Tampilkan postingan dengan label cerita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerita. Tampilkan semua postingan

Senin, 05 Desember 2016

HotPack (핫팩)

Keluar dari toko kacamata kami dihadiahi beberapa bungkus kecil bertuliskan 핫팩. Lalu, linglung. Saya menebak ini silika panas untuk membengkokkan frame kacamata. Bukan, kata PapaMi mungkin lap kacamata. Sementara kami berdebat, Hilmi hampir memakannya, dikira permen.

Ternyata ini hotpack atau heatpack, satu teknologi peradaban manusia buat bertahan di musim dingin --Padahal saya sudah mengalami sekitar empat kali musim dingin, tapi ga pernah tau ada benda begini, ga gaul deh! Di Korea Selatan, hotpack banyak dijual dimana-mana: di supermarket, di warung, di Daiso, di apotek. Hotpack ini dapat berupa koyo yang ditempel di punggung baju, di perut, di kaus kaki, atau hanya berupa pak untuk dipegang di tangan atau di saku. Selain disposable hotpack ini, ada juga hotpack elektrik dan reusable liquid hotpack.

hotpack dijual di gmarket

Selasa, 19 Juli 2016

Bahan Kimia Sintesis vs Organik

Semakin marak produk natural dan organik: makanan, kosmetik, sampai pakaian. Dilabel dengan harga jauh mahal, produk organik menyampaikan pesan bahwa segala hal yang alami dipastikan lebih baik. Benarkah bahwa bahan kimia sintesis berbahaya dan bahan organik lebih baik?

Jumat, 01 April 2016

Family Time

Sebelumnya, PapaMi belum mengiyakan tawaran rekomendasi posdoc di Korea. Saya bilang, terima saja dulu, selanjutnya biar Allah yang menentukan; kalau tidak lolos berarti bukan rejeki di sana, kalau positif berarti memang takdir yang terbaik sudah dipilihkan. Tapi, kata PapaMi, jam kerja di Korea kan... Ya kalau Allah sudah menentukan, pasti dimudahkan. Ga apa-apa. Saya meyakinkan.

Selasa, 15 Maret 2016

Visa Korea Dependent Family

Berikut ini adalah pengalaman membuat visa Korea untuk family dependent (Visa F-3), yaitu anggota keluarga (spouse dan anak) yang akan tinggal bersama  menyusul anggota keluarganya (WNI) yang telah tinggal di Korea. Jenis visa ini tidak dicantumkan di website Kedutaan Korea untuk Indonesia.

Visa Korea Peneliti

Berikut ini adalah hasil mengamati PapaMi yang bikin visa researcher (visa E-3) untuk penelitian ilmiah alias posdoc. Saya kira visa Papa itu visa pelajar (D-2) karena visa pelajar juga mencakup penelitian ilmiah, ternyata bukan.

Jumat, 05 Februari 2016

Belajar menjahit

Saya pernah bilang ke PapaMi, saya mau belajar fotografi. Maka secara impulsif Papa beli dua dslr, beberapa lensa, dan banyak aksesoris tambahan lainnya. Tidak lama saya menyerah, berdalih ternyata fotografi bukan passion saya. Lalu saya bilang mau belajar menjahit. Sompral. Tetapi PapaMi selalu mendukung niat saya. Dicarikanlah mesin jahit second. Nemu di olx, gooodd condition dengan harga nyaris setengah harga baru.

Selasa, 31 Maret 2015

Pulang

Sehari, seminggu, sebulan, sejak pulang ke Indonesia. Rindu pun mereda. Berganti menghadapi kenyataan betapa berantakan manusia dan kelola negeri ini. Mungkin saya gagal move-on.

Lalu, tujuh bulan kemudian kami berkesempatan kembali. Bagi saya, ini seperti akan mengunjungi rumah tetirah dan liburan. Seperti napak tilas masa teristimewa dalam hidup. Seperti perjalanan mewujudkan salah satu mimpi. Ya. Rasanya senaaang sekali.

