Senin, 05 Desember 2016

HotPack (핫팩)

Keluar dari toko kacamata kami dihadiahi beberapa bungkus kecil bertuliskan 핫팩. Lalu, linglung. Saya menebak ini silika panas untuk membengkokkan frame kacamata. Bukan, kata PapaMi mungkin lap kacamata. Sementara kami berdebat, Hilmi hampir memakannya, dikira permen.

Ternyata ini hotpack atau heatpack, satu teknologi peradaban manusia buat bertahan di musim dingin --Padahal saya sudah mengalami sekitar empat kali musim dingin, tapi ga pernah tau ada benda begini, ga gaul deh! Di Korea Selatan, hotpack banyak dijual dimana-mana: di supermarket, di warung, di Daiso, di apotek. Hotpack ini dapat berupa koyo yang ditempel di punggung baju, di perut, di kaus kaki, atau hanya berupa pak untuk dipegang di tangan atau di saku. Selain disposable hotpack ini, ada juga hotpack elektrik dan reusable liquid hotpack.

hotpack dijual di gmarket

Rabu, 23 November 2016

Karakter Serial Korea

Di supermarket sedang ada promo ikan kaleng yang diiklankan Song Jong Ki. Ada banner besar berdiri sebagai figurine Jong Ki utuh sebadan. Beberapa orang berfoto dengan Jong-Ki-kardus itu, mungkin saking nge-fans, mengabaikan tumpukan kaleng tuna yang kurang elok sebagai latar.

Satu hal kecil menyenangkan di Korea, sebagai tanah kelahiran serial-serial favorit, adalah kemudahan bertemu dengan tema serial yang kita sukai. Saya ga suka Jong Ki dan drama Korea umumnya. Saya, bareng Hilmi, suka animasi Korea! Jadi, kami -atau saya doang- senang sekali bisa demikian sering ketemu tokoh serial kesukaan kami: di museum, di subway, di bus, di supermarket, di toilet, sampai di kantor pos, Pororo, Larva, Super Wings, Robocar Poli, Cloud Bread, Tayo, dan banyak lagi.



Daripada berfoto bareng Jong-Ki dan kaleng tuna, berfoto bareng keluarga Cloud Bread jauh lebih mengesankan.




Museum Animasi dan Studio Robot Chuncheon

Dari sangat sedikit tempat menarik di pedesaan kota Chuncheon, komplek museum animasi menjadi satu-satunya pilihan. Di tengah pulau dikelilingi pemandangan danau yang indah, asik sekali. Keduanya, museum animasi dan studio robot, banyak menyediakan permainan interaktif, selain figurine dan space kece untuk berfoto.

 

Selasa, 15 November 2016

Hari Pepero

Memasuki November, setiap supermarket, minimart, bahkan toko roti menyiapkan space khusus penuh Pepero dan menatanya secantik mungkin. Ini demi merayakan hari Pepero.

Pepero (빼빼로) adalah biskuit stik renyah berbalut coklat. Seperti Pocky di Jepang, Pepero juga sangat dicintai di Korea. Saya suka Pepero. Ada banyak rasa, lebih kreatif dibanding Pocky. Bermacam rasa buah, coklat berbalut kacang, almond, oreo, dan nude Pepero yang coklat dan isiannya di dalam.

sebagian jenis rasa-rasa Pepero

Jumat, 11 November 2016

Garden of Morning Calm (아침고요수목원)

Sejak lama baca review-review bagus tentang taman bunga ini. Garden of Morning Calm, diambil dari sebuah puisi terkenal yang menggambarkan negeri Korea pada masa dinasti Joseon. "the Land of the Morning Calm". Tetapi karena merupakan taman privat, harga tiket masuknya 9000 won, lumayan mahal. Akhirnya, baru sekarang kesampaian juga mengunjunginya.

sunken garden yang paling picturesque
pond garden, tempat syuting love in the moonlight

