Kamis, 17 Mei 2012

di Taman Lazienkowski

Senja mulai melumuri langit, jingga. Sedikit cahaya mengintip di rimbun pepohonan yang kelabu. Segerombolan merpati terakhir pulang ke timur. Orang-orang, anak-anak, dan sepeda yang tadi ramai, kini kosong. Hanya beberapa masih menggembalakan anjing. Taman pun menjelma sepi.

Aku masih di sudut yang sama, bersembunyi dalam pekatnya dedaunan musim semi. Kita selalu memulainya di sini, menonton Fryderyk Chopin dan kolam hijaunya. Lalu kita berjalan menembus pohon-pohon yang terlahir kembali. Katamu ini seperti hutan di Indonesia. Tentu, kecuali kuil, istana, dan teater di atas air. Kecuali bahwa di sini jauh lebih terawat, bersih, dengan bebek, merak, dan ikan mas raksasa yang seolah terbang. Kecuali bahwa ini taman, dan tidak ada taman di Indonesia.

"Sebegitu burukkah negeri kita di matamu?" Tanyamu, sambil mengulurkan kacang pada seekor tupai yang mendekat.

"Kamu akan pulang?" Aku tak menghiraukan retoriknya.

"Minggu depan semuanya selesai. Bagaimanapun, aku kangen rumah." Aku melihat kamu tersenyum. "Kamu ga akan pulang?"

"Rumahku di Warsaw."

Itulah kali terakhir. Kamu tidak lagi datang ke Lazienkowski. Tidak juga besoknya dan besoknya lagi. Tidak dalam setiap hari selama seminggu ini. Kamu benar-benar fokus menyelesaikan mastermu. Mungkin sedang sibuk berkemas. Lagipula kamu merasa sudah tidak perlu tinggal di negara ini.

Apakah kamu tahu betapa aku merindumu? Seluruh rasa terdalamku tak akan menerima kehilanganmu. Duniaku berhenti, menunggumu. Sampai setiap senja menggulung harapku. Memulai pada langit yang baru.

Hingga pada suatu sore kamu bilang akan datang. Semerbak farfum chamomilemu begitu menggembirakanku. Kamu tampak serasi dengan kemeja kasual dan rok pink bunga-bunga. Sekiranya matahari lebih terik, rokmu pasti bersiluet. Kamu tersenyum, sedikit merapikan kepangan rambut yang tertiup angin. Kamu adalah gadis Asia paling cantik, bahkan lebih cantik dibandingkan gadis Polandia yang jangkung dan seksi.

"Kamu yakin ga akan pulang, Rena?" Tanyamu lagi. "Aku jadi pulang minggu ini."

"Meninggalkan aku?"

"Kalau kamu juga pulang, kita akan tetap bisa sama-sama."

"Tapi pulang berarti ga ada taman, ga ada senja."

"Kamu pilih taman dan senja, atau aku?"

"Aku memilih taman dan senja. Aku juga memilih kamu. Kita tetap bisa sama-sama"

***

Senja mulai melumuri langit, jingga. Sedikit cahaya mengintip di rimbun pepohonan yang kelabu. Segerombolan merpati terakhir pulang ke timur. Orang-orang, anak-anak, dan sepeda yang tadi ramai, kini kosong. Hanya beberapa masih menggembalakan anjing. Taman pun menjelma sepi.

Semerbak farfum chamomilemu mereda. Ya aku memilih taman dan senja. Aku juga memilih kamu. Ya kamu, selamanya akan selalu di sini, meski darah harus bercipratan dari sekujur tubuhmu pada tanganku. Bukankah kita tetap bisa sama-sama?

Jumat, 11 Mei 2012

Dede, saat main di luar

Saya kadang merasa alien, berjilbab di Polandia yang katolik sekali. Apalagi saya begitu pengen invisible, rikuh ketemu orang, berkubur saja di rumah, meski galau. Namun Dede, sebagai anak-anak, lebih suka main menemukan hal baru di luar rumah. Maka saya terpaksa membumi, mengantar Dede jalan-jalan, terutama kalau hari cerah. Dede paling suka main di taman, berjam-jam.