Kamis, 12 Maret 2015

Visa Schengen Polandia

Sebelumnya, saya pernah membuat Visa Nasional Polandia, proses apply-nya diceritakan di sini. Visa nasional adalah visa tipe D dengan status seperti residence card atau KTP (karta pobytu dalam bahasa Polandia), bersifat long term, untuk visa saya berlaku 365 hari. Di visa saya waktu itu tertulis multi entry, artinya saya bisa bebas keluar masuk Polandia selama masa berlaku visa tersebut, saya bisa keliling negara Schengen, bahkan keluar negeri ke manapun dan boleh kembali ke Polandia berkali-kali. Perlu diperhatikan karena teman di negara Schengen lain mempunyai visa single entry, jadi walau diizinkan tinggal setahun tetapi sekali meninggalkan negara itu tidak bisa kembali lagi.

Nah sekarang saya apply lagi Visa Schengen tipe C, short term dengan masa tinggal maksimum 90 hari. Sekalian update beberapa tahapan yang berubah. Beginilah ceritanya..

Sabtu, 07 Februari 2015

Kesempatan Kerja di Polandia

Menanggapi beberapa pertanyaan seputar bagaimana kesempatan bekerja di Polandia. Tulisan ini mencoba menjawabnya walau semata berdasarkan kesotoyan saya.

Beasiswa kuliah di Polandia

Berkali kali saya menerima email yang menanyakan bagaimana caranya memperoleh beasiswa untuk kuliah di Polandia. Berkali kali pula saya meminta PapaMi menuliskan pengalaman beasiswanya. Namun, berkali kali malah saya ditolak. Ah, Papaa..

Selasa, 03 Februari 2015

Morskie Oko w Bandung

Foto pertama di bawah adalah sebuah danau termasyur di tengah pegunungan di Zakopane (ceritanya di sini). Sedangkan foto kedua adalah danau kawah di tengah gunung Patuha di Bandung Selatan. Mana lebih bagus? Menurut saya, Kawah Putih, absolutely.

Morskie Oko

Kawah Putih


Keduanya serupa dalam banyak hal. Sama-sama danau pegunungan yang cantik. Kecuali bahwa Morskie Oko tidak bau belerang, dan Kawah Putih tidak pernah beku.


Kami ke Morskie Oko pada bulan Mei, masih beku

Senin, 26 Mei 2014

Root Canal Treatment

*ini testimoni dari perspektif pasien berdasarkan pengalaman menjalani root canal treatment, perawatan kanal akar.

Selasa, 27 Agustus 2013

Sembilan Belas Bulan

Berturut-turut saya mimpi. Saya, Papa, dan Dede pulang. Bertemu Mama, ah sudah teramat lama rasanya. Kami saling berpeluk kangeen sekali. Mama sendirian. Iyan kerja, katanya. Kami bercerita, melepas cinta yang selama ini berbatas. Saya terus memandangi Mama. Haru, sesak, senang, saya tak ingin bangun...

saya tampak gendut di foto ini *gapenting*


Sudah lebih setahun saya di sini. Sembilan belas bulan. Selain merindu rumah, merindu keluarga, dan merindu mamang keripik setan, saya sangat sangat merindu semua tentang tanah kelahiran. Hujan banjir di perempatan Cihanjuang tetap lebih saya pilih daripada hujan emas di Warsaw. Seramah dan senyamannya Warsaw, saya tetap asing; ga bisa bahasa Polish, ga punya temen, apalagi mengingat bertemu orang-orang menyebalkan. Huhu. Saya ingin tidur saja sampai tahun depan.

Namun sembilan belas bulan ini adalah pengalaman paling kaya. Bukan hanya karena jarak yang lebih dari 14 ribu km. Tetapi di sini saya menemukan banyak pembelajaran. Saking banyak, saya bingung menyusunnya di kepala. Jelasnya, saya belajar full time menjadi ibu, menjadi istri, menjadi muslim, menjadi pribadi yang saya ingin menjadi lebih baik.

