Sebelumnya, PapaMi belum mengiyakan tawaran rekomendasi posdoc di Korea. Saya bilang, terima saja dulu, selanjutnya biar Allah yang menentukan; kalau tidak lolos berarti bukan rejeki di sana, kalau positif berarti memang takdir yang terbaik sudah dipilihkan. Tapi, kata PapaMi, jam kerja di Korea kan... Ya kalau Allah sudah menentukan, pasti dimudahkan. Ga apa-apa. Saya meyakinkan.
Sekarang, benarlah. PapaMi kerja jam 9 pagi sampai jam 8 malam kadang lebih, kadang weekend masih harus ke lab. Beda banget sama jam kerja dulu di Polandia; jam 9 sampai jam 5 sore, sabtu minggu libur, banyak hari kejepit, cuti tahunan, libur musim panas, libur natal, libur paskah, semuanya family friendly.
Sementara saya dan Hilmi berdua di rumah. Hilmi belum mau sekolah. Saya belum berani (dan maleess) sering-sering keluar. Kalau lagi pms gini, berasa. Arghh betapa hari-hari membosankan!
Papa sering mengajak jalan-jalan malam sepulang kerja, sesekali sengaja pulang sejam lebih awal. Weekend juga pasti kami main, belanja, menghabiskan waktu lamaa di luar. Sampai Papa pegel-pegel menggendong Hilmi, sampai tiap hari harus minum multivitamin. Saya mau minta apa lagi??
Sejak sebelum ini, saya sudah tahu konsekuensinya. Setahun masih panjang, atau dua tahun, atau tiga tahun... Daripada membayangkan masa depan yang kesepian, padahal saya bisa menyusun jadwal: belajar bahasa, homeschooling, menjelajah kota, dan melanjutkan menjahit. *fase terakhir itu kode, hehehe. Sungguh jadwal yang too good to be true.
Akhir kata, saya ucapkan banyak terima kasih kepada PapaMi. Dalam segala keterbatasan waktu ini, Papa selalu berusaha mengutamakan kami, membahagiakan saya dan Hilmi.
cie cie...
BalasHapus