Baru beberapa meter berjalan, Dede sudah disapa. Senang, karena saya tidak perlu menyapa duluan yang jaman dulu sering dicuekin. Orang-orang di sini ramah dan sopan sekali, selain pasti suka anak-anak. Mungkin karena Dede juga berbeda sehingga menarik perhatian. Anak Asia; kulitnya berwarna, kepalanya bulat, hidung yang berbeda.


Sebelumnya Dede jalan pake sepatu yang bunyi, biasa kalau di Indonesia, tapi mungkin di sini ga ada. Banyak orang melihat Dede, bahkan anjing pun mendatangi, dikira bunyi-bunyian itu mengajaknya main. Diperhatikan anak-anak cewe, dede grogi, jatohlah.

Kalau sedang sangat senang, Dede suka ketawa, teriak-teriak, lari-lari, joget, nabrak orang. Maka akan bertambah lagi yang memperhatikan, mulai yang senyum dari jauh, melambaikan tangan, mendatangi, sampai fotoin Dede dan ngasih jeruk. Dede punya banyak fans.


Bersama Dede kemana-mana membuat saya merasa lebih baik. Mengesampingkan sindrom invisible dan kekhawatiran ketemu hooligan atau orang mabuk yang rasis. Sapaan-sapaan kepada Dede sangat menenangkan, seolah kami diterima di sini. Mudah-mudahan juga menjadi aman, sungguh tegakah menjahati seorang perempuan tak berdaya dan anaknya yang kecil begini. Karena mereka ga tau muslim sesungguhnya mengajarkan damai dan toleran. Semoga Allah selalu menjaga kami, di setiap waktu, di semua negeri.

Kamis, 03 Mei 2012

Persiapan Sebelum ke Polandia

Just sharing, untuk kamu yang mau berkunjung, berlibur, menginap, atau pindahan ke Polandia. Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan. Referensi ini tidak mutlak kerena riset hanya berdasarkan satu individu, dan tanpa kepentingan komersial dari pihak manapun. *kode minta di-endorse*

Warsaw centrum

Warsaw Oldtown

Persiapan pertama. Cari informasi sebanyak-banyaknya tentang Polandia. Ada hal menarik apa di Polandia. Bagaimana budaya di sana. Kenapa kamu harus ke Polandia. Bukankah untuk melihat menara Eifel sudah jelas harus ke Paris?
Informasi resmi tentang Warsaw ada di warsawtour.pl, tentang Krakow di krakow.pl, dan tentang Wroclaw di wroclaw.pl. Sedangkan trayek angkutan umum di kota-kota di Polandia, kalau kamu perlu, ada di jakdojade.pl yang aplikasinya bisa online juga di smartphone.

Persiapan kedua. Apakah kamu sudah yakin akan ke Polandia? Siapkan budget yang memadai; kelas eksekutif, bisnis, atau ekonomi. Dari jauh-jauh hari kamu harus beli tiket pesawat, kecuali ada niat pake kereta lintas benua dari Cina ke Rusia. Semakin mepet beli tiket pesawat, harga akan semakin mahal. Berangkat di awal atau akhir minggu juga kemungkinan harga tiketnya sedikit lebih mahal sehingga sebaiknya pilih Selasa, Rabu, atau Kamis. Harga tiket Jakarta - Warsaw biasanya sekitar 12 juta rupiah. Beruntung kalau dapet tiket promo, harganya bisa lebih murah. Tapi tiket promo ke Eropa itu super langka karena ga ada Air Asia.

Ketiga. Persiapkan dokumen perjalanan, paspor dan visa. Di blog ini ada artikel yang membahas kronologis membuat paspor dan visa Poland.

