan, demi mencari Risa remaja yang kabur dari rumah. Selama itu Risa menjadi kesalahan bagi keluarganya. Ia dibuang, meski dalam rumah dan segala yang mewah. Aku sering melihatnya melamun, berbicara sendiri, betapa dia ingin mati.

Mungkin aku tidak rela melihat kamu menikah. Mungkin aku tidak rela mengetahui kamu mencintai Kaira. Apa aku boleh cemburu? Bukanlah kamu bilang kamu mencintaiku? Bukankah kita pernah berjanji akan selalu bersama? Sudah bertahun kita melangkahi sepi, kita akan tetap berbahagia berdua.

Menurutku, Risa itu wanita yang kuat, pintar, suka mengobrol, dan suka coklat. Namun terkadang ia pendiam dan misterius. Malam-malam saat ia kangen orang tuanya, ia menginap di kamarku. Ia bercerita banyak hal, melupakan kesedihannya. Lain waktu, terutama ketika makan siang, ia sering diam saja, hanya memandangiku. Katanya aku cantik. Dipuji begitu oleh sahabatku sendiri, membuatku tersipu juga.

Malam ini aku tidak bisa tidur. Mengingat awal pertemuan kita hingga kebersamaan yang bahagia. Kamu adalah alasan untukku bertahan hidup, tanpa siapa-siapa. Menyatu denganmu membentuk cinta yang sempurna. Lalu tiba-tiba saja aku  harus menangis. Aku akan kehilangan kamu, Arya. Dan tentu ini karena Kaira. Aku benci. Aku sangat benci Kaira.

Ris, apakah kamu sering merasa dimensimu berganti? Suatu malam aku memutuskan tidak tidur. Aku memang belum tidur, belum melakukan apapun. Tetapi aku tersadar sudah pagi, dengan tubuh lelah gemetar. Aku kehilangan semalamku. Entah. Samar aku hanya seolah bermimpi menjadi penyihir membawa apel beracun. Mimpi yang aneh, bukan? Seharusnya aku menjadi pangeran tampan.

Risa bilang malam ini mau menginap di kamarku, belajar menyulam. Namun malam Risa mengetuk kamarku, terlalu larut. Aku sangat mengantuk, setengah tak sadar membuka pintu. Aku pasti sangat sangat mengantuk. Yang kuingat sekarang malah penyihir dan apel beracun. Aku tidak ingat bagaimana Risa selanjutnya, apakah jadi menginap di kamarku. Aku mungkin terjatuh, atau pingsan, atau mati ditusuk dan berlumuran darah. Bodohnya, kalau aku mati mana mungkin aku bisa menceritakan ini.

Namaku Arya. Aku mencintai Kaira dan ingin menikah dengannya.  Tuduhan ini absurd. Percobaan pembunuhan, heh? Malam itu aku hanya merasa kehilangan waktu.

Selasa, 03 Juli 2012

Musim Semi Berganti Musim Panas Sekali

Pada musim semi, rumput pun berbunga-bunga..

Taman yang sebelumnya hanya beralas tanah telah berganti hijau. Pohon yang kering, tampak mati, seolah terlahir kembali. Bunga bermekaran warna-warni serupa di film india. Dandelion terbang. Air mancur dan kolam-kolam mulai mengalir. Udara sepanjang hari menjadi lebih hangat, bersahabat.

Kami menanggalkan boots dan jaket tebal, mematikan heater, melihat banyak orang bersepeda. Meski sering hujan, meski kadang suhu jatuh lagi ke angka 10, kadang salju. Saya tetap jatuh cinta pada wangi daun dan kembang musim semi.

Lalu musim panas.

Saya terbakar. Dede juga. Ketika super-sun (matahari yang menurut saya pasti berukuran lebih besar dibanding biasanya) sungguh berada di atas kepala kami. Curangnya lagi, matahari itu telah terbit sempurna pada jam 4, dan baru terbenam lewat jam 21. Lengkap dengan udara teramat panas tanpa sedikitpun angin bersemilir.

I dont understand why Poles really love summer. Orang berlama-lama berbikini, berjemur, berderet-deret. Terutama saat weekend, taman menjadi ramai sekali. Saya mah males. Nemenin Dede sebentar saja sudah cukup membuat saya semakin hitam. Tragisnya ga ada Tje fuk, Ponds, produk whitening apapun. Apakah saya perlu cuci muka dengan norit seperti di iklan?

Belum lagi ini gerah keterlaluan. Berteduh di bawah pohon malah berasa dipanggang, ga ada sejuk-sejuknya sama sekali. Kalau malam Dede tidur juga gelisah, ga nyenyak, kepanasan, sampai bajunya harus dibuka. Mungkin sama seperti di Subang atau Jakarta. "Jah baru segitu doang, di Arab suhunya bisa 50 dan ga ada masalah."


Sesekali langit yang silau tiba-tiba gelap. Seketika hujan deras. Hujan yang juga melempar es sebesar-besar bola bekel. Alhamdulillah kami belum keluar rumah. Selang beberapa menit berhenti. Matahari pun kembali, seakan mendung dan air tak pernah menggantikannya. Panas.

Saya ini memang tidak bersyukur ya. Saat winter mengeluh dingin, saat summer mengeluh lagi. Berdoa saja saya semoga di hari sepanas ini nanti bisa kuat puasa ramadhan 20 jam sebulan. Amiin.

Happy summer!

saya ingin menulis tentang Euro 2012

Sebulan lalu begitu happening piala eropa 2012 di Polandia dan Ukraina. Am I feeling lucky? Jawabannya tergantung, saya suka sepak bola atau tidak. Jika suka, tentu saya sangat beruntung berada di negeri tuan rumah piala eropa kini. Sebaliknya, jika saya tidak peduli sepak bola, ya ga perlu juga saya menulis tentang ini.


Dan saya setengah setengah. Saya ga yakin apakah saya berminat pada sepak bola atau tidak peduli sama sekali. Saya pasti membaca berita skor pertandingan terakhir. Kebanyakan saya menonton live di tivi. Namun kadang papa menyuruh saya tidur saja (kebahagiaan buat saya karena suaminya ga suka bola). Saya pun menulis ini. Meski sudah kadaluarsa, meski tanpa dokumentasi pribadi; konsekuensi suaminya ga suka bola, ga bisa diajak foto-foto di stadion atau fan zone.

