Tampilkan postingan dengan label tentang Hilmi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tentang Hilmi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 23 Februari 2017

Amblyopia (Mata Malas) Hilmi

Dua bulan setelah pertemuan dengan dokter mata anak, Hilmi periksa lagi. Mata kirinya belum membaik signifikan. Hilmi didiagnosis ambliopia (lagi).

Catatan (4). Amblyopia, atau mata malas adalah kurangnya kemampuan penglihatan salah satu mata karena gagal bekerjasama dengan otak. Fungsi mata kan memfokuskan cahaya pada retina, informasi ini harus diteruskan sepanjang saraf optik ke otak buat selanjutnya diterjemahkan jadi hasil visual. Kasus amblyopia terjadi pada sekitar 2 - 3% anak-anak dan dapat berlanjut sampai dewasa, menjadi penyebab umum kebutaan sebelah mata pada orang dewasa.

Astigmatism (Silindris) Hilmi

Saya sering denial. Sewaktu berat badan Hilmi stagnan, "aah gapapa." Sewaktu penglihatan Hilmi sepertinya kurang bagus, "bayi memang belum melihat sempurna dan akan berkembang seiring penambahan usianya." Yah, gentle itu harus, dan parnanoia itu tidak baik. Tetapi denial itu salah!

Satu hari Minggu tanpa tujuan, kami masuk saja ke toko kacamata. Periksa mata Hilmi dengan Snellen chart dan jawaban sekenanya. Tidak presisi, tetapi penglihatan Hilmi terbukti tidak bagus! Katanya, astigmatisma, dibuatkan kacamata dan disarankan konsultasi ke dokter. Selanjutnya kami ke klinik mata, cari-cari dokter berbahasa Inggris. Hilmi didiagnosis astigmatisma, esotropia, ambliopia, perlu dirujuk untuk konsultasi lebih lanjut dan terapi ke dokter mata anak di rumah sakit anak. Sampai sini, sudah sediihh sekali.

Kamis, 28 Januari 2016

Sekolah (TK) Hilmi

Sepulang dari Polandia, Hilmi semangat sekali mau sekolah. Tiga setengah tahun usia Hilmi waktu itu. Hilmi masuk PAUD dekat rumah. Mungkin salah saya kurang riset. Hilmi yang sangat jarang bersosialisasi tiba-tiba dihadapkan pada lingkungan sekolah yang "mandiri". Ibu guru tertib pada jadwal: menulis, mewarnai, main. Waktu main, Ibu guru membiarkan saja anak-anak bermain, bersosialisasi, dorong-dorongan di perosotan, rebutan mainan, dan Hilmi duduk sendirian di pojokan.

Beberapa kali sekolah, sedih, sampai akhirnya nangis-nangis ga mau sekolah. Berhenti. Tahun ajaran baru saya daftarkan Hilmi di TK. Dari sekolah saya ingin Hilmi belajar berteman, belajar percaya orang lain dan bisa mengurangi ketergantungan pada Mama. 

Jumat, 27 November 2015

Diagnosis TB

Saya pernah menulis tentang Hilmi yang makannya sedikit, growchartnya yang entah, dan intoleransi laktosa. Bukan tidak berikhtiar, saya konsultasi juga ke DSA. Diresepkan bermacam vitamin, obat cacing, katanya ya mamanya juga kurus kecil (dulu!), ga apa-apa masih normal.

 

Tidak juga membaik. Sampai kapan Hilmi menolak makan bertahun-tahun begini? Lalu Hilmi seolah semakin mengecil semakin anomali. Sementara saya semakin khawatir semakin tertekan.

Terapi TB

Hilmi sudah didiagnosis TB.