Berada di sini adalah perjuangan kami bertiga. Sama-sama mempelajari kehidupan dengan Papa, belajar jujur seperti Dede.

Meski perjuangan, saya tidak akan menyebutnya pengorbanan, karena pengorbanan seolah diam mengharap balas. Sedang saya ikhlas, belajar, dan bahagia menjalaninya. Berada di sini adalah ketulusan.

Berada di sini juga kesempatan, memiliki waktu yang tak terbatas untuk upgrade diri. Bukankah manusia harus selalu bergerak, memberi manfaat untuk sekitar? Sekarang pun meski lambat begini, saya berusaha bermanfaat di rumah kami. Nanti jika Tuhan memberi kesempatan lain, amanah lain untuk manfaat lebih luas lagi, saya ingin sudah siap mengembannya.

Sudah sembilan belas bulan saya di sini. Mudah-mudahan studi Papa lancar, berhasil sehingga tahun besok kami pulang, back for good. Berharap ketika pulang itu kami telah berubah lebih baik dan siap bergerak lebih banyak lagi.

*EdisiMenyemangatiDiriSendiri*

Kamis, 18 Juli 2013

Ramadhan Kareem Polandia!

Akhir-akhir ini saya malaas sekali menulis. Apalagi sekarang sudah Ramadhan, semakin sok sibuklah saya. Hehe. Ramadhan 1434 H di sini, berdasarkan info Dewan Imam Liga Muslim Polandia, dimulai Selasa 9 Juli 2013. Berikut jadwalnya.


Puasa hampir 19 jam, dengan cuaca musim panas yang terik dan orang-orang di jalan yang bahagia minum dan makan eskrim. Membayangkannya menderita ya, tetapi menjalaninya tidak sedemikian payah. Allah sungguh Maha memberi kekuatan. Maka, semoga Ramadhan semakin mendekatkan kita dengan Tuhan, mengisikan banyak kebaikan. Semoga nilai ibadah saya bukan melulu dari tidur. Terutama, semoga bulan mulia ini tidak berlalu sekedar menahan lapar.

Saya share salah satu video yang wajib ditonton.



You train your heart to control your body that's what you do when you fast. Why is that important? Because when the fasting is over you have to continue, your heart is ready to control your body. So you not just gonna eat what you want, you not just go where you want, you not just look at what you want. The body got weaker, the heart got stronger.

So brother (sister), if you are fasting staying at home, watching movie..YOU ARE NOT FASTING! Because your heart is still giving in to your wrong temptation. The entire exercise of fasting is you constantly remember just like I am fighting my stomach, I am fighting my throat, I got fight my desire, I got fight my mouth, tongue, eyes, hormone,..

If we don't remember this, we just like bani israel. They are fasted, but they didn't have TAQWA
...

When people think about Ramadhan what the first thing does come to their head?

Allah says in the Quran (QS 2: 185), the first thing you should think about when you hear the word Ramadhan is the QURAN, “ Syahru Romadhoon alladzi unzila fiihil Quran” not “alladzi kutiba fiihishshiyaam”. The month in which the Quran came down. The thing that makes Ramadhan special is not the fasting. The thing that makes Ramadhan special is THE QURAN. That is Allah telling us.

Now you have to ask yourself, if you are fasting in Ramadhan but you don't recite any Quran. If you are fasting in Ramadhan but you didn't not memorize not even one page in the whole 30 days, not even half page, not even 2 ayahs, you didn't memorize anything from the Quran. How do you understand what Allah say?

The entire purpose of Ramadhan is to celebrate the Quran!


Jumat, 08 Maret 2013

Cukuplah Allah menjadi Penolong Kami


Barusan sekali saya baca tulisannya Tere Liye. Like lagi!

Mengingat kembali kisah Nabi Ibrahim yang akan dibakar hidup-hidup. Peliknya pengepungan peperangan pada masa Rasulullah. Serta kesulitan fitnah yang menimpa Aisyah RA. Ketika itu orang-orang saleh tersebut berdoa. Dengan hasballah. 