Keempat. Belajarlah bahasa Polandia, terutama kalau kamu berencana tinggal lama di sini. Berdasarkan pengalaman saya, bahasa Inggris tidak cukup berguna. Bahasa isyarat mungkin lebih tepat sasaran. Karena di Indonesia tidak ada kursus bahasa Polski, kamu dapat sedikit belajar dari travelinguist.com, ada videonya juga di youtube.

Persiapan kelima. Bawa jaket. Karena sekalipun datang ke Polandia saat musim semi atau musim gugur, tetap akan berasa dingin untuk orang tropis macam saya. Apalagi kalau datang pas musim dingin, suhunya bisa minus 25. Pada kondisi ini, jaket dari Gedebage yang impor dari Korea pun tidak akan cukup. Jadi, sebaiknya bawa satu jaket tebal dan beberapa sweater atau kardigan, sisanya beli lagi di Polandia; jaket tebal, syal, dan topi, jauh lebih murah dan bagus-bagus.

Terakhir, agak absurd. Banyaklah berdoa dan selalu berhati-hati. Karena imigran dan turis di sini benar-benar minoritas, sangat mungkin ketemu orang rasis yang mengerikan. Kadang kepikiran bahwa Polandia sama sekali bukan negeri impian saya. Apalagi dulu saya baru pertama keluar negeri dan tiba ketika klimaks musim dingin; shock culture, winter blues, sangat merana dan ga punya temen. Tapi setelah lama Polandia menjadi tempat yang lebih nyaman. Polandia adalah bagian Eropa yang indah dan sopan. Saya suka. Kamu juga ga akan menyesal datang ke Polandia. Semoga kita bisa ketemu.

Selasa, 01 Mei 2012

Venezia

Kami pun merayakan second anniversary di Venezia, Venice. Hehe, boong ding. Masih seminggu lagi.

Berasa ga percaya bisa ke Venezia, yang dari dulu cuma saya lihat dengan terkagum-kagum di buku, di tipi. Sekarang saya beneran di Venezia! Saya lihat air, bangunan-bangunan dikelilingi air, jembatan-jembatan di atas air, perahu-perahu berjalan di air. Iya gondola.


Kami ke Venezia tanpa persiapan. Hanya berbekal 500 mL air mineral dan beberapa roti. Tanpa informasi apapun, tanpa guide, tanpa googling. Kami berangkat pagi dengan kereta kelas 2 dari Bologna Centrale. Kurang dari dua jam tiba di stasiun Venezia S Lucia. Kami beli peta paling murah 2.5 eur.

Kamu boleh mencoba naik water bus, perahu besar yang menyusuri "jalanan" air di Venezia dengan tujuan tertentu. Harga one way 6 eur. Kalau kamu ingin lebih privat silakan mencoba water taxi yang tujuannya bisa kamu tentukan sendiri. Buat yang eksklusif atau honeymoon, naiklah gondola. Mamang-mamangnya pake seragam, baju garis-garis biru dan topi jerami. Perahu gondolanya bagus, dengan karpet dan bunga-bunga. Sedangkan untuk paket hemat seperti kami, cukup foto saja gondolanya lalu tinggalkan. Kita berkeliling Venezia dengan jalan kaki.


Setiap orang di Venezia mungkin adalah turis. Jual beli souvenir dan makan-makan menjadi ramai sekali. Gang-gang sempit daratan yang menghubungkan antargedung menjadi seperti pasar. Meski tidak sebanyak Bologna, Venezia juga punya banyak gedung kuno khas Italia, patung-patung bagus, dan menara-menara miring. Kata papa mungkin Italy adalah asal kata dari italic, jadi miring-miring.


Jalan di sekitar kompleks bangunan adalah air, seperti sungai. Airnya cukup bersih, biru-hijau, dengan banyak gondola di tepinya dan jembatan beraneka macam. Venezia merupakan kota bersejarah yang dibangun manusia dengan fondasi sulit di atas laguna. Kota ini semakin tergenang jika pasang. Namun bukan menjadi kumuh, Venezia cantik seperti yang diceritakan di buku, yang saya lihat di tipi. Apalagi kalau pada waktu-waktu tertentu ada karnaval topeng, festival seni, pesta kembang api, atau pemutaran film, pasti jauh lebih seru.