Obat anti TB (OAT) untuk anak adalah kombinasi Isoniasid (INH), Rifampisin, dan Pirazinamid. Ketiga obat tersebut diberikan selama dua bulan pertama. Lalu empat bulan selanjutnya, yaitu mulai bulan ketiga sampai keenam, hanya diberikan kombinasi INH dan Rifampisin. OAT harus diminum setiap hari. Tidak boleh absen karena bakterinya bisa resisten, pengobatan harus diulang dari awal dan menjadi lebih berat.

Sabtu, 25 Januari 2014

Tiga Tahun

Mengingat satu hari, tiga tahun lalu.

Saya tidak merasa mencintainya.
Melihatnya datang mempertaruhkan takdir-usia saya,
kesakitan tak terkira.

Saya tidak merasa mencintainya.
Ketika ia ternyata lahir sebelum sempurna.
Banyak selang meliliti tubuhnya, menyangga hidupnya.
Ia amat kecil. Menangis.

Saya merabanya.
Seolah tiba-tiba saja.
Cinta membuncah, menangisinya.

Ya, saya mencintainya,
Sangat mencintainya.

Hari ini, tiga tahun.

Ia tumbuh sehat, aktif, dan berisik.
Alhamdulillah Tuhan masih mempercayakannya tinggal di rumah ini.
Kami saling belajar.
Kami saling berbahagia.

Kami memanggilnya Hilmi,
mendoakannya sabar, tenang, dan bijak.
Semoga Allah selalu menjaganya,
Semoga Allah juga memberikan kekuatan kepada kami
untuk menuntunnya menjadi anak shaleh.

Ya, saya mencintainya,
sangat mencintainya.


Rabu, 27 November 2013

Intoleransi Laktosa

ini bukan tentang literatur ilmiah. ini permintaan maaf..

Sebenarnya saya tidak mau mengeluh, meratap, depresi karena Dede susah makan. Saya berjanji tidak membandingkan anak-anak lain yang tinggi, gemuk, lahap memakan segala. Saya lebih ingin menghargai sesedikit apapun yang Dede makan. Dede sudah berusaha. Saya mencoba melupakan banyak nasi yang masih bersisa di piringnya. Besok saya akan memikirkan menu lain supaya Dede tidak bosan dan mengambil porsi lebih sedikit demi menjaga mood saya.

Saya tidak suka karena nyatanya saya marah.

Dan marah tidak menyelesaikan apa-apa. Dede tetap tidak mengunyah makanannya. Ternyata sekali badannya ruam, gatal. Sekali perutnya kembung. Kali lain diare. Setelah Dede makan banyak keju cair. Atau berkotak eskrim. Atau susu UHT rasa-rasa. Atau dulu saya hobi minum susu sapi selama meng-ASI.

Sampai sekarang Dede masih intoleransi laktosa. Setelah mengkonsumsi susu sapi atau turunannya, Dede selalu ga mau makan. Mungkin tidak nyaman di pencernaannya. Lebih sedih karena Dede sangat suka produk susu. Sering sekali Dede minta dibelikan es krim. Sesering itu pula saya mengalihkan topik pembicaraan kami.

Setiap berulang, saya belajar mengerti. Salah saya sepenuhnya, memberikan Dede produk susu sapi. Namun hingga belasan hari susah makan, bagaimana tidak khawatir? Berat badan yang sudah di garis kuning pun turun lagi. Saya tidak bisa menahan emosi. Kami sama menangis.

Dede, maaf Mama marah.

DSC_5965


Semoga Dede selalu sehat, kuat, makan banyak. Semoga Dede tumbuh baik menjadi anak pintar dan soleh. Semoga saya lebih sabar, menyayangi Dede lebih lembut dan bijak.

Rabu, 20 November 2013

Praha: Teman Baru Hilmi

Tinggal jauh dari kampung halaman dengan Mama yang kaku, membuat Dede ga punya teman dan sulit akrab dengan orang baru. Sesekali saya mengajak arisan atau berkunjung ke rumah siapaa gitu, Dede malah nangis.