Sewaktu opening match 8 Juni, kami sedang di pusat kota. Jalan banyak ditutup, jalur bus sedikit diubah, di jalan, di jendela apartemen, bahkan mobil-mobil mengibarkan bendera Polandia. Di mana-mana penuh supporter, meriah sekali. Seandainya dede sudah bisa ikutan dan tidak ada isu rasisme, saya tergoda pengen berdandan putih merah juga, nyanyi-nyanyi dan ikut teriak "Polska!". Tampak seru.


Semua pertandingan di Warsaw, termasuk acara pembukaan, berlangsung di stadion nasional. Stadion tersebut baru selesai dibangun-ulang menghabiskan dana 500 juta euro. Tak heran jika menjadi stadion multifungsi dengan desain terbaik dan teknologi paling inovatif. Kapasitasnya lebih dari 58 ribu tempat duduk dengan 4 layar besar yang nyaman. Untuk menanggulangi kendala cuaca, atap stadion dapat dibuka-tutup. Pada bagian luar terdapat panel berlubang sebagai ventilasi dan pelindung cahaya, yang juga menunjukkan komposisi warna artistik putih merah.




Selain di stadion, kegiatan menonton juga berpusat di fan zone di Centrum, semacam alun-alun. Centrum merupakan ikon kota Warsaw dengan Palace of Culture and Science yang merupakan bangunan tertinggi di Polandia, berdekatan dengan stasiun kota, shopping mall Zlote Tarasy, dan tidak jauh dari stadion. Fan zone ini merupakan fan zone terluas, dapat menampung sekitar 100 ribu penonton. Fan zone dibuka untuk umum, gratis, setiap hari, dilengkapi sebuah panggung yang luas dan enam layar besar.


Di Warsaw, ada 5 pertandingan; 3 pertandingan penyisihan grup A, 1 pertandingan perempat final, dan 1 pertandingan semifinal. Tidak hanya pendukung tim nasional Polandia, pendukung tim lawan, juga turun ke jalan. Rombongan antarpendukung tidak saling bentrok, kecuali dengan Rusia. Mengingat jaman komunis Uni Soviet dan korban perang dunia II, orang Polandia masih dendam saja pada Rusia dan Jerman. Berbeda dengan kita yang pernah dijajah berabad-abad malah menyambut dengan terbuka kedatangan orang Belanda, Jepang, dan Portugal.

Hmm, saya harus cerita apa lagi ya? Sebenarnya, kami selalu menghindari kawasan stadion dan alun-alun pada hari-hari pertandingan demi memperoleh ketenangan. Hehe. Jadi, saya tidak cukup kompeten untuk bercerita banyak.

Salam olahraga, dan selamat untuk Spanyol sebagai juara bertahan.

Jumat, 22 Juni 2012

Dede Suka Main Air, Main Pasir

Awalnya, karena musim dingin yang suhunya minus 23, Dede selalu nangis setiap kali mandi. Namun sekarang musim semi, dan Dede sudah semakin bukan-bayi-lagi. Dede tidak perlu menangis memeluk mama saat mandi. Dede malah betah berlama-lama, main air. Tidak cukup di waktu mandi, Dede kadang mengajak saya lagi ke kamar mandi, basah-basahan lagi, ganti baju lagi.

Rabu, 13 Juni 2012

Saya Tidak Boleh Memarahi Dede

Dede mengacak-acak lemari, menjatuhkan hp, menumpahkan susu, memecahkan sebotol kecap, dan banyak kekacauan lainnya. Barang-barang rusak. Saya harus ngepel lagi. Rrghh! Jengkelnya luar biasa.

Kalau Dede nakal, saya pengen banget marah, membentak, bahkan menjewer Dede. Supaya Dede tau Dede salah, sudah menyusahkan mamanya, Dede ga boleh melakukan itu lagi. Dede pun diam, dengan muka sedih. "Dede masih kecil, Ma. Dede belum ngerti."

Astagfirullah. Iya, Dede masih kecil, masih 1 tahun, gerak motoriknya belum sempurna, jalan pun masih suka jatoh. Dede adalah titipan, bahagia dari Tuhan. Apa saya akan membesarkannya dengan marah-marah? Membentuk pribadi Dede kelak dengan bekal kegagalan mengelola emosi begini? Tahukah Dede kalau saya marah itu karena sangat mencintainya?

Tidak boleh! Saya tidak boleh memarahi Dede!

teganya saya memarahi anak sepolos ini

Dampak buruk pertama, memarahi anak membuat mereka menjadi minder. Anak yang sering diberikan kata-kata negatif akan tertanam pada dirinya bahwa dia selalu membuat kesalahan, tidak berguna, tidak memiliki kemampuan, dan tentu tidak percaya diri.

Kedua, membuat anak menjadi tertutup. Karena sering dimarahi, anak menjadi takut pada orangtua, termasuk untuk bercerita dan berbagi. Padahal orangtua adalah orang yang seharusnya paling dekat dengan anak. Dengan orangtua saja anak sudah menutup diri, apalagi dengan orang lain.

Ketiga, membuat anak menjadi apatis. Saking seringnya dimarahi, anak menjadi tidak peduli. Ketika dimarahi, anak tampak mendengarkan, tapi sebenarnya hanya menganggap angin lalu saja. Anak menjadi cuek dan tidak respek terhadap orang lain.

Keempat, membuat anak menjadi membangkang. Anak tidak suka dimarahi, ada keinginan dirinya untuk melawan tapi tidak mampu. Maka anak akan menunjukkan ketidaksukaannya dengan berbagai cara; (1) sengaja tidak menurut, (2) diam dan tidak melakukan perintah orangtua, atau (3) melambat-lambatkan mengerjakan perintah orangtua, semuanya hanya supaya orangtuanya kesal dan semakin marah. Ada kesenangan tersendiri bagi anak tersebut jika melihat orangtuanya marah. Seiring usia anak yang bertambah, perilakunya akan semakin memberontak.

Kelima, anak meniru temperamen orangtua di lingkungan bermainnya. Anak berpikir bahwa dia yang lebih kuat dapat memaksakan dan menindas teman-temannya yang lebih lemah. Saat dewasa, bukan tidak mungkin anak melakukan hal yang sama terhadap anaknya juga.

Keenam, anak menjadi pribadi yang rentan. Kurangnya kasih sayang membuat anak cenderung depresif, nantinya mudah terpengaruh minuman keras, narkoba, bahkan berpikir untuk bunuh diri.

Naudzubillah. Semoga saya tidak memotivasi Dede menjadi demikian.

Tapi Dede tidak kenapa-kenapa kok kalau saya marahi. Dede diam, pasti sedang mencerna sehingga besok tidak akan mengacau lagi. Yakin? Saya teringat analogi air kolam. Air kolam itu tenang. Coba lemparkan batu, sampah, airnya beriak sebentar, tenang kembali. Kita tidak melihat di dasar kolam yang bersih telah tercemar sebuah batu yang kotor. Coba lemparkan batu lagi, sekali lagi, sekali lagi.