Sebagai sebuah kota, ternyata Venezia tidak terlalu luas. Bisa ditelusuri keseluruhan dengan berjalan kaki seharian, pasti gempor. Karena salah satu hal yang menyenangkan bahwa di Venezia hampir tidak ada mobil dan motor, kan water bus dan taksinya pakai perahu. Oia sebagai tips wisata, gunakan sepatu kets atau apapun yang nyaman, dan karena cuacanya hangat tidak butuh lagi jaket winter berlapis-lapis. Berjalan berkeliling di kota ini sangat menyenangkan, jangan ganggu dengan high heels dan jaket yang berat.

Akhirnya kami sampai di Piazza San Marco, pusat kehidupan orang-orang Venezia yang kata peta paling indah di dunia. Plasa yang luas dengan monumen-monumen jaman Renaissance. Basilica San Marco yang menyimpan harta karun Konstantinopel, menara jam Torre dell'Orologio, Palazzo Ducale, dan menara lonceng. Di sekelilingnya berderet cafe dan butik merk-merk terkenal. Waaa mauu. Tapi kalaupun saya beli menghabiskan tabungan papa, sekalinya dipakai pasti dikira beli kw dari pasar ular. Mending tabungannya buat sasak rambut, meningkatkan kasta biar dikira ibu pejabat. Hehe.


Pokoknya tidak akan bosan berulang-ulang menyusuri kota yang dikelilingi air. Setiap sudut memiliki keunikan, bagus semua. Tapi matahari semakin terik. Sebentar lagi mungkin satu orang dapat satu matahari. Kaki juga sudah ga karuan rasanya. Kami sudah berjalan lebih dari lima jam. Alhamdulillah tapi capenya terbayar. Kota tergenang ini memang layak dikunjungi. Terima kasih papa buat Venezianya. Suka.

Mahalnya Italia

Satu hal yang paling tidak menyenangkan di Italia itu mahal, sangat mahal.

Di Bologna, toko baju dan sepatu berderet-deret. Mengusik jiwa feminim saya buat beli semuanya, bagus-bagus. Namun mengetahui harga yang ratusan euro, saya cuma menatap sedih jendela etalasenya. Orang Italia gajinya berapa siy, masih bertahan hidup setelah transaksi di kassa sini.

Membandingkan dengan Poland, dengan nilai tukar 1 eur = 4, 2 zl, Italia lebih mahal lebih dari empat kali lipat dibanding Poland. Di Bologna bawang dijual 3 eur per kilo, sedangkan di Warsaw terakhir saya beli hanya 0.99 zl per kilo. Di Bologna satu bulat selada dijual 3 eur, sedangkan di Warsaw hanya 3 zl. Di Bologna roti tawar harganya lebih dari 1 eur, sekali saya beli roti 0.99 eur keras dan ga enak banget, sedangkan di Warsaw roti tawar cuma 2 zl dan roti 0.17 zl pun masih lumayan enak. Harga Bologna tersebut adalah harga di supermarket yang akan naik dua kali lipat kalau beli di toko.

roti 0,99 eur yang keras, ga enak. tapi hampir semua resto dan tempat makan menyajikannya

Apalagi harga makanan jadi, bikin kami males makan, males bayar sebenernya. Padahal Bologna begitu terkenal dengan kulinernya, kebanyakan adalah pasta dengan isian daging babi. Karena pengen mencicipi, bukan pasta babi, kami beli es krim di gelateria Gianni yang katanya paling enak. Satu cone kecil harganya 2,5 eur. Rasanya beneran enak. Dede juga suka. Namun beberapa waktu kemudian, kami sekeluarga diare. Haduh, mungkin kami cocoknya makan es lilin saja.

sulit memilih rasa es krim di gelateria Gianni, semua tampak enak

Padahal di kereta saya merasa sedang di padalarang, sawah melulu. Dari pesawat juga saya lihat perkebunan di Bologna dan sekitarnya luaaas sekali. Bologna adalah penghasil gandum, sayur, buah, dan wine terbaik di Italia. Bukankah Italia pun dekat laut? Tapi kenapa harga ikan, daging, pasta, dan semua hasil pertanian itu sebegitu mahalnya? Lebih mahal dibandingkan di Poland yang buah-buahannya justru diimpor dari Italia. Apa iya karena penggunaan mata uang euro? Karena setau saya Poland belum pake euro karena takut harga-harga jadi mahal.