Baru ini Dede nyaman dengan orang lain. Padahal ketemu pertama kali. Senang sekali. Terima kasih Tante Fitri, semoga nanti bisa sering-sering ketemu lagi.

semangat, naik tangga berdua

Rabu, 26 Juni 2013

Toilet Training #2

Setelah teori-teorinya di sini, saya kemudian amnesia. Biarlah kronologis perjuangan-kami-berhari-hari berikut kecelakaan-kecelakaannya terlupakan. Sekarang hanya lega dan senaaang sekali. Apalagi dari awal Dede memang ga pernah ngompol saat tidur malam. Maka sehari, setiap Dede bilang mau pipis, mau pup, setiap itu pula bahagia. Berhasil! Dede sudah jadi anak besar, jagoan.

Senin, 03 Juni 2013

Belajar Membaca

Mungkin perlu salahkan saya, bahwa di usia lebih dari dua tahun Dede belum banyak bicara. Baru beberapa kata sederhana. Mengulang. Sisanya cukup mengindeks dengan telunjuk... Pasti karena saya kurang memotivasi. Terlebih Dede ga punya teman. Melihat dan mendengar anak-anak Polandia bukanlah stimulasi yang tepat.

Maaf ya Dede, saya bukan mama yang sempurna. Tapi percayalah saya selalu berdoa berusaha memperbaharui diri demi menjadi mama yang lebih baik.

Tidak banyak kosakata, Dede memulai dengan mengeja. Dede suka sekali huruf-huruf, melafalkannya. Dede paling suka menemukan huruf M. Kemudian huruf K, A, S, P. Kadang juga huruf W, E, Z, U, O.

bermula mengamati ini.
kemudian menjadi huruf favorit Dede

"a - m - u - e - i.. DEDE" menemukan tulisan apapun di manapun Dede pasti mengeja dengan semangat.
"Masa huruf a-m-u-e-i jadi Dede?" kata mama.
Dede cuek. Melanjutkan mengeja lagi, sekenanya lagi.

Lucu. Senang sekali menyaksikan Dede bertumbuh dan belajar banyak. Dede sudah anak besar, semakin pintar. Apalagi Dede baiiik sekali. Ah merasakan bahagia ini, bolehkah meminta Tuhan mengirim satu Dede lagi? Hehehe *fingerscrossed*

Selasa, 21 Mei 2013

Toilet Training #1

Dua tahun 3 bulan 15 hari. Secara teoritis, Dede sudah siap. Seharusnya otot-ototnya mulai dapat mengontrol kandung kemih pada usia 18 bulan. Tanda-tanda kesiapan lain yaitu mampu duduk tegak, popok bisa kering dalam 2-3 jam, memahami intruksi sederhana dan mengatakan keinginannya. Yang terakhir Dede belum sempurna lulus. Tak apalah. Mumpung musim dingin -yang bahkan di rumah butuh pakaian berlapis-lapis- telah berlalu.



Tahap pertama toilet training adalah membiasakan kegiatan kamar mandi. Jauh hari Dede sudah diperkenalkan, diajak, dan dijelaskan secara sederhana bagaimana pipis dan pup di toilet.

Gadget yang saya siapkan hanya dudukan toilet anak, celana banyaaak sekali, detergen, pewangi pakaian, dan beberapa kain lap. Persiapan paling penting tentu saja kesabaran-tak-terbatas. Saya harus nyuci pesing yang tidak bisa dilakukan mesin cuci. Saya harus selalu siap ngepel, menemukan pup dan pee di tempat-tempat tak terkira. Saya juga menemani Dede nongkrong di toilet sambil samasama nangis. Oia Dede tidak pakai training pants karena mahal. Dede pakai celana dalam saja, sekalian menunjukkan pada Dede bahwa ia sudah jadi anak besar.

Untuk memudahkan, saya perlu mengamati jadwal siklus pipis dan pup. Dede pipis sekitar 2 jam sekali dan pup sekali sehari. Dengan ini saya bisa mengajak Dede ke toilet di waktu yang tepat.

