Senin, 23 Juli 2012

Ramadhan di Polandia

Setelah dua Ramadhan lalu bolong-bolong puasa, tahun ini saya harus penuh. Meski masih berstatus ibu menyusui, tetapi Dede sudah cukup umur untuk seharusnya memenuhi semua kebutuhan gizi dari makanan padat. Semoga kendala summer - dengan waktu siang hampir 19 jam- juga tidak mengganggu niat puasa sebulan ini.

Maka, dimulailah Ramadhan 1433 H pada 20 Juli 2012, lebih awal sehari dibandingkan keputusan pemerintah di Indonesia. Saat sahur saya berupaya makan dan minum banyak, tetapi selalu berakhir amnesia, berasa lupa berapa hari ga makan. Membereskan pekerjaan rumah saja lemesnya keterlaluan. Daan menunggu waktu sunset itu lamaaa sekali.

ramadhan timetable dari islamicfinder.org

Kalau di Indonesia, senang karena semua dikondisikan Ramadhan. Godaan-godaan diminimalkan, dengan alasan menghormati yang berpuasa. Kadang ada dispensasi kerja juga. Beribadah pun menjadi tambah semangat. Di sini sebaliknya, kami harus menghormati yang tidak berpuasa. Kami harus bertahan di sekitar orang-orang yang makan, yang minum di siang yang amat panas, istigfar setiap berseliweran adegan film remaja kasmaran, termasuk yang berjemur dengan bikini. Jam bekerja tetap seperti biasa, gerah, cape, tanpa makan siang, dan menunda makan sore.

Pengen pulang ini mah. Kangen ramadhan di Indonesia. Kangen suara adzan dari mesjid. Kangen buka puasa jam 6 sore. Kangen kolak dan kerupuk mie buat tajil. Kangen beli cuanki sepulang tarawih. Ah ya, kami juga lagi puasa tentang Indonesia bukan? Kalau nanti pulang pasti lebih nikmat dari minum es buah saat buka.

Hikmahnya, esensi puasa di sini lebih terasa. Mudah-mudahan bukan sekedar menahan lapar dan haus yang ekstrim, setidaknya bisa belajar lebih tertib. Seperti orang-orang Poland yang tertib menyebrang jalan, membuang sampah pada tempatnya, saling memberi tempat duduk di kendaraan umum, menyapa, antri, dan banyak lagi hal kecil yang semakin langka ditemui di masyarakat Indonesia. Ya, semoga ramadhan, di manapun, akan membawa kita menjadi muslim yang lebih baik.

Senin, 16 Juli 2012

Maafkan saya,

Beralibi bahwa ini cukup manusiawi, akhirnya di manapun juga saya akan merasa ada saja yang kurang nyaman. Terlebih di sini begitu jauh dari keluarga. Di sini saya ga punya teman. Belajar menjadi istri yang membereskan rumah, memasak, menyetrika. Belum senyum dan harum saat papa pulang kerja. Belajar menjadi ibu yang menemani dede main, mengajari makan, dan bertahan atas semua kacau, karena dede masih kecil. Dan saya begitu berantakan. Ke mana harus mengeluh, berbagi, melarikan diri?

Sabtu, 07 Juli 2012

Aku.

Aku tidak mengerti jalan pikirmu, Arya. Bagaimana bisa kamu bilang mencintai Kaira dan ingin menikah dengannya? Apa menariknya Kaira? Dia bukan gadis yang istimewa. Setidaknya, dia tidak cukup istimewa untuk laki-laki teristimewa sepertimu. Aku tidak setuju. Sampai kapanpun, aku tidak akan pernah setuju.

Ris, aku sudah berkali-kali menceritakan Kaira padamu. Dia teman sekantorku. Ehm, sebenarnya tidak. Dia di departemen berbeda, tapi kami satu gedung. Kami selalu makan siang di kantin yang sama. Kini di meja yang sama. Aku senang berada di dekatnya, mengobrol dengannya. Dia cantik sekali, Ris. Kami sama-sama suka nonton. Kami berencana menonton film Spider-Man yang baru. Sayang, kamu selalu sibuk akhir-akhir ini ya, tidak bisa ikut nonton bersama kami. Tetapi kata Kaira sepulang menonton, dia akan membelikan sekotak coklat untukmu. Kamu pasti senang karena kamu suka sekali coklat. Kaira baik ya? Kemarin aku melihat Kaira menyulam, tampaknya akan membuatkanmu syal juga, seperti punyaku. Ris, aku sudah berkali-kali bilang padamu. Aku mencintai Kaira. Aku ingin menikah dengannya.