Kalau tentang ekonomi, saya ga ngerti ah, apalagi perekonomian internasional gini.

Saya kembali jadi ibu rumah tangga saja, yang sesuai dasa darma pramuka; hemat cermat dan bersahaja. Saya merasa beruntung tinggal di eropa di negara yang tidak semahal Italia. Harga-harga di Poland jauh lebih ramah dibanding Italia, untuk beberapa hal malah lebih murah dibanding Indonesia. Meskipun kadang membuat saya khilaf belanja segala macam. Semoga saya tetap bisa menjadi alumni pramuka yang istiqomah :p

Bologna the Red

Bologna is the learned, the fat, the red and the city of towers. Bologna the learned karena Bologna punya universitas tertua di Eropa, bahkan di barat. Bologna the fat karena siapa yang ga tau spageti Bolognese, beraneka makanan dari Bologna adalah terbaik di Italia dan terkenal ke seluruh dunia; pasta tortellini, tortelloni, mortadella, lasagna, pizza, wine, dan hasil pertaniannya yang kaya. Bologna the red karena bangunan-bangunan tua terakota yang menjadikan kota berwarna merah khas, serta secara tidak langsung the red juga menunjukkan sejarah politik di bawah pemerintahan komunis. Bologna the city of towers karena pada abad pertengahan memiliki lebih dari 200 menara, meski kini hanya tersisa 60.

Bologna. Jalan dan arcade.

Kalau Jakarta berpusat di Monas, Bandung di Gasibu, maka pusat Bologna adalah Piazza Maggiore. Di sekitarnya ada monumen-monumen kota. The Basilica of San Petronio, Palazo Dei Notal, Palazo Communale, Palazo Re Enzo, Palazo Del Podesta, Palazo Dei Banchi, serta patung Neptunus yang kontroversial. Semuanya bagus. Sisanya plasa luas, orang-orang berkumpul, foto-foto, makan, belanja, jualan, nongkrong, kalau weekend biasanya ada pertunjukan atau mengamen.

patung Neptunus. jadi kenapa kontroversial?

Simbolisasi Bologna adalah Due Torri atau the Two Towers: Asinelli, menara yang paling tinggi dan Garisenda, menara yang miring. Kalau kamu suka memanjat, boleh mencoba naik sampai puncak menara dan melihat Bologna secara utuh dari atas. Tinggi sekali, saya sih tidak berminat. Di dekat Due Torri terdapat bangunan kuno juga, San Giacomo Maggiore.

Due Torri

Selain itu, Via Santo Stefano merupakan one of the most beautiful streets of the town. Karena apartemen kami di sini, kami melewatinya setiap hari. Sepanjang jalan adalah bangunan kuno terakota, arcade, gereja, dan toko-toko. Ada plasa kecil di depan gereja Santo Stefano, ramai dan wajib dikunjungi buat turis.

Sayangnya saya kurang mengerti seni. Saya ga tau kenapa tata kotanya padat begini. Sama ga ngerti kenapa bangunan-bangunan kuno ini malah tampak kumuh. Kecuali patung Neptunus, itu keren. Tapi apakah saya akan sebulanan memeluknya dan bilang saya betah di Bologna karena ada Neptunus? Saya kira Poland jauh lebih menyenangkan. Dan jika memilih mau tinggal di mana, absolutely Indonesia.