حَسْبُنَا اللّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ  نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ



Hasbunallah wa ni'mal wakil, ni'mal maula wa ni'mal natsir. Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.

Kekuatan doa itu terbukti melebihi segala kesaktian apapun di dunia. Mendinginkan api, memenangkan peperangan yang jelas tampak mustahil. Yakin hanya kepada Allah kita berserah diri. Bahkan malaikat Jibril yang besar dan gagah pun bukan yang kita butuhkan.


Ah, ya, saya sering bersedih berlarut-larut. Menangis bermalam-malam. Galau. Bercerita berbusa-busa. Siapa peduli. Sering merasa terdesak, tersudut, oleh dzalim dan jahatnya dunia, merasa begitu banyak beban, tidak sanggup menata kegagalan. Padahal mungkin, sungguh, masalahnya sederhana, tidak seujung kuku dibanding bertemu Raja Nambrud.


Seharusnya saya cukup bersimpuh, berdoa dengan kalimat itu. Menegaskan tauhid.


Jangankan tangis dan doa manusia, sehelai daun yang jatuh di bagian dalam hutan paling gelap sekalipun, Allah pasti tahu. Allah pasti mendengar setiap doa, tidak mungkin mengabaikan makhlukNya yang memohon pertolongan. Allah pasti akan datang, tepat pada waktunya. 


Jadi jangan bersedih lagi. Jangan berputus asa lagi. Tidak pantas seseorang yang punya Tuhan berputus asa. *


Minggu, 24 Februari 2013

Saya (Tidak Mau) Minum Kopi Lagi

Berencana sesi foto di jalanan, Dede malah bobo. Semakin beratlah menggendongnya, dingin pula. Kami perlu berteduh di ruangan. Karena baru kekenyangan makan siang, kami tidak memilih restoran. Kami masuk ke kafe saja, Costa. Tentu harus membeli minum. Demi 2 zl lebih murah, saya memesan kopi, bukan coklat. Sudah berapa tahun ya saya ga minum kopi. Mumpung sekarang sudah berhenti menjadi ibu menyusui. Bolehlaah.

Kamis, 25 Oktober 2012

Menjadi Wanita

Kalau kesempurnaan wanita diukur berdasarkan kepandaian berdandan, kerajinan beres-beres, masakan yang enak, dan hobi menjahit, saya pasti harus reinkarnasi. Menjadi pria? Bukan, menjadi botol saja. Argh, sungguh tidak bergunanya saya, wanita gagal! Dan bukannya berusaha lebih giat belajar atau melanjutkan menyetrika, saya malah mengetik ini. Bolehkah saya tidak melakukan apa-apa sejenak, me time?

Saya sedang lelah mengulang hari. Sekali saja saya ingin tidak membersihkan makanan yang ditumpahkan Dede, tidak membujuknya makan, tidak menerjemahkan tangisnya. Sehari saja saya ingin tidak memasak, frustasi setiap kali mencicipinya, membosankan, tidak enak. Saya ingin menangis sendiri. Saya ingin pulang melajang. Sebentar saja saya ingin berhenti; tidak bangun pagi, tidak mencuci, tidak membaca facebook, tidak makan.

Oh Tuhan, bukankah saya berjanji untuk syukur.

Seandainya boleh mengeluh, betapa menjemukan pekerjaan wanita rumahan. Seandainya tanpa iman, terasa berat sekali menjalankannya tak pernah berkesudahan. Seandainya tidak ada harapan kepada anak untuk tumbuh menjadi sholeh, tidak akan sudi mengerjakan pekerjaan tanpa status bergengsi ini. Seandainya bukan karena bakti dan cinta kepada suami, bagaimana bisa bertahan hingga bertahun lagi. Seandainya tidak mengharap ridha Allah, sia-sialah semua bersusah payah.

Jumat, 05 Oktober 2012

It's not a Magazine

Pernahkah masuk ke sebuah mall, ke toko, dan pelayannya terlihat sangat merendahkan kita? "Lo ga akan sanggup beli, ngapain liat-liat, keluar gih!" Saya beberapa kali mengalaminya. Di Bandung, di mall besar, di toko surfing, di fashion outlet yang sepi saking mahalnya, dan di kota ini sekarang.