Padaku, Risa menunjukkan lembaran-lembaran foto itu lagi. Kedua orang tuanya. Rindu yang membuncah. Risa mencoba bertahan, namun menangis juga. Aku tahu, tangisnya terlalu perih. Sesekali ketika malam begini, ia menunjukkan rapuh. Orang tuanya telah lama pergi. Keduanya meninggal dalam kecelakaan, demi mencari Risa remaja yang kabur dari rumah. Selama itu Risa menjadi kesalahan bagi keluarganya. Ia dibuang, meski dalam rumah dan segala yang mewah. Aku sering melihatnya melamun, berbicara sendiri, betapa dia ingin mati.

Mungkin aku tidak rela melihat kamu menikah. Mungkin aku tidak rela mengetahui kamu mencintai Kaira. Apa aku boleh cemburu? Bukanlah kamu bilang kamu mencintaiku? Bukankah kita pernah berjanji akan selalu bersama? Sudah bertahun kita melangkahi sepi, kita akan tetap berbahagia berdua.

Menurutku, Risa itu wanita yang kuat, pintar, suka mengobrol, dan suka coklat. Namun terkadang ia pendiam dan misterius. Malam-malam saat ia kangen orang tuanya, ia menginap di kamarku. Ia bercerita banyak hal, melupakan kesedihannya. Lain waktu, terutama ketika makan siang, ia sering diam saja, hanya memandangiku. Katanya aku cantik. Dipuji begitu oleh sahabatku sendiri, membuatku tersipu juga.

Malam ini aku tidak bisa tidur. Mengingat awal pertemuan kita hingga kebersamaan yang bahagia. Kamu adalah alasan untukku bertahan hidup, tanpa siapa-siapa. Menyatu denganmu membentuk cinta yang sempurna. Lalu tiba-tiba saja aku  harus menangis. Aku akan kehilangan kamu, Arya. Dan tentu ini karena Kaira. Aku benci. Aku sangat benci Kaira.

Ris, apakah kamu sering merasa dimensimu berganti? Suatu malam aku memutuskan tidak tidur. Aku memang belum tidur, belum melakukan apapun. Tetapi aku tersadar sudah pagi, dengan tubuh lelah gemetar. Aku kehilangan semalamku. Entah. Samar aku hanya seolah bermimpi menjadi penyihir membawa apel beracun. Mimpi yang aneh, bukan? Seharusnya aku menjadi pangeran tampan.

Risa bilang malam ini mau menginap di kamarku, belajar menyulam. Namun malam Risa mengetuk kamarku, terlalu larut. Aku sangat mengantuk, setengah tak sadar membuka pintu. Aku pasti sangat sangat mengantuk. Yang kuingat sekarang malah penyihir dan apel beracun. Aku tidak ingat bagaimana Risa selanjutnya, apakah jadi menginap di kamarku. Aku mungkin terjatuh, atau pingsan, atau mati ditusuk dan berlumuran darah. Bodohnya, kalau aku mati mana mungkin aku bisa menceritakan ini.

Namaku Arya. Aku mencintai Kaira dan ingin menikah dengannya.  Tuduhan ini absurd. Percobaan pembunuhan, heh? Malam itu aku hanya merasa kehilangan waktu.

Selasa, 03 Juli 2012

Musim Semi Berganti Musim Panas Sekali

Pada musim semi, rumput pun berbunga-bunga..

Taman yang sebelumnya hanya beralas tanah telah berganti hijau. Pohon yang kering, tampak mati, seolah terlahir kembali. Bunga bermekaran warna-warni serupa di film india. Dandelion terbang. Air mancur dan kolam-kolam mulai mengalir. Udara sepanjang hari menjadi lebih hangat, bersahabat.

Kami menanggalkan boots dan jaket tebal, mematikan heater, melihat banyak orang bersepeda. Meski sering hujan, meski kadang suhu jatuh lagi ke angka 10, kadang salju. Saya tetap jatuh cinta pada wangi daun dan kembang musim semi.

Lalu musim panas.

Saya terbakar. Dede juga. Ketika super-sun (matahari yang menurut saya pasti berukuran lebih besar dibanding biasanya) sungguh berada di atas kepala kami. Curangnya lagi, matahari itu telah terbit sempurna pada jam 4, dan baru terbenam lewat jam 21. Lengkap dengan udara teramat panas tanpa sedikitpun angin bersemilir.

I dont understand why Poles really love summer. Orang berlama-lama berbikini, berjemur, berderet-deret. Terutama saat weekend, taman menjadi ramai sekali. Saya mah males. Nemenin Dede sebentar saja sudah cukup membuat saya semakin hitam. Tragisnya ga ada Tje fuk, Ponds, produk whitening apapun. Apakah saya perlu cuci muka dengan norit seperti di iklan?