Bologna, dalam 25 Hari

Kali pertama di Bologna sama menariknya dengan Warsaw. Senang ternyata kami tinggal di sini, di Via Santo Stefano, benar-benar di pusat kota. Akan banyak tempat menarik yang dapat kami kunjungi hanya dengan berjalan kaki. Senang karena kami tinggal di apartemen yang rapi, lebih luas dibanding di Filtrowa, mungkin juga lebih luas dibanding rumah kami nun jauh di Bandung coret, dengan barang-barang detail yang lengkap. Senang karena Bologna jauh lebih hangat dari Warsaw. Senang karena Italia lebih heterogen, banyak sekali orang asia, terutama india, dan muslim yang berjilbab. Pada hari pertama kami sudah menemukan toko daging halal dan memang ada banyak. Senangnya.

Namun hari-hari di Bologna ternyata tidak lebih menyenangkan dari Warsaw. Tidak banyak taman di sekitar tempat tinggal kami. Harus berjalan lumayan jauh ke Giardini Margherita, taman kota yang luas buat piknik. Sisanya semuaa toko, berasa kami tinggal di tengah pasar baru. Kami juga tidak banyak bertemu bule-bule seramah orang Warsaw. Oia bule Italia itu mungkin sekeluarga semua sama Valentino Rossi, keriting. Kalau bule Poland rambutnya pada lurus dan relatif lebih cakep, tinggi, proporsional. Di luar itu semua, yang paling tidak menyenangkan bahwa di Itali mahal, sangat mahal.

Bologna katanya one of the most wonderful place in the world. Kota tua yang merepresentasikan Italia abad pertengahan, gothic, renaissance, dan baroque. Jalan di sini tidak diaspal melainkan ditutup semacam batu atau paving blok, seperti di old town Warsaw atau Braga di Bandung. Trotoar adalah arcade; teras gedung, berupa lorong, beratap, dan lantainya keramik. Arcade di sini adalah yang terpanjang di dunia. Tujuannya supaya aktivitas jual-beli tetap berlangsung, berjalan menjadi teduh, terlindung dari panas dan hujan. Namun, sinar matahari menjadi terhalang, lantai arcade terlihat kotor, lembab, becek kalau hujan. Gedung-gedung tua di sini, selain apartemen dan toko, banyak adalah gereja. Semua berdempetan tinggi, hanya menyisakan jalanan sempit yang kadang berupa gang tanpa trotoar. Kota menjadi penuh sekali. Menurut saya, Bologna tampak muram dan horor, terlebih kalau hari gelap. Pengap karena tidak ada pohon dan lahan untuk rumput-rumputan. Anjing dengan seenaknya pipis dan ee di lantai dan pilar, menabung bau dan jijik di mana-mana. Tempat sampah besar juga ada banyak di pinggir jalan, beberapa di sekitarnya berceceran, sama sekali tidak indah.

dari depan Due Torri

Bologna, sebagai bagian dari negara Italia yang terkenal mungkin sebegitu menarik untuk didatangi "imigran" mencari peruntungan. Sekian banyak toko kelontong, semua penjualnya ternyata orang India. Pedagang asong di sudut-sudut jalan kebanyakan orang negro. Pendatang lain adalah pelajar dan banyak sekali turis. Segerombolan bule membawa peta menjadi biasa. Segerombolan alay berdandan boyband pasti dari Asia Timur. Segerombolan lain orang Amerika Selatan. Segerombolan lagi mengobrol dengan bahasa Indonesia.

Banyak pendatang juga menjadi pengemis, pun mengganggu keindahan Bologna. Sebagian adalah pria bule yang sangat sehat. Sisanya banyak dari Rumania, perempuannya biasanya berkerudung bunga-bunga. Kata teman papa yang Rumanian, mereka gipsy. They're from Rumania but not Rumanian. Gipsy menjadi kaum pendatang di banyak negara di eropa untuk mengemis dan mengamen, membuat Rumanian merasa dicemarkan nama baiknya.

di Piazza Maggiore yang berkumpul turis dan imigran

25 hari di Bologna, tentu saja kami senang sekali. 25 hari berjalan-jalan di arcade, menyusuri terakota yang berhenti di dua menara. 25 hari yang karena sudah berada di pusat kota, bingung harus ke mana lagi. 25 hari malah saya habiskan tidur-tiduran depan tv berbahasa Italia. Kapan-kapan saya pengen ke Bologna lagi. Eh ngga ding, pengen ke tempat lain saja, ke negeri menara yang berbeda lagi.