Rabu, 12 September 2012

The Netherland #4, Epilogue.

Luar negeri tidak seindah foto-foto facebook..

Dulu melihat foto teman di luar negeri diposting di social media, iri sekali. Background bangunan keren, menara, transportasi yang rapi, apalagi salju. Yang difoto juga pasti sambil senyum, ketawa, senanglah tentu di sana. Bermimpi saya pun harus ke luar negeri, harus mengalami sendiri foto-foto itu.

Setelah sebulan saja di luar negeri. Yup, foto-foto itu fitnah. Foto yang diposting tentu saja yang baik, background bagus, suasana menyenangkan, makanan enak. Background ee anjing di jalanan ga mungkin difoto, cuaca yang selalu kelam tak terceritakan, perasaan miris selalu ingin pulang, apalagi kalau mesti jualan koran demi  makan layak. Siapa yang perlu iri?

Pada setiap foto, buat saya, ada ceritanya. Foto berikut adalah salah satunya, di pusat kota Den Haag. Gedung artistik di belakangnya entah apa, saya tidak peduli. Hari itu kami sedih sekali. Baru selesai membuat SPLP dari KBRI. Terkunci di Belanda. Bolak-balik di kereta dari pagi hingga larut. Kami kehilangan paspor.


Alhamdulillah kami masih bisa kembali ke Polandia. Setelah waktu begitu panjang dan melelahkan di Belanda, kami masih harus mengurus paspor baru di Warsaw. Mrnunggu di KBRI, dengan biaya 80 USD per paspor. Huaa, seandainya uang sebanyak itu dibelikan tempe. Saya dan Dede perlu mencetak visa juga. Beruntung residen permit papa ga ikutan hilang.

Visa saya dan dede yang sebelumnya masih berlaku sampai Januari tahun depan. Kami hanya perlu mencetak lagi di paspor baru, gratis. Hanya saja imigrasi di Warsaw itu "ajaib", all in Polish. Giliran saya ditelepon dengan bahasa Inggris, saya malah salah dengar. Jadi saya dimarahin petugas imigrasi. Hehe.

Tambahan lagi, nyatanya tidaklah begitu menyenangkan tinggal di negara yang bahasanya entah, yang muslimnya minoritas, yang orang Indonesianya hanya staf KBRI, yang imigran dianggap menuh-menuhin negara mereka saja. Terkadang bertemu orang rasis yang melecehkan, rasanya sakiiit sekali. Dan kehilangan paspor di negeri yang jauh, oh saya ingin menangis dipeluk beruang. Sungguh Indonesia adalah tempat tinggal paling nyaman. Hujan emas di negeri sendiri lebih baik daripada hujan batu di negeri orang, bukan?

Bagi saya, luar negeri tidak seindah foto-foto facebook..

Rabu, 08 Agustus 2012

Resep Dokter: Kol

Ternyata tarawih tengah malam itu amat sulit, puasa terpaksa bolong (lagi) karena sakit, dan tilawah lebih mungkin tidak khatam. Apa keimanan saya di sini tidak lulus ujian? Setelah berjilbab saja saya ingin-menghilang karena selalu menjadi tontonan, makanan halal yang mahal dan sulit -oh saya bosan luar biasa pada makarel asap-, sekarang ramadhan saat summer. Ya Allah kuatkanlah saya, dan papa.

Beribadah di Ramadhan ini, ya, saya tertinggal. Namun sedikit senang ketika membaca dan diingatkan bahwa beribadah itu bukan hanya habluminallah, harus juga habluminannas. Maka, menyiapkan makan, menemani dede bermain dan belajarnya pun ibadah. Alhamdulillah. Mengharap ridho Allah semoga semua niat baik menjadi ibadah yang pahalanya juga dilipatgandakan di bulan suci ini.

Oia kenapa saya tidak puasa.