Anak memang tidak menunjukkan perubahan psikologisnya secara langsung setelah dimarahi. Namun perubahan buruk itu terjadi, bertambah, sesering kita memarahinya, sebanyak batu-batu yang dilemparkan ke dasar kolam. Suatu saat jumlahnya akan sangat banyak, akan kasat mata juga. Batu-batu itulah sampah yang mencemari kolam. Bentakan-bentakan itu juga sampah yang mencemari psikologis anak.

Maka, mulai sekarang, berjanjilah, saya tidak boleh memarahi Dede.

Jumat, 01 Juni 2012

Akhirnya, Saya Muak Berjejaring Sosial

"Twitter makes you think you are wise, foursquare makes you think you are a traveler, instagram make you think you are a photographer, facebook make you think you are friendly. But in the real world you are nothing." 



Di sini, dibanding sebuah desa di kabupaten Bandung Barat, akses internet jauuh lebih bagus. Saya menjadi sangat intensif menggunakannya, unlimited. Apalagi karena di dunia nyata kini saya nyaris tidak punya teman, selain papa dan dede. Sehingga kalau sebentar saja ada senggang, saya pasti membuka facebook, mencari kesenangan dari teman-teman maya. Saya membaca semua status, wall, notes, foto, link apapun. Dan berkomentar.

Dia ini, setiap mau tidur, mau makan, mau pergi kemana kemana, pasti bikin status. Apa kalau mau ee juga harus bikin status? Memangnya dia siapa, penting ya buat seluruh dunia tau dia lagi ngapain?!

Si ini, statusnya mengeluh terus, "Ga suka ujan". Besoknya bikin status lagi, "Ga suka mataharinya panas". Besoknya lagi bikin status lagi, "Ga suka AC-nya terlalu dingin". Maunya apa sih?!

Yang ini lagi, baru bikin jurnal nasional aja pengumuman, makan di Subway aja pamer, bulan madu ke Bali update foursquare tiap menit. Bahkan shaum, jumatan, tilawah, dan qiyamul lail pun diceritakan. Subhanallah sekali.

Foto-foto ini pula. Mindahin hardisk ke facebook? Udah fotonya amatir, orangnya ga cakep, mukanya zoom in semua. Menganggu selera makan!

Link-link yang banyak banget ini juga. Kemarin-kemarin virus, sekarang hoax. Ga bisa ya menunjukkan sedikit kepintaran Anda? Masa berita pembodohan gini di-share?!

Ah, semakin lama saya facebook-an, semakin kreatif saya memaki-maki. Akan semakin banyak saja dosa saya.

Saya memang tidak seekstrim yang tidak-lulus-UN-Bahasa-Indonesia karena keracunan bahasa alay di media sosial. Saya tidak kenalan dengan pria maya, janjian, kabur dari rumah, atau selingkuh. Saya juga tidak membunuh anak saya yang mengganggu ketika saya ber-facebook. Namun begini saja, saya sudah cukup merasakan dampak negatif jejaring sosial. Saya muak. Saya menyerah.

Saya memutuskan untuk berhenti, deactivated account. Iyan tidak setuju. Papa mengira gangguan kejiwaan saya muncul lagi, setelah dulu saya pernah merasa mungkin skizofrenia. Maka, demi tetap terhubung dengan keluarga di tanah air, demi meyakinkan papa kalau saya baik-baik saja, facebook account saya kembali.

Hanya saya terpaksa me-remove beberapa teman yang membuat saya hampir gila. Saya meng-hide newsfeed yang sering menimbulkan maki-maki. Papa juga meng-uninstall facebook mobile saya yang terlalu menggoda untuk diklik. Ya, solusi sebenarnya adalah saya harus mengurangi waktu ber-facebook. Bukankah yang berlebihan memang tidak baik?

Mohon doanya ya teman, semoga saya bisa menjadi warga facebook yang istiqamah.

Kamis, 17 Mei 2012

di Taman Lazienkowski

Senja mulai melumuri langit, jingga. Sedikit cahaya mengintip di rimbun pepohonan yang kelabu. Segerombolan merpati terakhir pulang ke timur. Orang-orang, anak-anak, dan sepeda yang tadi ramai, kini kosong. Hanya beberapa masih menggembalakan anjing. Taman pun menjelma sepi.

Aku masih di sudut yang sama, bersembunyi dalam pekatnya dedaunan musim semi. Kita selalu memulainya di sini, menonton Fryderyk Chopin dan kolam hijaunya. Lalu kita berjalan menembus pohon-pohon yang terlahir kembali. Katamu ini seperti hutan di Indonesia. Tentu, kecuali kuil, istana, dan teater di atas air. Kecuali bahwa di sini jauh lebih terawat, bersih, dengan bebek, merak, dan ikan mas raksasa yang seolah terbang. Kecuali bahwa ini taman, dan tidak ada taman di Indonesia.

"Sebegitu burukkah negeri kita di matamu?" Tanyamu, sambil mengulurkan kacang pada seekor tupai yang mendekat.

"Kamu akan pulang?" Aku tak menghiraukan retoriknya.

"Minggu depan semuanya selesai. Bagaimanapun, aku kangen rumah." Aku melihat kamu tersenyum. "Kamu ga akan pulang?"

"Rumahku di Warsaw."

Itulah kali terakhir. Kamu tidak lagi datang ke Lazienkowski. Tidak juga besoknya dan besoknya lagi. Tidak dalam setiap hari selama seminggu ini. Kamu benar-benar fokus menyelesaikan mastermu. Mungkin sedang sibuk berkemas. Lagipula kamu merasa sudah tidak perlu tinggal di negara ini.

Apakah kamu tahu betapa aku merindumu? Seluruh rasa terdalamku tak akan menerima kehilanganmu. Duniaku berhenti, menunggumu. Sampai setiap senja menggulung harapku. Memulai pada langit yang baru.

Hingga pada suatu sore kamu bilang akan datang. Semerbak farfum chamomilemu begitu menggembirakanku. Kamu tampak serasi dengan kemeja kasual dan rok pink bunga-bunga. Sekiranya matahari lebih terik, rokmu pasti bersiluet. Kamu tersenyum, sedikit merapikan kepangan rambut yang tertiup angin. Kamu adalah gadis Asia paling cantik, bahkan lebih cantik dibandingkan gadis Polandia yang jangkung dan seksi.