Kamis, 06 Oktober 2016

Perpustakaan di Warsaw, Polandia

Perpustakaan umum, biblioteka publiczna dalam bahasa Polandia, sebelumnya mengalami masa-masa sulit. Bangunan tua, sepi, kurang diminati, pun koleksi buku-bukunya semakin usang. Menghadapi tantangan ini, pemerintah menambah anggaran dan memperbaharui perpustakaan. Mereka melakukan digitalisasi katalog dan sistem keanggotaan dengan software-software baru, pelatihan bagi pustakawan, menambah akses internet, termasuk ke publikasi elektronik, CD musik dan video, serta menyelenggarakan banyak acara menarik di perpustakaan dan mempromosikannya.


Selasa, 04 Oktober 2016

Perpustakaan di Pulau Nami

Siapa tahu Pulau Nami? Tempat wisata ini sangat terkenal di Korea Selatan, termasuk bagi turis Indonesia. Pulau dengan taman dan pepohonan yang indah. Namun kadang terlalu ramai, penuh pengunjung, menjadi sedikit melelahkan terutama bagi introvert seperti saya. Maka, masuklah ke Picture Book Libary, suasananya berbeda!

Banyak tempat wisata serta museum di Korea memang memiliki bagian khusus untuk anak-anak dan memiliki perpustakaan juga. Di Museum Nasional Chuncheon misalnya, ada museum anak dan perpustakaan buku bergambar. Bahkan di taman-taman kota terdapat lemari kecil mirip kotak pos berisi sejumlah buku yang bebas dibaca. Namun, perpustakaan begini biasanya tidak ada fasilitas peminjaman. Buku-buku hanya boleh dibaca di tempat.

Senin, 05 September 2016

Malam Musim Panas di Chuncheon

Musim panas di Korea rasanya dimulai sejak Mei dan belum berakhir sampai awal September. Suhu siang sekitar 35 dengan real feel 42, terik, dan sangat humid. Sedikit lebih panas dari Jakarta, tapi bedanya saya ga pernah berniat jalan kaki siang keliling menikmati keindahan Jakarta. Jadilah sepanjang siang setiap hari di Chuncheon ini teramat menyedihkan. Kalaupun memaksakan keluar tengah hari sekedar jalan memutar lalu ke minimarket, meski sudah mengaplikasi sunblock, pulangnya tetap saja muka merraah, gosong.

Pun warga pribumi, selama matahari tampak bersinar, jarang mereka keluyuran di trotoar. Kalau ada, sambil mencari bayang-bayang teduh, membuka payung, atau memakai topi dengan kanopi lebar yang anti UV. Bagi orang Korea, kulit putih itu menunjukkan strata sosial tinggi karena dianggap pekerjaannya keren, di ruang tertutup. Alasan yang sama, sebagian besar produk kosmetik Korea mengandung whitening, dan wisata pantai kurang diminati.

Selasa, 30 Agustus 2016

Gunung Seorak (설악산)

Setelah tiga hari di pantai Sokcho dan gagal ke Seoraksan di hari pertama, saya memaksa PapaMi di hari terakhir. Hikmahnya, kami jadi berangkat di hari kerja yang tentu lebih lengang dibanding akhir pekan, naik bus pagi yang masih kosong, dan naik cable car tanpa antri yang kalau peak hour peak season bisa mengantri 3-4 jam. Menumpang bus 7 atau 7-1 dari Sokcho, sekitar 45 menit sampailah di Taman Nasional Seoraksan (설악산소공원)

Dengan tiket 3500 won (Hilmi gratis), kami masuk Seoraksan. Banyak jalur pendakian bisa dipilih sesuai kemampuan. Berdasarkan perjanjian saya dan PapaMi, karena waktu sangat terbatas, kami tidak akan mendaki. Memandangi orang-orang dengan ransel, topi, jaket, sepatu, professional hiker, di situ kadang saya merasa pingin hiking juga, huhu.