Belum lagi ini gerah keterlaluan. Berteduh di bawah pohon malah berasa dipanggang, ga ada sejuk-sejuknya sama sekali. Kalau malam Dede tidur juga gelisah, ga nyenyak, kepanasan, sampai bajunya harus dibuka. Mungkin sama seperti di Subang atau Jakarta. "Jah baru segitu doang, di Arab suhunya bisa 50 dan ga ada masalah."


Sesekali langit yang silau tiba-tiba gelap. Seketika hujan deras. Hujan yang juga melempar es sebesar-besar bola bekel. Alhamdulillah kami belum keluar rumah. Selang beberapa menit berhenti. Matahari pun kembali, seakan mendung dan air tak pernah menggantikannya. Panas.

Saya ini memang tidak bersyukur ya. Saat winter mengeluh dingin, saat summer mengeluh lagi. Berdoa saja saya semoga di hari sepanas ini nanti bisa kuat puasa ramadhan 20 jam sebulan. Amiin.

Happy summer!

saya ingin menulis tentang Euro 2012

Sebulan lalu begitu happening piala eropa 2012 di Polandia dan Ukraina. Am I feeling lucky? Jawabannya tergantung, saya suka sepak bola atau tidak. Jika suka, tentu saya sangat beruntung berada di negeri tuan rumah piala eropa kini. Sebaliknya, jika saya tidak peduli sepak bola, ya ga perlu juga saya menulis tentang ini.


Dan saya setengah setengah. Saya ga yakin apakah saya berminat pada sepak bola atau tidak peduli sama sekali. Saya pasti membaca berita skor pertandingan terakhir. Kebanyakan saya menonton live di tivi. Namun kadang papa menyuruh saya tidur saja (kebahagiaan buat saya karena suaminya ga suka bola). Saya pun menulis ini. Meski sudah kadaluarsa, meski tanpa dokumentasi pribadi; konsekuensi suaminya ga suka bola, ga bisa diajak foto-foto di stadion atau fan zone.

Sewaktu opening match 8 Juni, kami sedang di pusat kota. Jalan banyak ditutup, jalur bus sedikit diubah, di jalan, di jendela apartemen, bahkan mobil-mobil mengibarkan bendera Polandia. Di mana-mana penuh supporter, meriah sekali. Seandainya dede sudah bisa ikutan dan tidak ada isu rasisme, saya tergoda pengen berdandan putih merah juga, nyanyi-nyanyi dan ikut teriak "Polska!". Tampak seru.


Semua pertandingan di Warsaw, termasuk acara pembukaan, berlangsung di stadion nasional. Stadion tersebut baru selesai dibangun-ulang menghabiskan dana 500 juta euro. Tak heran jika menjadi stadion multifungsi dengan desain terbaik dan teknologi paling inovatif. Kapasitasnya lebih dari 58 ribu tempat duduk dengan 4 layar besar yang nyaman. Untuk menanggulangi kendala cuaca, atap stadion dapat dibuka-tutup. Pada bagian luar terdapat panel berlubang sebagai ventilasi dan pelindung cahaya, yang juga menunjukkan komposisi warna artistik putih merah.




Selain di stadion, kegiatan menonton juga berpusat di fan zone di Centrum, semacam alun-alun. Centrum merupakan ikon kota Warsaw dengan Palace of Culture and Science yang merupakan bangunan tertinggi di Polandia, berdekatan dengan stasiun kota, shopping mall Zlote Tarasy, dan tidak jauh dari stadion. Fan zone ini merupakan fan zone terluas, dapat menampung sekitar 100 ribu penonton. Fan zone dibuka untuk umum, gratis, setiap hari, dilengkapi sebuah panggung yang luas dan enam layar besar.


Di Warsaw, ada 5 pertandingan; 3 pertandingan penyisihan grup A, 1 pertandingan perempat final, dan 1 pertandingan semifinal. Tidak hanya pendukung tim nasional Polandia, pendukung tim lawan, juga turun ke jalan. Rombongan antarpendukung tidak saling bentrok, kecuali dengan Rusia. Mengingat jaman komunis Uni Soviet dan korban perang dunia II, orang Polandia masih dendam saja pada Rusia dan Jerman. Berbeda dengan kita yang pernah dijajah berabad-abad malah menyambut dengan terbuka kedatangan orang Belanda, Jepang, dan Portugal.

Hmm, saya harus cerita apa lagi ya? Sebenarnya, kami selalu menghindari kawasan stadion dan alun-alun pada hari-hari pertandingan demi memperoleh ketenangan. Hehe. Jadi, saya tidak cukup kompeten untuk bercerita banyak.

Salam olahraga, dan selamat untuk Spanyol sebagai juara bertahan.