Senin, 16 Juli 2012

Maafkan saya,

Beralibi bahwa ini cukup manusiawi, akhirnya di manapun juga saya akan merasa ada saja yang kurang nyaman. Terlebih di sini begitu jauh dari keluarga. Di sini saya ga punya teman. Belajar menjadi istri yang membereskan rumah, memasak, menyetrika. Belum senyum dan harum saat papa pulang kerja. Belajar menjadi ibu yang menemani dede main, mengajari makan, dan bertahan atas semua kacau, karena dede masih kecil. Dan saya begitu berantakan. Ke mana harus mengeluh, berbagi, melarikan diri?

Saya hanya perlu sabar dan bersyukur.

Jauh panggang dari api. Saya malah mengasihani diri. Seringnya ingin nangis, marah, lebih karena kepayahan ini. Saya menjadi sensitif, cranky. Akibatnya papa, sebagai satu-satunya teman di sini, terkena sampahan saya banyak sekali. Padahal saya tahu, kerja papa tidak pernah lebih mudah dibanding saya. Seandainya saya harus sintesis begitu, saya lebih mungkin dipulangkan.

Saya dan papa sama menjalani hari yang berat di sini, semoga selesai dengan baik sampai dua tahun lagi. Tanpa kami sadari, mungkin dede juga merasa berat yang serupa. Pada saat seperti ini, saya kira, kami perlu pelukan yang menenangkan. Kami sama-sama membutuhkan dukungan. Kami adalah teman. Kami boleh bercerita, berkeluh, bersandar, melupakan tangis, bersemangat lagi. Kami memulai pagi, menunggu malam, dan menghabiskan akhir pekan dengan berkumpul bertiga. Kami selalu suka jalan-jalan, ke manapun. Kami suka main. Kami suka makan. Kami lelah, tapi kami saling tertawa, meredakan. Kelak, seluruh masa ini akan menciptakan kami kuat.


Maafkan saya ya papa, dede, atas pms yang setiap weekend. Ya, saya hanya perlu sabar dan bersyukur.

2 komentar:

  1. papa sayang mama, selalu memaafkan, walo kadang papa pengen pundung, ky sekarang, sm mama didiemin. tp papa ttp sayang mama, walopun harus minta maaf... :)

    BalasHapus