Pantai Sokcho

Dari Chuncheon, kami menumpang bus nonstop sekitar 1,5 jam sampai terminal intercity Sokcho. Naik bus lagi 1, 1-1, 7, 7-1, 9, 9-1, 16, 18, 66, atau 66-1, (mungkin semua bus-dalam-kota bisa?) sampai terminal express. Jika dari Seoul bisa naik bus dari terminal Dongseoul sampai terminal intercity atau langsung dari terminal Gangnam ke terminal express. Lanjutkan jalan kaki 500-an meter. Tibalah di pantai.

melewatkan sunrise di pantai Sokcho

Perjalanan Chuncheon - Sokcho - Seoraksan

Dari terminal Chuncheon, kami beli tiket bus Kangwon Express seharga 13400 won tujuan ke Sokcho. Perjalanan epic pun dimulai. Saya penuh percaya diri setelah baca bahwa hotel akan sangat eye catching dari terminal express di Sokcho. Terminal bus di Sokcho memang ada dua: terminal express untuk bus express (dari Seoul) dan terminal intercity untuk bus biasa (dari Seoul). Kami naik bus Kangwon Express, namanya sudah mention express, saya yakin pasti berhenti di terminal express.

Ternyata bus kami berhenti di terminal intercity. Ternyata masih 2.5 km jaraknya ke hotel. Dengan public wifi terbatas kami mengikuti arahan google maps. Menyusuri pelabuhan, menyebrang danau, menapaki dua jembatan besar, melewatkan panah-panah penunjuk jalan menuju tempat-tempat wisata yang entah apa, saking lelah kami tidak peduli.

Kamis, 11 Agustus 2016

Kim You-Jeong

Adalah seorang novelis terkemuka dari Sille, Chuncheon. Nama Kim You-Jeong (김유정) diabadikan, pada sebuah stasiun kereta yang ikonik, rumah dan taman yang menjadi museum, serta keseluruhan kampung halamannya menjadi desa literatur.

Stasiun Kim You-Jeong merupakan bangunan khas Korea yang megah dengan sebuah kereta menjadi ruang pameran serta infrasuktur lain bertema kereta-dan-masinis.

Museum Nasional Chuncheon

Di alam bawah sadar saya mengakui sangat menikmati semua kunjungan ke museum. Meski awalnya terpaksa, kehabisan tempat hiburan, atau demi ngadem di ruang ber-AC gratisan, pada akhirnya saya sukaa! Di Polandia setiap museum pemerintah punya jadwal sehari dalam seminggu yang tiket masuknya gratis dan Malam Museum yang mengantri seruu sekali. Di Indonesia tiket masuk museum pemerintah sangaat muraahh tetapi tidak cukup menarik pengunjung sehingga banyak museum, di Bandung khususnya, malah jadi tempat berburu hantu saking spooky. Di Korea museum pemerintah dbiasanya free admission bahkan ada section anak-anak juga.

Museum Nasional Korea di Seoul itu megah sekali, Museum Narodowe di Warsaw juga sangat luas, sayangnya saya belum pernah ke Museum Nasional Indonesia (ampun!). Nah Museum Nasional Chuncheon (국립춘천박물관) juga termasuk besar di ibukota yang pedesaan ini. Jadi, pada-satu-hari-musim-panas-yang-biasa-suhu-real-feel-nya-42-seolah-belasan-matahari-membakar-senegara-ini-bersamaan, kami memutuskan berteduh dalam lindungan dinding marmer di museum.

Selasa, 19 Juli 2016

Bahan Kimia Sintesis vs Organik

Semakin marak produk natural dan organik: makanan, kosmetik, sampai pakaian. Dilabel dengan harga jauh mahal, produk organik menyampaikan pesan bahwa segala hal yang alami dipastikan lebih baik. Benarkah bahwa bahan kimia sintesis berbahaya dan bahan organik lebih baik?

Senin, 18 Juli 2016

Apakah Warsaw Ramah Keluarga?