Menjadi ibu harus kreatif, termasuk membuat kegiatan toilet training seseru mungkin. Misalnya menggunakan desinfektan berwarna supaya air flush menjadi biru atau pink, atau memasang hadiah kecil seperti stiker unyu-unyu jika Dede berhasil pipis atau pup di toilet. Karena kurang niat, saya tidak melalukan keduanya, hehe. Kreativitas lain misalnya menempatkan mainan favorit sebagai teman menunggu pup. Cara apapun wajib ditempuh demi Dede bersemangat ke toilet.

Jika Dede berhasil pipis atau pup dengan benar, jangan lupa untuk selalu memujinya. Jadikan keberhasilan toilet training sebagai hal terbaik yang penting dirayakan. Kalau masih terjadi kecelakaan, cukup katakan Mama tidak suka. Hindari memarahi dan menghukum karena akan membuat anak takut, trauma, malah lebih sering tidak mau mengatakan bahwa ia ingin pipis atau pup. *talk to my self*

Selain kesabaran-tak-terbatas, banyak berdoa, penting juga konsisten. Di tengah prosesnya, saya sesekali putus asa, ingin berhenti saja. Namun, sekarang atau nanti pun saya dan Dede terpaksa harus melakukannya. Kalau ditunda lagi, berarti kami harus mengulangnya DARI AWAL. Maka luruskan niat kembali, Dede sangat butuh dibimbing, di rumah maupun di luar, dengan dukungan orang-orang sekitar yang menyayanginya.

Terakhir, toilet training tidak akan mengalami kemajuan tanpa bantuan Papa. Saat saya sedih, menahan marah -sampai tekanan darah mencapai rekor tertinggi seumur hidup saya-, Papa menenangkan. Saat saya hampir menyerah dan Dede terus menangis di toilet, Papa menggantikan. Terima kasih.

Rabu, 13 Februari 2013

Menyapih itu.. Putus Cinta!

Saya dan Dede masih sangat saling mencintai. Namun kini kami harus berpisah demi kebaikan masing-masing. Kami sama menangis bermalam-malam.

Jumat, 01 Februari 2013

Setelah Dua Tahun

Seminggu lalu ia genap dua tahun. Masih juga kecil, kurus. Ia tidak menyukai makan. Tidak pula minum. Tidak pernah duduk manis menghabiskan seporsi makannya sendiri. Sekali ia menyukai plum, atau jeruk. Besoknya bosan, tidak mau lagi. Lainnya, dipiliih-pilih. Seringnya menolak, "enggak!". Masakan saya memang tidak enak.

Jumat, 22 Juni 2012

Dede Suka Main Air, Main Pasir

Awalnya, karena musim dingin yang suhunya minus 23, Dede selalu nangis setiap kali mandi. Namun sekarang musim semi, dan Dede sudah semakin bukan-bayi-lagi. Dede tidak perlu menangis memeluk mama saat mandi. Dede malah betah berlama-lama, main air. Tidak cukup di waktu mandi, Dede kadang mengajak saya lagi ke kamar mandi, basah-basahan lagi, ganti baju lagi.

Rabu, 13 Juni 2012

Saya Tidak Boleh Memarahi Dede

Dede mengacak-acak lemari, menjatuhkan hp, menumpahkan susu, memecahkan sebotol kecap, dan banyak kekacauan lainnya. Barang-barang rusak. Saya harus ngepel lagi. Rrghh! Jengkelnya luar biasa.

Kalau Dede nakal, saya pengen banget marah, membentak, bahkan menjewer Dede. Supaya Dede tau Dede salah, sudah menyusahkan mamanya, Dede ga boleh melakukan itu lagi. Dede pun diam, dengan muka sedih. "Dede masih kecil, Ma. Dede belum ngerti."

