Kami pun merayakan second anniversary di Venezia, Venice. Hehe, boong ding. Masih seminggu lagi.
Berasa ga percaya bisa ke Venezia, yang dari dulu cuma saya lihat dengan terkagum-kagum di buku, di tipi. Sekarang saya beneran di Venezia! Saya lihat air, bangunan-bangunan dikelilingi air, jembatan-jembatan di atas air, perahu-perahu berjalan di air. Iya gondola.
Kami ke Venezia tanpa persiapan. Hanya berbekal 500 mL air mineral dan beberapa roti. Tanpa informasi apapun, tanpa guide, tanpa googling. Kami berangkat pagi dengan kereta kelas 2 dari Bologna Centrale. Kurang dari dua jam tiba di stasiun Venezia S Lucia. Kami beli peta paling murah 2.5 eur.
Kamu boleh mencoba naik water bus, perahu besar yang menyusuri "jalanan" air di Venezia dengan tujuan tertentu. Harga one way 6 eur. Kalau kamu ingin lebih privat silakan mencoba water taxi yang tujuannya bisa kamu tentukan sendiri. Buat yang eksklusif atau honeymoon, naiklah gondola. Mamang-mamangnya pake seragam, baju garis-garis biru dan topi jerami. Perahu gondolanya bagus, dengan karpet dan bunga-bunga. Sedangkan untuk paket hemat seperti kami, cukup foto saja gondolanya lalu tinggalkan. Kita berkeliling Venezia dengan jalan kaki.
Setiap orang di Venezia mungkin adalah turis. Jual beli souvenir dan makan-makan menjadi ramai sekali. Gang-gang sempit daratan yang menghubungkan antargedung menjadi seperti pasar. Meski tidak sebanyak Bologna, Venezia juga punya banyak gedung kuno khas Italia, patung-patung bagus, dan menara-menara miring. Kata papa mungkin Italy adalah asal kata dari italic, jadi miring-miring.
Jalan di sekitar kompleks bangunan adalah air, seperti sungai. Airnya cukup bersih, biru-hijau, dengan banyak gondola di tepinya dan jembatan beraneka macam. Venezia merupakan kota bersejarah yang dibangun manusia dengan fondasi sulit di atas laguna. Kota ini semakin tergenang jika pasang. Namun bukan menjadi kumuh, Venezia cantik seperti yang diceritakan di buku, yang saya lihat di tipi. Apalagi kalau pada waktu-waktu tertentu ada karnaval topeng, festival seni, pesta kembang api, atau pemutaran film, pasti jauh lebih seru.
Sebagai sebuah kota, ternyata Venezia tidak terlalu luas. Bisa ditelusuri keseluruhan dengan berjalan kaki seharian, pasti gempor. Karena salah satu hal yang menyenangkan bahwa di Venezia hampir tidak ada mobil dan motor, kan water bus dan taksinya pakai perahu. Oia sebagai tips wisata, gunakan sepatu kets atau apapun yang nyaman, dan karena cuacanya hangat tidak butuh lagi jaket winter berlapis-lapis. Berjalan berkeliling di kota ini sangat menyenangkan, jangan ganggu dengan high heels dan jaket yang berat.
Akhirnya kami sampai di Piazza San Marco, pusat kehidupan orang-orang Venezia yang kata peta paling indah di dunia. Plasa yang luas dengan monumen-monumen jaman Renaissance. Basilica San Marco yang menyimpan harta karun Konstantinopel, menara jam Torre dell'Orologio, Palazzo Ducale, dan menara lonceng. Di sekelilingnya berderet cafe dan butik merk-merk terkenal. Waaa mauu. Tapi kalaupun saya beli menghabiskan tabungan papa, sekalinya dipakai pasti dikira beli kw dari pasar ular. Mending tabungannya buat sasak rambut, meningkatkan kasta biar dikira ibu pejabat. Hehe.