Makanan Halal di Warsaw

Makan apa di Polandia? Yang sudah jelas halal, memasak sendiri ikan, sayur, dan buah. Tetapi ikan harganya mahal, sedikit macamnya, dan tidak banyak yang segar. Sayur dan buah umumnya berharga mahal, kecuali saat panen akhir musim panas, bisa jauh murah. Orang Polandia biasanya makan roti atau kentang, dan daging.

Dede makan spageti
Polandia itu tempatnya daging. Bukan cuma daging sapi dan ayam, banyak toko daging juga menjual daging domba, babi, rusa, kuda, bebek, atau kalkun; potongan daging segar, filet, daging cincang, atau berupa sosis. Sayangnya kami tidak bisa membeli semudah menemukannya. Kami perlu yakin daging yang dijual tidak bercampur atau bersentuhan dengan daging babi. Akan menjadi haram bukan?

Karena jumlah muslim di Polandia sangat sedikit, sangat sulit menemukan toko halal. Kami harus naik dua bus demi menuju satu toko daging halal di Praga. Nama tokonya Le Diplomate, sebelumnya di Meksykanska, sekarang pindah di Atenska. Penjualnya ramah, bisa banyak bahasa. Katanya dagingnya disembelih sendiri; domba, sapi, ayam, ada daging organik juga. Meski tidak terlalu segar dan harga lebih mahal, tetap tak tertandingi, it's the only one, halal. Toko halal lain ada di mesjid, dua dekat Pole Mokotowskie, dan konon beberapa lagi entah di mana. Toko-toko itu tidak menjual daging mentah segar, melainkan daging beku impor yang jauh mahal, selain sosis-sosis halal yang juga mahal. Kami sering beli sosis kaleng dan rasanya enak. 

Kalau sedang jalan-jalan sama Papa saya suka beli kebab. Ini fastfood paling populer di Warsaw, ada banyak sekali layaknya rumah makan padang di Indonesia. Mulai dari  kios tenda di taman -yang sebelahan atau bersebrangan sama-sama menjual kebab-, sampai resto Kebab King. Kecuali kebab Yunani, cari yang penjualnya muslim, serta baca basmalah. Harganya mulai 8 zl untuk ukuran kecil, buat saya sudah kenyang. Kadang beli satu buat bertiga Papa dan Dede, berhemat.

menu di Amrit kebab

Mencari makanan berlabel halal di Warsaw ya sesulit menangkap salju di Padalarang, halah. Maka, identifikasi halal-haram dilakukan sendiri saja, dan selalu bismilah sebelum makan. Jika membeli makanan jadi; es krim, burger, pizza, pastikan yang memasaknya terpisah dengan babi, tidak digoreng dengan lemak hewan, tidak mengandung alkohol, serta lihat ingredients lengkapnya. Kalau ada wieprzowa, smalec, jangan beli.

Hmmm, sedangkan di Indonesia merasa semua produk makanan halal, posedur ini kadang terlewatkan. Banyak restoran Jepang dan bakery meragukan loh, cari logo halal atau tanya dulu penjualnya ya.

buat Iyan,

Berasa ga rela mengakui, tapi terlalu nyata. Apalagi setelah begini jauh, terpisah takdir, berbeda jarak. Sapa kita terbatas. Setelah sekian lama, akan semakin lama. Kangen.