"Kamu yakin ga akan pulang, Rena?" Tanyamu lagi. "Aku jadi pulang minggu ini."

"Meninggalkan aku?"

"Kalau kamu juga pulang, kita akan tetap bisa sama-sama."

"Tapi pulang berarti ga ada taman, ga ada senja."

"Kamu pilih taman dan senja, atau aku?"

"Aku memilih taman dan senja. Aku juga memilih kamu. Kita tetap bisa sama-sama"

***

Senja mulai melumuri langit, jingga. Sedikit cahaya mengintip di rimbun pepohonan yang kelabu. Segerombolan merpati terakhir pulang ke timur. Orang-orang, anak-anak, dan sepeda yang tadi ramai, kini kosong. Hanya beberapa masih menggembalakan anjing. Taman pun menjelma sepi.

Semerbak farfum chamomilemu mereda. Ya aku memilih taman dan senja. Aku juga memilih kamu. Ya kamu, selamanya akan selalu di sini, meski darah harus bercipratan dari sekujur tubuhmu pada tanganku. Bukankah kita tetap bisa sama-sama?

Jumat, 11 Mei 2012

Dede, saat main di luar

Saya kadang merasa alien, berjilbab di Polandia yang katolik sekali. Apalagi saya begitu pengen invisible, rikuh ketemu orang, berkubur saja di rumah, meski galau. Namun Dede, sebagai anak-anak, lebih suka main menemukan hal baru di luar rumah. Maka saya terpaksa membumi, mengantar Dede jalan-jalan, terutama kalau hari cerah. Dede paling suka main di taman, berjam-jam.


Baru beberapa meter berjalan, Dede sudah disapa. Senang, karena saya tidak perlu menyapa duluan yang jaman dulu sering dicuekin. Orang-orang di sini ramah dan sopan sekali, selain pasti suka anak-anak. Mungkin karena Dede juga berbeda sehingga menarik perhatian. Anak Asia; kulitnya berwarna, kepalanya bulat, hidung yang berbeda.


Sebelumnya Dede jalan pake sepatu yang bunyi, biasa kalau di Indonesia, tapi mungkin di sini ga ada. Banyak orang melihat Dede, bahkan anjing pun mendatangi, dikira bunyi-bunyian itu mengajaknya main. Diperhatikan anak-anak cewe, dede grogi, jatohlah.

Kalau sedang sangat senang, Dede suka ketawa, teriak-teriak, lari-lari, joget, nabrak orang. Maka akan bertambah lagi yang memperhatikan, mulai yang senyum dari jauh, melambaikan tangan, mendatangi, sampai fotoin Dede dan ngasih jeruk. Dede punya banyak fans.


Bersama Dede kemana-mana membuat saya merasa lebih baik. Mengesampingkan sindrom invisible dan kekhawatiran ketemu hooligan atau orang mabuk yang rasis. Sapaan-sapaan kepada Dede sangat menenangkan, seolah kami diterima di sini. Mudah-mudahan juga menjadi aman, sungguh tegakah menjahati seorang perempuan tak berdaya dan anaknya yang kecil begini. Karena mereka ga tau muslim sesungguhnya mengajarkan damai dan toleran. Semoga Allah selalu menjaga kami, di setiap waktu, di semua negeri.

Kamis, 03 Mei 2012

Persiapan Sebelum ke Polandia

Just sharing, untuk kamu yang mau berkunjung, berlibur, menginap, atau pindahan ke Polandia. Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan. Referensi ini tidak mutlak kerena riset hanya berdasarkan satu individu, dan tanpa kepentingan komersial dari pihak manapun. *kode minta di-endorse*

Warsaw centrum

Warsaw Oldtown

Persiapan pertama. Cari informasi sebanyak-banyaknya tentang Polandia. Ada hal menarik apa di Polandia. Bagaimana budaya di sana. Kenapa kamu harus ke Polandia. Bukankah untuk melihat menara Eifel sudah jelas harus ke Paris?
Informasi resmi tentang Warsaw ada di warsawtour.pl, tentang Krakow di krakow.pl, dan tentang Wroclaw di wroclaw.pl. Sedangkan trayek angkutan umum di kota-kota di Polandia, kalau kamu perlu, ada di jakdojade.pl yang aplikasinya bisa online juga di smartphone.

Persiapan kedua. Apakah kamu sudah yakin akan ke Polandia? Siapkan budget yang memadai; kelas eksekutif, bisnis, atau ekonomi. Dari jauh-jauh hari kamu harus beli tiket pesawat, kecuali ada niat pake kereta lintas benua dari Cina ke Rusia. Semakin mepet beli tiket pesawat, harga akan semakin mahal. Berangkat di awal atau akhir minggu juga kemungkinan harga tiketnya sedikit lebih mahal sehingga sebaiknya pilih Selasa, Rabu, atau Kamis. Harga tiket Jakarta - Warsaw biasanya sekitar 12 juta rupiah. Beruntung kalau dapet tiket promo, harganya bisa lebih murah. Tapi tiket promo ke Eropa itu super langka karena ga ada Air Asia.

Ketiga. Persiapkan dokumen perjalanan, paspor dan visa. Di blog ini ada artikel yang membahas kronologis membuat paspor dan visa Poland.

Keempat. Belajarlah bahasa Polandia, terutama kalau kamu berencana tinggal lama di sini. Berdasarkan pengalaman saya, bahasa Inggris tidak cukup berguna. Bahasa isyarat mungkin lebih tepat sasaran. Karena di Indonesia tidak ada kursus bahasa Polski, kamu dapat sedikit belajar dari travelinguist.com, ada videonya juga di youtube.

Persiapan kelima. Bawa jaket. Karena sekalipun datang ke Polandia saat musim semi atau musim gugur, tetap akan berasa dingin untuk orang tropis macam saya. Apalagi kalau datang pas musim dingin, suhunya bisa minus 25. Pada kondisi ini, jaket dari Gedebage yang impor dari Korea pun tidak akan cukup. Jadi, sebaiknya bawa satu jaket tebal dan beberapa sweater atau kardigan, sisanya beli lagi di Polandia; jaket tebal, syal, dan topi, jauh lebih murah dan bagus-bagus.

Terakhir, agak absurd. Banyaklah berdoa dan selalu berhati-hati. Karena imigran dan turis di sini benar-benar minoritas, sangat mungkin ketemu orang rasis yang mengerikan. Kadang kepikiran bahwa Polandia sama sekali bukan negeri impian saya. Apalagi dulu saya baru pertama keluar negeri dan tiba ketika klimaks musim dingin; shock culture, winter blues, sangat merana dan ga punya temen. Tapi setelah lama Polandia menjadi tempat yang lebih nyaman. Polandia adalah bagian Eropa yang indah dan sopan. Saya suka. Kamu juga ga akan menyesal datang ke Polandia. Semoga kita bisa ketemu.

