Sabtu, 07 Juli 2012

Aku.

Aku tidak mengerti jalan pikirmu, Arya. Bagaimana bisa kamu bilang mencintai Kaira dan ingin menikah dengannya? Apa menariknya Kaira? Dia bukan gadis yang istimewa. Setidaknya, dia tidak cukup istimewa untuk laki-laki teristimewa sepertimu. Aku tidak setuju. Sampai kapanpun, aku tidak akan pernah setuju.

Ris, aku sudah berkali-kali menceritakan Kaira padamu. Dia teman sekantorku. Ehm, sebenarnya tidak. Dia di departemen berbeda, tapi kami satu gedung. Kami selalu makan siang di kantin yang sama. Kini di meja yang sama. Aku senang berada di dekatnya, mengobrol dengannya. Dia cantik sekali, Ris. Kami sama-sama suka nonton. Kami berencana menonton film Spider-Man yang baru. Sayang, kamu selalu sibuk akhir-akhir ini ya, tidak bisa ikut nonton bersama kami. Tetapi kata Kaira sepulang menonton, dia akan membelikan sekotak coklat untukmu. Kamu pasti senang karena kamu suka sekali coklat. Kaira baik ya? Kemarin aku melihat Kaira menyulam, tampaknya akan membuatkanmu syal juga, seperti punyaku. Ris, aku sudah berkali-kali bilang padamu. Aku mencintai Kaira. Aku ingin menikah dengannya.

Padaku, Risa menunjukkan lembaran-lembaran foto itu lagi. Kedua orang tuanya. Rindu yang membuncah. Risa mencoba bertahan, namun menangis juga. Aku tahu, tangisnya terlalu perih. Sesekali ketika malam begini, ia menunjukkan rapuh. Orang tuanya telah lama pergi. Keduanya meninggal dalam kecelakaan, demi mencari Risa remaja yang kabur dari rumah. Selama itu Risa menjadi kesalahan bagi keluarganya. Ia dibuang, meski dalam rumah dan segala yang mewah. Aku sering melihatnya melamun, berbicara sendiri, betapa dia ingin mati.

Mungkin aku tidak rela melihat kamu menikah. Mungkin aku tidak rela mengetahui kamu mencintai Kaira. Apa aku boleh cemburu? Bukanlah kamu bilang kamu mencintaiku? Bukankah kita pernah berjanji akan selalu bersama? Sudah bertahun kita melangkahi sepi, kita akan tetap berbahagia berdua.

Menurutku, Risa itu wanita yang kuat, pintar, suka mengobrol, dan suka coklat. Namun terkadang ia pendiam dan misterius. Malam-malam saat ia kangen orang tuanya, ia menginap di kamarku. Ia bercerita banyak hal, melupakan kesedihannya. Lain waktu, terutama ketika makan siang, ia sering diam saja, hanya memandangiku. Katanya aku cantik. Dipuji begitu oleh sahabatku sendiri, membuatku tersipu juga.

Malam ini aku tidak bisa tidur. Mengingat awal pertemuan kita hingga kebersamaan yang bahagia. Kamu adalah alasan untukku bertahan hidup, tanpa siapa-siapa. Menyatu denganmu membentuk cinta yang sempurna. Lalu tiba-tiba saja aku  harus menangis. Aku akan kehilangan kamu, Arya. Dan tentu ini karena Kaira. Aku benci. Aku sangat benci Kaira.

Ris, apakah kamu sering merasa dimensimu berganti? Suatu malam aku memutuskan tidak tidur. Aku memang belum tidur, belum melakukan apapun. Tetapi aku tersadar sudah pagi, dengan tubuh lelah gemetar. Aku kehilangan semalamku. Entah. Samar aku hanya seolah bermimpi menjadi penyihir membawa apel beracun. Mimpi yang aneh, bukan? Seharusnya aku menjadi pangeran tampan.

Risa bilang malam ini mau menginap di kamarku, belajar menyulam. Namun malam Risa mengetuk kamarku, terlalu larut. Aku sangat mengantuk, setengah tak sadar membuka pintu. Aku pasti sangat sangat mengantuk. Yang kuingat sekarang malah penyihir dan apel beracun. Aku tidak ingat bagaimana Risa selanjutnya, apakah jadi menginap di kamarku. Aku mungkin terjatuh, atau pingsan, atau mati ditusuk dan berlumuran darah. Bodohnya, kalau aku mati mana mungkin aku bisa menceritakan ini.

Namaku Arya. Aku mencintai Kaira dan ingin menikah dengannya.  Tuduhan ini absurd. Percobaan pembunuhan, heh? Malam itu aku hanya merasa kehilangan waktu.

2 komentar:

  1. teu ngarti mah, ceritain aja :) papa cuma bisa baca gambar

    BalasHapus
  2. papa bisa baca gambar. mama ga bisa baca peta :p

    BalasHapus