Pengen jalan-jalan lagi sama kamu. Bawa keresek gedee banget dari Borma sambil gendong dede. Seharian jalan kaki muterin FO se-Riau dan ga beli apa-apa. Nonton Harry Potter, menyembunyikan bekal makanan murah dari rumah. Bahkan kalau aku telah kehilangan semua teman, kamu masih bisa dibayar dengan donat. Kita ke ciwalk sampai mabok.

Berada di sini yang asing, kamu adalah orang pertama yang terpikirkan. Pengen berbagi cerita banyak sekali. Karena kamu paling tau, dan kita sama. Nyaman buat komentarin baju, sinetron, presiden, harga cabe, hujan, apapun bahkan ga penting. Kini mengingat diskusi malam kita sama mama tentang Rhoma Irama pun begitu ngangenin.

Ah. Waktu telah berganti.

Kapan bisa main bertiga lagi. Mungkin ga akan pernah lagi gantian boncengin mama ke Cicadas. Mungkin ga akan pernah lagi naik damri dan belanja sambil ngambek-ngambek di Kings. Mungkin ga akan pernah lagi makan pizza dengan menyesal karena harganya mahal.

Sekarang pengen liatin kamu sama mama bikin kue. Pengen keripik setan.Pengen lari pagi. Pengen minjem novel. Pengen nitip dede. Pengen ke Pakuhaji. Pengen lebaran. Pengen idul adha. Pengen dan kangen semuanya di rumah.

Oia, kamu kangen aku juga ga? Bilang iya ya, nanti ditraktir cheesecake. Kita makan samasama.



P.S: salam buat mama. kangeeen banget juga.

KB di Polandia

Kontrasepsi atau KB (Keluarga Berencana) merupakan program pemerintah Indonesia yang karenanya menjadi hal mudah dan biasa. Selain banyak bisa dilakukan di dokter kandungan, bidan, rumah sakit, dan puskesmas, harganya juga relatif terjangkau.

Sebelumnya, saya pengguna KB suntik per 3 bulan. Saya takut IUD dan cukup pelupa kalau harus minum pil setiap hari. Saya juga pernah punya endometriosis sehingga menderita sakit setiap kali menstruasi. KB suntik memungkinkan tidak menstruasi sehingga saya bisa terhindar dari sakit.
Bagi saya, Poland adalah bagian dari benua eropa yang bebas yang ga malu kalau orang berduaan gelendotan dan ciuman di mana pun di tempat umum. Membeli kondom di Poland mungkin akan semudah beli vetcin sasa di warung di Indonesia. Maka saya kira, akan mudah juga eksekusi KB jenis lain di Poland.

Ternyata, KB bukanlah hal umum di Poland. Karena katolik, KB yang diperbolehkan hanya sistem kalender dan kondom. KB, terutama pil, menjadi terlarang karena dianggap sama dengan membunuh janin. Banyak ginekolog tidak akan meresepkan pil karena bertentangan dengan hati nuraninya. Menurut teman, yang saya kenal di Poland cuma satu beliau yang sayangnya sudah pulang ke Jakarta, bahan aktif dalam KB suntik 3 bulan juga tidak terdaftar di Poland.

Saya menjadi takut-takut untuk konsultasi KB ke ginekolog. Apa saya sedang merencanakan pembunuhan juga?

Saya akhirnya diresepkan pil KB untuk masa breastfeeding. Dan benar, di hari ketujuh saya sudah lupa.


Tuhan, mohon maafkan saya yang picik ini. Maafkan saya, bukan ingin menangguhkan rejekiMu. Saya hanya ingin memberikan yang terbaik dulu buat Dede. Tuhan, mohon maafkan saya yang pemalas ini, satu dede saja saya masih berantakan, masih selalu merepotkan papa, masih sering marah-marah. Tuhan, mohon maafkan saya yang bodoh ini, yang melulu belum siap untuk dede kedua, ketiga. Tuhan, mohon maafkan saya lagi. Mungkin nanti saya akan berdoa berbeda, ketika saya pikir Dede tidak akan pernah kembali menjadi Hilmi kecil selucu hari ini.