Selasa, 01 Mei 2012

Venezia

Kami pun merayakan second anniversary di Venezia, Venice. Hehe, boong ding. Masih seminggu lagi.

Berasa ga percaya bisa ke Venezia, yang dari dulu cuma saya lihat dengan terkagum-kagum di buku, di tipi. Sekarang saya beneran di Venezia! Saya lihat air, bangunan-bangunan dikelilingi air, jembatan-jembatan di atas air, perahu-perahu berjalan di air. Iya gondola.


Kami ke Venezia tanpa persiapan. Hanya berbekal 500 mL air mineral dan beberapa roti. Tanpa informasi apapun, tanpa guide, tanpa googling. Kami berangkat pagi dengan kereta kelas 2 dari Bologna Centrale. Kurang dari dua jam tiba di stasiun Venezia S Lucia. Kami beli peta paling murah 2.5 eur.

Kamu boleh mencoba naik water bus, perahu besar yang menyusuri "jalanan" air di Venezia dengan tujuan tertentu. Harga one way 6 eur. Kalau kamu ingin lebih privat silakan mencoba water taxi yang tujuannya bisa kamu tentukan sendiri. Buat yang eksklusif atau honeymoon, naiklah gondola. Mamang-mamangnya pake seragam, baju garis-garis biru dan topi jerami. Perahu gondolanya bagus, dengan karpet dan bunga-bunga. Sedangkan untuk paket hemat seperti kami, cukup foto saja gondolanya lalu tinggalkan. Kita berkeliling Venezia dengan jalan kaki.


Setiap orang di Venezia mungkin adalah turis. Jual beli souvenir dan makan-makan menjadi ramai sekali. Gang-gang sempit daratan yang menghubungkan antargedung menjadi seperti pasar. Meski tidak sebanyak Bologna, Venezia juga punya banyak gedung kuno khas Italia, patung-patung bagus, dan menara-menara miring. Kata papa mungkin Italy adalah asal kata dari italic, jadi miring-miring.


Jalan di sekitar kompleks bangunan adalah air, seperti sungai. Airnya cukup bersih, biru-hijau, dengan banyak gondola di tepinya dan jembatan beraneka macam. Venezia merupakan kota bersejarah yang dibangun manusia dengan fondasi sulit di atas laguna. Kota ini semakin tergenang jika pasang. Namun bukan menjadi kumuh, Venezia cantik seperti yang diceritakan di buku, yang saya lihat di tipi. Apalagi kalau pada waktu-waktu tertentu ada karnaval topeng, festival seni, pesta kembang api, atau pemutaran film, pasti jauh lebih seru.


Sebagai sebuah kota, ternyata Venezia tidak terlalu luas. Bisa ditelusuri keseluruhan dengan berjalan kaki seharian, pasti gempor. Karena salah satu hal yang menyenangkan bahwa di Venezia hampir tidak ada mobil dan motor, kan water bus dan taksinya pakai perahu. Oia sebagai tips wisata, gunakan sepatu kets atau apapun yang nyaman, dan karena cuacanya hangat tidak butuh lagi jaket winter berlapis-lapis. Berjalan berkeliling di kota ini sangat menyenangkan, jangan ganggu dengan high heels dan jaket yang berat.

Akhirnya kami sampai di Piazza San Marco, pusat kehidupan orang-orang Venezia yang kata peta paling indah di dunia. Plasa yang luas dengan monumen-monumen jaman Renaissance. Basilica San Marco yang menyimpan harta karun Konstantinopel, menara jam Torre dell'Orologio, Palazzo Ducale, dan menara lonceng. Di sekelilingnya berderet cafe dan butik merk-merk terkenal. Waaa mauu. Tapi kalaupun saya beli menghabiskan tabungan papa, sekalinya dipakai pasti dikira beli kw dari pasar ular. Mending tabungannya buat sasak rambut, meningkatkan kasta biar dikira ibu pejabat. Hehe.


Pokoknya tidak akan bosan berulang-ulang menyusuri kota yang dikelilingi air. Setiap sudut memiliki keunikan, bagus semua. Tapi matahari semakin terik. Sebentar lagi mungkin satu orang dapat satu matahari. Kaki juga sudah ga karuan rasanya. Kami sudah berjalan lebih dari lima jam. Alhamdulillah tapi capenya terbayar. Kota tergenang ini memang layak dikunjungi. Terima kasih papa buat Venezianya. Suka.

Mahalnya Italia

Satu hal yang paling tidak menyenangkan di Italia itu mahal, sangat mahal.

Di Bologna, toko baju dan sepatu berderet-deret. Mengusik jiwa feminim saya buat beli semuanya, bagus-bagus. Namun mengetahui harga yang ratusan euro, saya cuma menatap sedih jendela etalasenya. Orang Italia gajinya berapa siy, masih bertahan hidup setelah transaksi di kassa sini.

Membandingkan dengan Poland, dengan nilai tukar 1 eur = 4, 2 zl, Italia lebih mahal lebih dari empat kali lipat dibanding Poland. Di Bologna bawang dijual 3 eur per kilo, sedangkan di Warsaw terakhir saya beli hanya 0.99 zl per kilo. Di Bologna satu bulat selada dijual 3 eur, sedangkan di Warsaw hanya 3 zl. Di Bologna roti tawar harganya lebih dari 1 eur, sekali saya beli roti 0.99 eur keras dan ga enak banget, sedangkan di Warsaw roti tawar cuma 2 zl dan roti 0.17 zl pun masih lumayan enak. Harga Bologna tersebut adalah harga di supermarket yang akan naik dua kali lipat kalau beli di toko.

roti 0,99 eur yang keras, ga enak. tapi hampir semua resto dan tempat makan menyajikannya

Apalagi harga makanan jadi, bikin kami males makan, males bayar sebenernya. Padahal Bologna begitu terkenal dengan kulinernya, kebanyakan adalah pasta dengan isian daging babi. Karena pengen mencicipi, bukan pasta babi, kami beli es krim di gelateria Gianni yang katanya paling enak. Satu cone kecil harganya 2,5 eur. Rasanya beneran enak. Dede juga suka. Namun beberapa waktu kemudian, kami sekeluarga diare. Haduh, mungkin kami cocoknya makan es lilin saja.

sulit memilih rasa es krim di gelateria Gianni, semua tampak enak

Padahal di kereta saya merasa sedang di padalarang, sawah melulu. Dari pesawat juga saya lihat perkebunan di Bologna dan sekitarnya luaaas sekali. Bologna adalah penghasil gandum, sayur, buah, dan wine terbaik di Italia. Bukankah Italia pun dekat laut? Tapi kenapa harga ikan, daging, pasta, dan semua hasil pertanian itu sebegitu mahalnya? Lebih mahal dibandingkan di Poland yang buah-buahannya justru diimpor dari Italia. Apa iya karena penggunaan mata uang euro? Karena setau saya Poland belum pake euro karena takut harga-harga jadi mahal.