Astagfirullah. Iya, Dede masih kecil, masih 1 tahun, gerak motoriknya belum sempurna, jalan pun masih suka jatoh. Dede adalah titipan, bahagia dari Tuhan. Apa saya akan membesarkannya dengan marah-marah? Membentuk pribadi Dede kelak dengan bekal kegagalan mengelola emosi begini? Tahukah Dede kalau saya marah itu karena sangat mencintainya?

Tidak boleh! Saya tidak boleh memarahi Dede!

teganya saya memarahi anak sepolos ini

Dampak buruk pertama, memarahi anak membuat mereka menjadi minder. Anak yang sering diberikan kata-kata negatif akan tertanam pada dirinya bahwa dia selalu membuat kesalahan, tidak berguna, tidak memiliki kemampuan, dan tentu tidak percaya diri.

Kedua, membuat anak menjadi tertutup. Karena sering dimarahi, anak menjadi takut pada orangtua, termasuk untuk bercerita dan berbagi. Padahal orangtua adalah orang yang seharusnya paling dekat dengan anak. Dengan orangtua saja anak sudah menutup diri, apalagi dengan orang lain.

Ketiga, membuat anak menjadi apatis. Saking seringnya dimarahi, anak menjadi tidak peduli. Ketika dimarahi, anak tampak mendengarkan, tapi sebenarnya hanya menganggap angin lalu saja. Anak menjadi cuek dan tidak respek terhadap orang lain.

Keempat, membuat anak menjadi membangkang. Anak tidak suka dimarahi, ada keinginan dirinya untuk melawan tapi tidak mampu. Maka anak akan menunjukkan ketidaksukaannya dengan berbagai cara; (1) sengaja tidak menurut, (2) diam dan tidak melakukan perintah orangtua, atau (3) melambat-lambatkan mengerjakan perintah orangtua, semuanya hanya supaya orangtuanya kesal dan semakin marah. Ada kesenangan tersendiri bagi anak tersebut jika melihat orangtuanya marah. Seiring usia anak yang bertambah, perilakunya akan semakin memberontak.

Kelima, anak meniru temperamen orangtua di lingkungan bermainnya. Anak berpikir bahwa dia yang lebih kuat dapat memaksakan dan menindas teman-temannya yang lebih lemah. Saat dewasa, bukan tidak mungkin anak melakukan hal yang sama terhadap anaknya juga.

Keenam, anak menjadi pribadi yang rentan. Kurangnya kasih sayang membuat anak cenderung depresif, nantinya mudah terpengaruh minuman keras, narkoba, bahkan berpikir untuk bunuh diri.

Naudzubillah. Semoga saya tidak memotivasi Dede menjadi demikian.

Tapi Dede tidak kenapa-kenapa kok kalau saya marahi. Dede diam, pasti sedang mencerna sehingga besok tidak akan mengacau lagi. Yakin? Saya teringat analogi air kolam. Air kolam itu tenang. Coba lemparkan batu, sampah, airnya beriak sebentar, tenang kembali. Kita tidak melihat di dasar kolam yang bersih telah tercemar sebuah batu yang kotor. Coba lemparkan batu lagi, sekali lagi, sekali lagi.

Anak memang tidak menunjukkan perubahan psikologisnya secara langsung setelah dimarahi. Namun perubahan buruk itu terjadi, bertambah, sesering kita memarahinya, sebanyak batu-batu yang dilemparkan ke dasar kolam. Suatu saat jumlahnya akan sangat banyak, akan kasat mata juga. Batu-batu itulah sampah yang mencemari kolam. Bentakan-bentakan itu juga sampah yang mencemari psikologis anak.

Maka, mulai sekarang, berjanjilah, saya tidak boleh memarahi Dede.