Sewaktu masih tinggal di Warsaw, apalagi sebelumnya, saya tidak terpikir mencari informasi tentang ini. Alhamdulillah, Warsaw baik saja. Berikut beberapa pemaparan, apakah Warsaw ramah keluarga, alias family friendly. Pemaparan ini subjektif berdasarkan pengamatan saya.

Rabu, 06 Juli 2016

Idul Fitri di Namiseom

Ramadhan di Korea. Berpuasa mulai sekitar jam 3 AM sampai jam 8 PM, memang tidak sedramatis di Polandia yang 19 jam. Tetapi musim panas di sini serupa Subang dan Jakarta, teriiikk sekali dengan suhu lebih dari 30 C. Jalan kaki main ke taman saja sudah lelah, panas, hauuss, pengen marah-marah (saya doang kaliii). Sampai jam 5 sore pun masih terik keterlaluan. Setelah Ramadhan pun, saat ga lagi puasa, saya tetap lemeess banget keluar rumah di musim panas seterik di sini.

Sebulan berlalu, Ramadhan pertama di Korea. Hari ini Idul Fitri pertama saya di Korea. Di Chuncheon, sholat Ied dilakukan di mushola kampus Kangwondae. Sebagai satu-satunya ibu-ibu Indonesia di Chuncheon, saya merasa hampa (lebay!). Beruntung PapaMi cuti, bisa mengisi kehampaan ini sepenuh hari.

Rabu, 29 Juni 2016

cahaya Allah tidak diberikan pada ahli maksiat

Imam Syafi'i memiliki kemampuan hapalan luar biasa. Beliau hafal Al Qur-an pada umur 7 tahun dan hafal kitab Al Muwatha karangan Imam Maliki pada umur 10 tahun. Bahkan saat itu Imam Syafii tidak mempunyai kitab Al Muwatha, hanya meminjamnya. Merasa harus mengembalikan secepatnya, beliau pun berusaha menghafal dalam waktu singkat. Berhasil, kitab itu dihafal dalam waktu sembilan hari saja! Pun ketika remaja, kamar beliau penuh dengan catatan-catatan sehingga terlalu sempit untuk tidur. Lalu Imam Syafii bertekad kuat untuk menghafalnya. Beliau mengurung diri di kamar selama berbulan-bulan. Dan beliau berhasil menghapalnya. MashaAllah. Maka, kamar beliau tidak sempit lagi.

Namun, Imam Syafi'i pernah berkata,“Aku pernah mengadukan kepada Waki’ tentang jeleknya hafalanku. Lalu beliau menunjukiku untuk meninggalkan maksiat. Beliau memberitahukan padaku bahwa ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidaklah mungkin diberikan pada ahli maksiat.”
Imam Syafi’i merenung, menelusuri kegiatannya sehari-hari, mengira-ngira dosa apa yang telah diperbuat. Beliau menelusuri perjalanannya dari rumah ke majelis, beliau pun teringat suatu saat tanpa sengaja beliau pernah melihat seorang wanita sedang menaiki kendaraannya, lantas tersingkap kakinya. Imam Syafi'i melihat aurat wanita yang tidak halal baginya, padahal beliau memalingkan wajah, tetapi beliau menyebut dirinya bermaksiat sehingga merasa sulit menghapal.

Rabu, 22 Juni 2016

Taman di Chuncheon

Chuncheon adalah ibukota provinsi Gangwon-do, berjarak hanya 75 km ke Seoul. Saya membayangkannya mirip kota Bandung, ibukota propinsi Jawa Barat. Ternyata berbeda. Chuncheon masih pedesaan, tidak banyak gedung tinggi, tidak ada mall, tidak banyak penduduknya. Satu faktor penariknya mungkin hanya Universitas Kangwon.

Rabu, 15 Juni 2016

11 Hal Menarik tentang Orang Polandia

Sebelum cukup qualified untuk menulis tentang Korea Selatan, saya tulis tentang Polandia dulu ya. Berdasarkan pandangan subjektif saya, orang Polandia itu....