Pokoknya tidak akan bosan berulang-ulang menyusuri kota yang dikelilingi air. Setiap sudut memiliki keunikan, bagus semua. Tapi matahari semakin terik. Sebentar lagi mungkin satu orang dapat satu matahari. Kaki juga sudah ga karuan rasanya. Kami sudah berjalan lebih dari lima jam. Alhamdulillah tapi capenya terbayar. Kota tergenang ini memang layak dikunjungi. Terima kasih papa buat Venezianya. Suka.
Berasa ga percaya bisa ke Venezia, yang dari dulu cuma saya lihat dengan terkagum-kagum di buku, di tipi. Sekarang saya beneran di Venezia! Saya lihat air, bangunan-bangunan dikelilingi air, jembatan-jembatan di atas air, perahu-perahu berjalan di air. Iya gondola.
Kami ke Venezia tanpa persiapan. Hanya berbekal 500 mL air mineral dan beberapa roti. Tanpa informasi apapun, tanpa guide, tanpa googling. Kami berangkat pagi dengan kereta kelas 2 dari Bologna Centrale. Kurang dari dua jam tiba di stasiun Venezia S Lucia. Kami beli peta paling murah 2.5 eur.
Setiap orang di Venezia mungkin adalah turis. Jual beli souvenir dan makan-makan menjadi ramai sekali. Gang-gang sempit daratan yang menghubungkan antargedung menjadi seperti pasar. Meski tidak sebanyak Bologna, Venezia juga punya banyak gedung kuno khas Italia, patung-patung bagus, dan menara-menara miring. Kata papa mungkin Italy adalah asal kata dari italic, jadi miring-miring.
Jalan di sekitar kompleks bangunan adalah air, seperti sungai. Airnya cukup bersih, biru-hijau, dengan banyak gondola di tepinya dan jembatan beraneka macam. Venezia merupakan kota bersejarah yang dibangun manusia dengan fondasi sulit di atas laguna. Kota ini semakin tergenang jika pasang. Namun bukan menjadi kumuh, Venezia cantik seperti yang diceritakan di buku, yang saya lihat di tipi. Apalagi kalau pada waktu-waktu tertentu ada karnaval topeng, festival seni, pesta kembang api, atau pemutaran film, pasti jauh lebih seru.
Sebagai sebuah kota, ternyata Venezia tidak terlalu luas. Bisa ditelusuri keseluruhan dengan berjalan kaki seharian, pasti gempor. Karena salah satu hal yang menyenangkan bahwa di Venezia hampir tidak ada mobil dan motor, kan water bus dan taksinya pakai perahu. Oia sebagai tips wisata, gunakan sepatu kets atau apapun yang nyaman, dan karena cuacanya hangat tidak butuh lagi jaket winter berlapis-lapis. Berjalan berkeliling di kota ini sangat menyenangkan, jangan ganggu dengan high heels dan jaket yang berat.
Akhirnya kami sampai di Piazza San Marco, pusat kehidupan orang-orang Venezia yang kata peta paling indah di dunia. Plasa yang luas dengan monumen-monumen jaman Renaissance. Basilica San Marco yang menyimpan harta karun Konstantinopel, menara jam Torre dell'Orologio, Palazzo Ducale, dan menara lonceng. Di sekelilingnya berderet cafe dan butik merk-merk terkenal. Waaa mauu. Tapi kalaupun saya beli menghabiskan tabungan papa, sekalinya dipakai pasti dikira beli kw dari pasar ular. Mending tabungannya buat sasak rambut, meningkatkan kasta biar dikira ibu pejabat. Hehe.
Pokoknya tidak akan bosan berulang-ulang menyusuri kota yang dikelilingi air. Setiap sudut memiliki keunikan, bagus semua. Tapi matahari semakin terik. Sebentar lagi mungkin satu orang dapat satu matahari. Kaki juga sudah ga karuan rasanya. Kami sudah berjalan lebih dari lima jam. Alhamdulillah tapi capenya terbayar. Kota tergenang ini memang layak dikunjungi. Terima kasih papa buat Venezianya. Suka.