Jumat, 11 Mei 2012

Dede, saat main di luar

Saya kadang merasa alien, berjilbab di Polandia yang katolik sekali. Apalagi saya begitu pengen invisible, rikuh ketemu orang, berkubur saja di rumah, meski galau. Namun Dede, sebagai anak-anak, lebih suka main menemukan hal baru di luar rumah. Maka saya terpaksa membumi, mengantar Dede jalan-jalan, terutama kalau hari cerah. Dede paling suka main di taman, berjam-jam.


Baru beberapa meter berjalan, Dede sudah disapa. Senang, karena saya tidak perlu menyapa duluan yang jaman dulu sering dicuekin. Orang-orang di sini ramah dan sopan sekali, selain pasti suka anak-anak. Mungkin karena Dede juga berbeda sehingga menarik perhatian. Anak Asia; kulitnya berwarna, kepalanya bulat, hidung yang berbeda.


Sebelumnya Dede jalan pake sepatu yang bunyi, biasa kalau di Indonesia, tapi mungkin di sini ga ada. Banyak orang melihat Dede, bahkan anjing pun mendatangi, dikira bunyi-bunyian itu mengajaknya main. Diperhatikan anak-anak cewe, dede grogi, jatohlah.

Kalau sedang sangat senang, Dede suka ketawa, teriak-teriak, lari-lari, joget, nabrak orang. Maka akan bertambah lagi yang memperhatikan, mulai yang senyum dari jauh, melambaikan tangan, mendatangi, sampai fotoin Dede dan ngasih jeruk. Dede punya banyak fans.


Bersama Dede kemana-mana membuat saya merasa lebih baik. Mengesampingkan sindrom invisible dan kekhawatiran ketemu hooligan atau orang mabuk yang rasis. Sapaan-sapaan kepada Dede sangat menenangkan, seolah kami diterima di sini. Mudah-mudahan juga menjadi aman, sungguh tegakah menjahati seorang perempuan tak berdaya dan anaknya yang kecil begini. Karena mereka ga tau muslim sesungguhnya mengajarkan damai dan toleran. Semoga Allah selalu menjaga kami, di setiap waktu, di semua negeri.

Selasa, 07 Februari 2012

Selalu Bersama Dede

Di sini saya akan selalu sama-sama Dede. Kalau weekend kami mungkin jalan-jalan bareng papa, atau bermalas-malas di rumah dan Dede akan mengganggu main game papa. Kalau weekdays, papa ke kampus, pagi sampai sore. Maka saya harus berdua saja dengan Dede. Karena winter yang sangat dingin, kami pun berkubur terus dalam flat, sesekali melihat ke luar melalui jendela. Kami sering melihat salju turun, kadang saya pungut untuk mainan Dede hingga mencair di telapak tangan kecilnya. Dede ketawa. Di luar dapur juga ada pohon besar yang meranggas, banyak burung terbang dan bertengger di situ. Beberapa burung mengambil remah roti yang sengaja papa simpan di luar jendela. Di depan flat kami ada jalur kereta, Dede senang melihat kereta lewat, dan mobil-mobil yang melintas cepat di jalan.

Pemandangan dari jendela, setelah salju reda.

Dede selalu membuat rumah berantakan. Membuka lemari dan mengeluarkan semua benda di dalamnya. Mengacak-ngacak laci, sepatu, dan baju-baju kotor di mesin cuci. Menumpahkan air. Meremukkan biskuit dan coklat. Bagian tersulit, Dede ga bisa ditinggal dan jarang bobo. Kalau sekali Dede bobo, saya harus sigap memasak, mencuci piring, menyapu kamar, buru-buru mandi, makan, dan solat. Kalau lama Dede belum bobo juga dan perut saya sudah krubuk-krubuk, ya saya harus makan sambil rela nasi saya diacak-acak, sendoknya dilempar, atau dede nangis karena saya tidak acuhkan. Bahkan saya pernah di toilet dengan Dede yang mau terus bermain di sebelah. Kasian Dede pasti kebauan :D

