Kamis, 28 Januari 2016

Sekolah (TK) Hilmi

Sepulang dari Polandia, Hilmi semangat sekali mau sekolah. Tiga setengah tahun usia Hilmi waktu itu. Hilmi masuk PAUD dekat rumah. Mungkin salah saya kurang riset. Hilmi yang sangat jarang bersosialisasi tiba-tiba dihadapkan pada lingkungan sekolah yang "mandiri". Ibu guru tertib pada jadwal: menulis, mewarnai, main. Waktu main, Ibu guru membiarkan saja anak-anak bermain, bersosialisasi, dorong-dorongan di perosotan, rebutan mainan, dan Hilmi duduk sendirian di pojokan.

Beberapa kali sekolah, sedih, sampai akhirnya nangis-nangis ga mau sekolah. Berhenti. Tahun ajaran baru saya daftarkan Hilmi di TK. Dari sekolah saya ingin Hilmi belajar berteman, belajar percaya orang lain dan bisa mengurangi ketergantungan pada Mama. 

Kamis, 21 Januari 2016

Papa. Kangen.

Mendadak hari-hari kami warna warni. Bagian mana yang hendak mulai ditulis, saya gamang *lebay*. Segamang tujuan hidup saya sekarang *lebay banget*.

Mendadak PapaMi berangkat ke Korea 18 Januari. Kami berpisah, hanya sekitar dua bulan. InsyaAllah saya dan Hilmi akan menyusul. Jadi, tidak perlu sedih. Tetapi menyaksikan Hilmi menangis jerit-jerit mau ikut Papa, memeluk Papa kuat dan susaaah sekali melepaskan tangannya, siapa tidak meleleh? Sekeluarga besar kami akhirnya menangis juga. Hilmi terus meronta, teriak, mencoba masuk gate mengejar papa. Banyak orang menonton dengan prihatin.