Rabu, 01 Juni 2016

Pariwisata Korea Selatan

Sebelumnya saya membayangkan Korea Selatan ya ginseng (ga pernah beli karena mahal), K-Pop (ga suka karena cowo feminim itu ga keren), dan Samsung (handphone samsung saya alhamdulillah sudah diganti mito menang undian). Baru kemarin-kemarin saya tahu, Korea juga adalah tujuan wisata yang mendunia. Antrian panjang di Kedutaan Korea di Jakarta menguatkannya; puluhan agen perjalanan yang masing-masing membawa puluhan paspor. Saya juga membaca banyaak review positif Seoul, Nami, sampai Jeju.

Bermacam referensi merujuk istana Gyeongbokgung dan menara Namsan sebagai list teratas tempat yang wajib dikunjungi di Korea. Dari desa Chuncheon, kami pun ke Seoul metropolitan. Benar saja, turis dari berbagai ras memenuhi objek wisata itu, membuktikan kepopulerannya. Bagus? Hmm, sebentar....

Selasa, 24 Mei 2016

Soyang Dam dan Kuil Cheongpyongsa

Soyang Dam adalah waduk batu terbesar di Asia, terbesar keempat di dunia, membendung Danau Soyangho, danau buatan terbesar di Korea. Selain sebagai pembangkit listrik, danau ini juga berfungsi untuk kontrol banjir, irigasi, tempat memancing, dan tentu saja, tempat wisata! Waduk yang besaar, bersih, saya pastikan jauh lebih bagus dari Waduk Cirata di Purwakarta. Soyang Dam terletak di Chuncheon-si, Gangwon-do, mencapainya bisa naik bus 11 atau 150, turun di pemberhentian terakhir di Soyang-gang Dam.


Senin, 09 Mei 2016

Alien Registration Card

Dibandingkan aplikasi karta pobytu di Polandia, membuat Alien Registration Card (ARC) di Korea jauh lebih lancar. Atau mungkin karena kami tinggal di Chuncheon yang jumlah foreigner-nya tidak sebanyak di ibukota Seoul.

Kamis, 28 April 2016

Segitiga Sempurna

Katanya, cinta itu bentuknya segitiga dengan tiga sudut komponen penyusunnya: intimacy, passion, dan komitmen. Bagi saya, mengingat bentuknya yang dua dimensi, segitiga tidak selalu bisa berdiri sendiri, harus ditegakkan. Pun segitiga cinta, tidak akan sempurna kalau satu -apalagi dua- sudutnya hilang. Salah satu cara untuk menegakkan segitiga cinta adalah dengan menyusuri kembali ruang dan waktu di belakang...

Mengenang banyak putus asa, tangis, yang berhasil kita lalui, saling menguatkan. Mengenang jatuh cinta pertama yang penuh kimia, cerita menjelang tidur, Hilmi, dan hari-hari berlibur kita. Bahagia. Sampai berpuluh tahun lagi, setiap pagi akan selalu kita mulai bersama.

Senin, 11 April 2016

Diskriminasi? di Polandia.

Saya pernah tinggal di Polandia. Saya pernah naik bus dan menemukan stiker besar "No Islam in Europe!". Saya pernah naik tram dan segerombolan orang berteriak-teriak mengacungkan jari tengah ke arah saya. Saya pernah ketika belanja di mall, terus diawasi banyak penjaganya, seolah maling. Saya dan PapaMi pernah di pasar, diteriaki dan disuruh pergi. Saya pernah sedang jalan dan tiba-tiba seseorang memarah-marahi saya. 

Saya marah, takut, sedih, paranoid untuk keluar rumah. Apalagi membaca berita: protes besar menolak pendirian mesjid di Warsaw, pelemparan kepala babi dan penyerangan ke mesjid di berbagai kota, pelarangan menyembelih hewan (termasuk saat qurban), dan headline-headline tendensius yang menyakitkan sekali membacanya. Oh, rasanya saya ingin bilang, orang Katolik itu jahat semua, orang Kaukasusian itu rasis! Saya ingin menulis penuh benci, serapah, dan maki-maki. Kelak akan banyak teman saya bersimpati, menghimpun solidaritas untuk memusuhi... Namun, begitukah akhlak teladan Nabi? Apakah Tuhan mengajarkan dendam?