Sekarang Dede sudah lebih dari setahun. Sudah lama hobi mengeluarkan barang-barang; mengeluarkan semua kerupuk dari dalam toples, mengeluarkan kartu-kartu dari dompet, mengeluarkan buku-buku dari tas papa, mengeluarkan baju-baju dari lemari. Sekarang Dede mulai bisa memasukkan kembali barang-barang itu. Setelah disortir dan ternyata ga nemu yang menarik, biasanya Dede memasukkan beberapa ke tempatnya semula. Barusan, setelah mengeluarkan pakaian kotornya dari mesin cuci, dede memasukkannya kembali. Baiknya, Dede juga memasukkan  keset, lap kaki, dan lap piring ke dalam mesin cuci. Lap kotor dan jelek gini masa digabung sama baju Dede?

memasukkan lap kuning ke dalam mesin cuci.

Di sini saya akan selalu sama-sama Dede. Tak akan bosan untuk bermain, berantakan, dan membereskan rumah sama-sama.

Sabtu, 26 November 2011

Mencintamu adalah Bahagia

Tidak sekalipun terpikir memilikimu, terlebih mencintamu.
Secepat ini.
Ketika Tuhan mencipta, nyatanya tidak bersama satu ruang cinta dalam hati saya, buatmu.
Kosong. Kenapa kamu harus di sini?
Hingga satu pagi di Januari..
Ruang itu belum juga hadir.

Dan kita dipisah.
Kamu meninggalkan saya yang belum mengenal adamu.
Saya ingin melihatmu, sekali.
Selangkah demi selangkah, menemukanmu.

Kamu yang kecil, tertidur.
Dengan jarum-jarum menusuk, menyambung banyak selang menyanggamu.
Kamu masih belum bisa minum.
Kamu menangis.
Mengalirkan deras di mata saya. Tak henti.

Akhirnya.
Kamu harus kuat, Cinta.
Ya, saya mulai mencintamu. Saya yakin saya sangat mencintamu. Dan saya akan selalu mencintamu.
Perjuanganmu telah membuka ruang cinta dalam hati saya, begitu luas buatmu.

...

Kini. Lebih dari sepuluh waktu.
Kamu di sini. Tumbuh, sehat, dalam peluk kami.
Kamu main, lucu, jatuh, berantakan, tertawa.
Semua tentangmu yang menakjubkan.

Mencintamu adalah bahagia.
Cepat sembuh ya Cinta.

Senin, 10 Oktober 2011

3 bulan 1 minggu 2 hari lagi

3 bulan 1 minggu 2 hari lagi menuju 19 Januari, mengakhiri masa long distance relationshit ini, insyaAllah akan bertemu papa.

Terlepas bahwa cinta itu naik turun. Terkadang konflik, tapi sisanya semua menyenangkan. Konfliknya pun kebanyakan karena saya sendiri juga, hasil kebodohan saya, moody, dan saya yang sering memunculkan kesalahpahaman. Maaf ya papa. Gimanapun juga, meski se-bete apapun, ga akan pernah ada yang berubah. Saya akan selalu sayang papa.

Komunikasi yang terbatas membuat kangen begitu menyesakkan. Harus sejauh ini terpisah jarak. Harus selama ini menunggu waktu bertemu lagi.. Saya sebenarnya ga bisa ga bareng papa. Tak terungkapkan oleh kata, berpuluh cerita rindu.

Beruntung di sini ada Dede Hilmi, yang semakin lama semakin menunjukkan kalau Dede mirip papa. Saya jadi merasa ada papa kecil yang bisa dipeluk kapan aja. Sedikit banyak telah mengobati kangen ini.

3 bulan 1 minggu 2 hari lagi. Semoga bisa berlalu cepat untuk ketemu papa..