Kalau tentang ekonomi, saya ga ngerti ah, apalagi perekonomian internasional gini.

Saya kembali jadi ibu rumah tangga saja, yang sesuai dasa darma pramuka; hemat cermat dan bersahaja. Saya merasa beruntung tinggal di eropa di negara yang tidak semahal Italia. Harga-harga di Poland jauh lebih ramah dibanding Italia, untuk beberapa hal malah lebih murah dibanding Indonesia. Meskipun kadang membuat saya khilaf belanja segala macam. Semoga saya tetap bisa menjadi alumni pramuka yang istiqomah :p

Bologna the Red

Bologna is the learned, the fat, the red and the city of towers. Bologna the learned karena Bologna punya universitas tertua di Eropa, bahkan di barat. Bologna the fat karena siapa yang ga tau spageti Bolognese, beraneka makanan dari Bologna adalah terbaik di Italia dan terkenal ke seluruh dunia; pasta tortellini, tortelloni, mortadella, lasagna, pizza, wine, dan hasil pertaniannya yang kaya. Bologna the red karena bangunan-bangunan tua terakota yang menjadikan kota berwarna merah khas, serta secara tidak langsung the red juga menunjukkan sejarah politik di bawah pemerintahan komunis. Bologna the city of towers karena pada abad pertengahan memiliki lebih dari 200 menara, meski kini hanya tersisa 60.

Bologna. Jalan dan arcade.

Kalau Jakarta berpusat di Monas, Bandung di Gasibu, maka pusat Bologna adalah Piazza Maggiore. Di sekitarnya ada monumen-monumen kota. The Basilica of San Petronio, Palazo Dei Notal, Palazo Communale, Palazo Re Enzo, Palazo Del Podesta, Palazo Dei Banchi, serta patung Neptunus yang kontroversial. Semuanya bagus. Sisanya plasa luas, orang-orang berkumpul, foto-foto, makan, belanja, jualan, nongkrong, kalau weekend biasanya ada pertunjukan atau mengamen.

patung Neptunus. jadi kenapa kontroversial?

Simbolisasi Bologna adalah Due Torri atau the Two Towers: Asinelli, menara yang paling tinggi dan Garisenda, menara yang miring. Kalau kamu suka memanjat, boleh mencoba naik sampai puncak menara dan melihat Bologna secara utuh dari atas. Tinggi sekali, saya sih tidak berminat. Di dekat Due Torri terdapat bangunan kuno juga, San Giacomo Maggiore.

Due Torri

Selain itu, Via Santo Stefano merupakan one of the most beautiful streets of the town. Karena apartemen kami di sini, kami melewatinya setiap hari. Sepanjang jalan adalah bangunan kuno terakota, arcade, gereja, dan toko-toko. Ada plasa kecil di depan gereja Santo Stefano, ramai dan wajib dikunjungi buat turis.

Sayangnya saya kurang mengerti seni. Saya ga tau kenapa tata kotanya padat begini. Sama ga ngerti kenapa bangunan-bangunan kuno ini malah tampak kumuh. Kecuali patung Neptunus, itu keren. Tapi apakah saya akan sebulanan memeluknya dan bilang saya betah di Bologna karena ada Neptunus? Saya kira Poland jauh lebih menyenangkan. Dan jika memilih mau tinggal di mana, absolutely Indonesia.

Bologna, dalam 25 Hari

Kali pertama di Bologna sama menariknya dengan Warsaw. Senang ternyata kami tinggal di sini, di Via Santo Stefano, benar-benar di pusat kota. Akan banyak tempat menarik yang dapat kami kunjungi hanya dengan berjalan kaki. Senang karena kami tinggal di apartemen yang rapi, lebih luas dibanding di Filtrowa, mungkin juga lebih luas dibanding rumah kami nun jauh di Bandung coret, dengan barang-barang detail yang lengkap. Senang karena Bologna jauh lebih hangat dari Warsaw. Senang karena Italia lebih heterogen, banyak sekali orang asia, terutama india, dan muslim yang berjilbab. Pada hari pertama kami sudah menemukan toko daging halal dan memang ada banyak. Senangnya.

Namun hari-hari di Bologna ternyata tidak lebih menyenangkan dari Warsaw. Tidak banyak taman di sekitar tempat tinggal kami. Harus berjalan lumayan jauh ke Giardini Margherita, taman kota yang luas buat piknik. Sisanya semuaa toko, berasa kami tinggal di tengah pasar baru. Kami juga tidak banyak bertemu bule-bule seramah orang Warsaw. Oia bule Italia itu mungkin sekeluarga semua sama Valentino Rossi, keriting. Kalau bule Poland rambutnya pada lurus dan relatif lebih cakep, tinggi, proporsional. Di luar itu semua, yang paling tidak menyenangkan bahwa di Itali mahal, sangat mahal.

Bologna katanya one of the most wonderful place in the world. Kota tua yang merepresentasikan Italia abad pertengahan, gothic, renaissance, dan baroque. Jalan di sini tidak diaspal melainkan ditutup semacam batu atau paving blok, seperti di old town Warsaw atau Braga di Bandung. Trotoar adalah arcade; teras gedung, berupa lorong, beratap, dan lantainya keramik. Arcade di sini adalah yang terpanjang di dunia. Tujuannya supaya aktivitas jual-beli tetap berlangsung, berjalan menjadi teduh, terlindung dari panas dan hujan. Namun, sinar matahari menjadi terhalang, lantai arcade terlihat kotor, lembab, becek kalau hujan. Gedung-gedung tua di sini, selain apartemen dan toko, banyak adalah gereja. Semua berdempetan tinggi, hanya menyisakan jalanan sempit yang kadang berupa gang tanpa trotoar. Kota menjadi penuh sekali. Menurut saya, Bologna tampak muram dan horor, terlebih kalau hari gelap. Pengap karena tidak ada pohon dan lahan untuk rumput-rumputan. Anjing dengan seenaknya pipis dan ee di lantai dan pilar, menabung bau dan jijik di mana-mana. Tempat sampah besar juga ada banyak di pinggir jalan, beberapa di sekitarnya berceceran, sama sekali tidak indah.

dari depan Due Torri

Bologna, sebagai bagian dari negara Italia yang terkenal mungkin sebegitu menarik untuk didatangi "imigran" mencari peruntungan. Sekian banyak toko kelontong, semua penjualnya ternyata orang India. Pedagang asong di sudut-sudut jalan kebanyakan orang negro. Pendatang lain adalah pelajar dan banyak sekali turis. Segerombolan bule membawa peta menjadi biasa. Segerombolan alay berdandan boyband pasti dari Asia Timur. Segerombolan lain orang Amerika Selatan. Segerombolan lagi mengobrol dengan bahasa Indonesia.