Jumat, 01 April 2016

Family Time

Sebelumnya, PapaMi belum mengiyakan tawaran rekomendasi posdoc di Korea. Saya bilang, terima saja dulu, selanjutnya biar Allah yang menentukan; kalau tidak lolos berarti bukan rejeki di sana, kalau positif berarti memang takdir yang terbaik sudah dipilihkan. Tapi, kata PapaMi, jam kerja di Korea kan... Ya kalau Allah sudah menentukan, pasti dimudahkan. Ga apa-apa. Saya meyakinkan.

Selasa, 15 Maret 2016

Visa Korea Dependent Family

Berikut ini adalah pengalaman membuat visa Korea untuk family dependent (Visa F-3), yaitu anggota keluarga (spouse dan anak) yang akan tinggal bersama  menyusul anggota keluarganya (WNI) yang telah tinggal di Korea. Jenis visa ini tidak dicantumkan di website Kedutaan Korea untuk Indonesia.

Visa Korea Peneliti

Berikut ini adalah hasil mengamati PapaMi yang bikin visa researcher (visa E-3) untuk penelitian ilmiah alias posdoc. Saya kira visa Papa itu visa pelajar (D-2) karena visa pelajar juga mencakup penelitian ilmiah, ternyata bukan.

Jumat, 05 Februari 2016

Belajar menjahit

Saya pernah bilang ke PapaMi, saya mau belajar fotografi. Maka secara impulsif Papa beli dua dslr, beberapa lensa, dan banyak aksesoris tambahan lainnya. Tidak lama saya menyerah, berdalih ternyata fotografi bukan passion saya. Lalu saya bilang mau belajar menjahit. Sompral. Tetapi PapaMi selalu mendukung niat saya. Dicarikanlah mesin jahit second. Nemu di olx, gooodd condition dengan harga nyaris setengah harga baru.

Kamis, 28 Januari 2016

Sekolah (TK) Hilmi

Sepulang dari Polandia, Hilmi semangat sekali mau sekolah. Tiga setengah tahun usia Hilmi waktu itu. Hilmi masuk PAUD dekat rumah. Mungkin salah saya kurang riset. Hilmi yang sangat jarang bersosialisasi tiba-tiba dihadapkan pada lingkungan sekolah yang "mandiri". Ibu guru tertib pada jadwal: menulis, mewarnai, main. Waktu main, Ibu guru membiarkan saja anak-anak bermain, bersosialisasi, dorong-dorongan di perosotan, rebutan mainan, dan Hilmi duduk sendirian di pojokan.

Beberapa kali sekolah, sedih, sampai akhirnya nangis-nangis ga mau sekolah. Berhenti. Tahun ajaran baru saya daftarkan Hilmi di TK. Dari sekolah saya ingin Hilmi belajar berteman, belajar percaya orang lain dan bisa mengurangi ketergantungan pada Mama. 

Kamis, 21 Januari 2016

Papa. Kangen.

Mendadak hari-hari kami warna warni. Bagian mana yang hendak mulai ditulis, saya gamang *lebay*. Segamang tujuan hidup saya sekarang *lebay banget*.

Mendadak PapaMi berangkat ke Korea 18 Januari. Kami berpisah, hanya sekitar dua bulan. InsyaAllah saya dan Hilmi akan menyusul. Jadi, tidak perlu sedih. Tetapi menyaksikan Hilmi menangis jerit-jerit mau ikut Papa, memeluk Papa kuat dan susaaah sekali melepaskan tangannya, siapa tidak meleleh? Sekeluarga besar kami akhirnya menangis juga. Hilmi terus meronta, teriak, mencoba masuk gate mengejar papa. Banyak orang menonton dengan prihatin.