Banyak pendatang juga menjadi pengemis, pun mengganggu keindahan Bologna. Sebagian adalah pria bule yang sangat sehat. Sisanya banyak dari Rumania, perempuannya biasanya berkerudung bunga-bunga. Kata teman papa yang Rumanian, mereka gipsy. They're from Rumania but not Rumanian. Gipsy menjadi kaum pendatang di banyak negara di eropa untuk mengemis dan mengamen, membuat Rumanian merasa dicemarkan nama baiknya.

di Piazza Maggiore yang berkumpul turis dan imigran

25 hari di Bologna, tentu saja kami senang sekali. 25 hari berjalan-jalan di arcade, menyusuri terakota yang berhenti di dua menara. 25 hari yang karena sudah berada di pusat kota, bingung harus ke mana lagi. 25 hari malah saya habiskan tidur-tiduran depan tv berbahasa Italia. Kapan-kapan saya pengen ke Bologna lagi. Eh ngga ding, pengen ke tempat lain saja, ke negeri menara yang berbeda lagi.

Makanan Halal di Warsaw

Makan apa di Polandia? Yang sudah jelas halal, memasak sendiri ikan, sayur, dan buah. Tetapi ikan harganya mahal, sedikit macamnya, dan tidak banyak yang segar. Sayur dan buah umumnya berharga mahal, kecuali saat panen akhir musim panas, bisa jauh murah. Orang Polandia biasanya makan roti atau kentang, dan daging.

Dede makan spageti
Polandia itu tempatnya daging. Bukan cuma daging sapi dan ayam, banyak toko daging juga menjual daging domba, babi, rusa, kuda, bebek, atau kalkun; potongan daging segar, filet, daging cincang, atau berupa sosis. Sayangnya kami tidak bisa membeli semudah menemukannya. Kami perlu yakin daging yang dijual tidak bercampur atau bersentuhan dengan daging babi. Akan menjadi haram bukan?

Karena jumlah muslim di Polandia sangat sedikit, sangat sulit menemukan toko halal. Kami harus naik dua bus demi menuju satu toko daging halal di Praga. Nama tokonya Le Diplomate, sebelumnya di Meksykanska, sekarang pindah di Atenska. Penjualnya ramah, bisa banyak bahasa. Katanya dagingnya disembelih sendiri; domba, sapi, ayam, ada daging organik juga. Meski tidak terlalu segar dan harga lebih mahal, tetap tak tertandingi, it's the only one, halal. Toko halal lain ada di mesjid, dua dekat Pole Mokotowskie, dan konon beberapa lagi entah di mana. Toko-toko itu tidak menjual daging mentah segar, melainkan daging beku impor yang jauh mahal, selain sosis-sosis halal yang juga mahal. Kami sering beli sosis kaleng dan rasanya enak. 

Kalau sedang jalan-jalan sama Papa saya suka beli kebab. Ini fastfood paling populer di Warsaw, ada banyak sekali layaknya rumah makan padang di Indonesia. Mulai dari  kios tenda di taman -yang sebelahan atau bersebrangan sama-sama menjual kebab-, sampai resto Kebab King. Kecuali kebab Yunani, cari yang penjualnya muslim, serta baca basmalah. Harganya mulai 8 zl untuk ukuran kecil, buat saya sudah kenyang. Kadang beli satu buat bertiga Papa dan Dede, berhemat.

menu di Amrit kebab

Mencari makanan berlabel halal di Warsaw ya sesulit menangkap salju di Padalarang, halah. Maka, identifikasi halal-haram dilakukan sendiri saja, dan selalu bismilah sebelum makan. Jika membeli makanan jadi; es krim, burger, pizza, pastikan yang memasaknya terpisah dengan babi, tidak digoreng dengan lemak hewan, tidak mengandung alkohol, serta lihat ingredients lengkapnya. Kalau ada wieprzowa, smalec, jangan beli.

Hmmm, sedangkan di Indonesia merasa semua produk makanan halal, posedur ini kadang terlewatkan. Banyak restoran Jepang dan bakery meragukan loh, cari logo halal atau tanya dulu penjualnya ya.

buat Iyan,

Berasa ga rela mengakui, tapi terlalu nyata. Apalagi setelah begini jauh, terpisah takdir, berbeda jarak. Sapa kita terbatas. Setelah sekian lama, akan semakin lama. Kangen.

Pengen jalan-jalan lagi sama kamu. Bawa keresek gedee banget dari Borma sambil gendong dede. Seharian jalan kaki muterin FO se-Riau dan ga beli apa-apa. Nonton Harry Potter, menyembunyikan bekal makanan murah dari rumah. Bahkan kalau aku telah kehilangan semua teman, kamu masih bisa dibayar dengan donat. Kita ke ciwalk sampai mabok.

Berada di sini yang asing, kamu adalah orang pertama yang terpikirkan. Pengen berbagi cerita banyak sekali. Karena kamu paling tau, dan kita sama. Nyaman buat komentarin baju, sinetron, presiden, harga cabe, hujan, apapun bahkan ga penting. Kini mengingat diskusi malam kita sama mama tentang Rhoma Irama pun begitu ngangenin.

Ah. Waktu telah berganti.

Kapan bisa main bertiga lagi. Mungkin ga akan pernah lagi gantian boncengin mama ke Cicadas. Mungkin ga akan pernah lagi naik damri dan belanja sambil ngambek-ngambek di Kings. Mungkin ga akan pernah lagi makan pizza dengan menyesal karena harganya mahal.

Sekarang pengen liatin kamu sama mama bikin kue. Pengen keripik setan.Pengen lari pagi. Pengen minjem novel. Pengen nitip dede. Pengen ke Pakuhaji. Pengen lebaran. Pengen idul adha. Pengen dan kangen semuanya di rumah.

Oia, kamu kangen aku juga ga? Bilang iya ya, nanti ditraktir cheesecake. Kita makan samasama.



P.S: salam buat mama. kangeeen banget juga.

KB di Polandia

Kontrasepsi atau KB (Keluarga Berencana) merupakan program pemerintah Indonesia yang karenanya menjadi hal mudah dan biasa. Selain banyak bisa dilakukan di dokter kandungan, bidan, rumah sakit, dan puskesmas, harganya juga relatif terjangkau.

Sebelumnya, saya pengguna KB suntik per 3 bulan. Saya takut IUD dan cukup pelupa kalau harus minum pil setiap hari. Saya juga pernah punya endometriosis sehingga menderita sakit setiap kali menstruasi. KB suntik memungkinkan tidak menstruasi sehingga saya bisa terhindar dari sakit.
Bagi saya, Poland adalah bagian dari benua eropa yang bebas yang ga malu kalau orang berduaan gelendotan dan ciuman di mana pun di tempat umum. Membeli kondom di Poland mungkin akan semudah beli vetcin sasa di warung di Indonesia. Maka saya kira, akan mudah juga eksekusi KB jenis lain di Poland.

Ternyata, KB bukanlah hal umum di Poland. Karena katolik, KB yang diperbolehkan hanya sistem kalender dan kondom. KB, terutama pil, menjadi terlarang karena dianggap sama dengan membunuh janin. Banyak ginekolog tidak akan meresepkan pil karena bertentangan dengan hati nuraninya. Menurut teman, yang saya kenal di Poland cuma satu beliau yang sayangnya sudah pulang ke Jakarta, bahan aktif dalam KB suntik 3 bulan juga tidak terdaftar di Poland.

Saya menjadi takut-takut untuk konsultasi KB ke ginekolog. Apa saya sedang merencanakan pembunuhan juga?

Saya akhirnya diresepkan pil KB untuk masa breastfeeding. Dan benar, di hari ketujuh saya sudah lupa.


Tuhan, mohon maafkan saya yang picik ini. Maafkan saya, bukan ingin menangguhkan rejekiMu. Saya hanya ingin memberikan yang terbaik dulu buat Dede. Tuhan, mohon maafkan saya yang pemalas ini, satu dede saja saya masih berantakan, masih selalu merepotkan papa, masih sering marah-marah. Tuhan, mohon maafkan saya yang bodoh ini, yang melulu belum siap untuk dede kedua, ketiga. Tuhan, mohon maafkan saya lagi. Mungkin nanti saya akan berdoa berbeda, ketika saya pikir Dede tidak akan pernah kembali menjadi Hilmi kecil selucu hari ini.

Jumat, 30 Maret 2012

Bersyukur

Bersyukur menghabiskan setiap detik yang saya punya sama dede, buat dede. Melihat segala lucu dan bertumbuhnya dari waktu ke waktu. Bersyukur juga atas adanya papa, teman buat berbagi, mendengar keluh saya dan menggantinya dengan cinta yang jauh menyenangkan. Bersyukur di ruang kecil ini tak banyak beban yang perlu saya uruskan. Bersyukur untuk semua bahagia dan hampir dua tahun yang teristimewa.

Namun nyatanya saya masih rapuh juga. Ketika papa ga ada dan hari tak sesederhana siklusnya. Kadang sepi. Kadang pengen marah-marah sendiri. Tuhan, mohon jadikan saya perempuan yang kuat dan penyabar, istri yang baik, ibu yang baik..

Di luar flat di sini, saya memang ga punya teman, ga kenal siapa-siapa. Dengan orang Poland yang hampir selalu menyapa, tentu saya terkendala bahasa. Nie mowiÄ™ po polsku, saya tidak bicara bahasa poland.. Maka saya mencoba berteman dengan sesama ibu-ibu Indonesia, semuanya istri dan pegawai kbri. Ternyata terlalu eksklusif. Saya menjadi nerd dan terasing. Jika di Indonesia mudah meratapi fakta ini, saya masih punya orangtua dan saudara buat teman belanja dua hari dua malem sambil mabuk-mabukan, memupus sepi. Berbeda di sini, saya sungguhan alien sendiri.

Ah, saya galau lagi.

Berkubur di rumah pun kadang memuakkan. Kolaborasi mood yang buruk, pekerjaan rumah tak terselesaikan, dan ketidakpekaan membaca dede. Saya meledak! Kalau sudah gitu, kasian dede nangis setelah saya bentak-bentak. Saya cuma peluk dede. Maafin mama ya. Padahal dede baik, selalu baik. Ga ada anak yang nakal, yang ada hanya orang tua yang kurang sabar.

Ya, saya harus banyak lagi belajar menjadi perempuan yang kuat dan penyabar. Saya mau menjadi tough woman behind great men, mendukung cita-cita papa, mendukung cita-cita dede, mewujudkannya sama-sama, dan menjadi alasan mereka bahagia.

Betapa saya seharusnya bersyukur. Bukankah saya sangat beruntung, mempunyai teman-selamanya sebaik papa? Bukankah saya sangat beruntung, ada dede yang selalu mencium saya dan ketawa dengan masih lima giginya? Bukankah saya sangat beruntung, berkesempatan mengalami dingin ekstrimnya Warsaw bahkan rencana jalan-jalan ke negeri-negeri menara? Bukankah saya seharusnya sangat bersyukur?


Tuhan, terima kasih atas rumah kecil saya; papa dan dede. Mohon jadikan saya perempuan yang kuat dan penyabar, istri yang baik, ibu yang baik. Aamiin.

Solilokui Catatan-catatan Saya

Aku adalah catatan sebelum terbit. Seandainya aku punya kepala imajiner, banyak hal menarik berpusar di sana, ide-ide yang berdiskusi, meletup. Sayang menjadi kosong untuk terbaca; hanya berdesakan dalam pikirku, berantakan, mencuat sepenggal, berhenti sebelum menemukan makna. Maka ceritaku akan membingungkan saja. Mereka tidak mengerti, mungkin bilang buang-buang konsentrasi.
Kenapa begitu lambat menyusun kata? Coretan berkonsep berhitung, bahkan revisi berkali-kali. Mencipta alur. Membuat penokohan. Mengganti latar. Namun tetap masih dangkal, masih ambigu, masih tersisa biasa, terlalu datar. Pun setelah lama mencari kesempurnaan, meski berdasar selera sendiri. Ternyata tak berarti sesuatu baginya. Belum seribu.

Sekali ingin belajar sastra, menulis hitam, atau senja. Ah tapi aku menyerah. Toh pemilikku tidur. Apa dikira mimpi terwujud tanpa berjuang?