Dede juga belajar elusidasi struktur, kaya papa


Senin, 19 September 2011

Flu, Demam, dan Bintik Merah Bayi Hilmi

Jumat 9 September Dede Hilmi masih main seperti biasa, tidur siang seperti biasa, dan bangun dengan badan yang hangat, saya pikir biasa juga. Kemarin-kemarin badan Dede memang sering hangat kalau bangun tidur dan akan kembali normal dengan sendirinya. Maka Dede mandi.

Menjelang magrib badan Dede malah panas, walaupun Dede tetep main. Karena Dede memang aktif sekali. Namun sampai malam, tengah malam, Dede masih juga demam. Kasian, tidurnya ga nyenyak, marurung, sesekali batuk dan hidungnya mampet. Saya pun berikan parasetamol. Lumayan panasnya sedikit berkurang.

Keesokan hari saya beli obat flu sirup di apotek. Meski Dede sudah tidak demam dan kembali aktif, saya minumkan saja obatnya.

Sabtu malam demam De Hilmi menjadi parah. Dede sama sekali ga bisa tidur, lemes banget, matanya, mukanya, merah semua. Jam 9 lewat Nene datengin dokter tetangga deket rumah yang ternyata udah tidur dan ga mau diganggu. Jadilah kami ke bidan. Ibu bidan ini ga punya obat turun panas, malah saya dimarahin "makanya kalau anak sakit harus cepet2 bawa ke dokter". Saya inget waktu Dede 5 bulan pernah demam dan flu, dikasi obat flu sirup langsung sembuh. Jadi saya pikir sekarang Dede juga bakal cepet sembuh. Ibu bidan itu bilang Dede ga apa-apa tapi besok harus dibawa ke dokter. Ya sudah, kami pulang.

Di rumah Dede tak kunjung tidur. Kami sudah mengompresnya, memijit pake bawang, meminumkan parasetamol lagi. Nene menggendongnya sambil bersolawat. Dede tetap marurung. Sesekali Dede minta nenen, berharap ngantuk. Tapi karena sakit akhirnya Dede cuma guling-guling. Beneran sedih liatnya.

Tengah malem Dede mau nenen, tapi malah berubah menjerit keras. Matanya ketakutan dan terus nangis. Saya dan Nene panik. Terlintas pikiran-pikiran mistis. Saya pun gendong Dede, peluk sekenceng-kencengnya. Dede malah makin menjerit-jerit. Saya nangis juga, bingung, takut. Saya takut Dede kejang walau demamnya sudah turun jauh dibanding sebelumnya. Rumah sakit juga jauh dan sekarang jam dua dini hari. Kami cuma bisa berdoa. Saya sangat berharap ada Papa.

Dede minum parasetamol lagi. 20 menit tangis Dede mereda. 10 menit kemudian tertidur masih digendong saya. Satu jam, lalu kebangun. Baru setelahnya Dede mau nenen dan tidur hingga pagi.

Bangun jam 7 Dede langsung dibawa ke dokter deket rumah. Sebenarnya saya kurang cocok dengan dokter ini, tetapi mudahmudahan Dede berbeda. Dede dikasi obat flu, antibiotik amoxilin, dan vitamin. Mainstream. Namun saya minumkan. Pagi siang dede mulai main kembali. Sempet skype-an sama Papa. Dede udah sembuh.

lagi skype, menunjukkan pada Papa, Dede udah sembuh

Ternyata sore Dede demam lagi. Saya panik, mengingat kejadian semalam dan membaca beberapa artikel tentang step/kejang. Walau gejalanya banyak berlainan dengan yang dialami Dede, tetap khawatir. Step pada bayi sangat berbahaya, bisa menyebabkan kerusakan syaraf, bisa gangguan mental, bahkan kematian. Betapa saya adalah ibu yang bodoh tidak bisa menjaga Dede dengan baik.

Sesuai anjuran kaka ipar yang perawat, Dede dikompres lagi, beli byebyef*v*r yang mahal tapi ga bisa nempel di kepala Dede. Demam Dede belum juga turun. Semalaman Dede ga bisa tidur, sementara laptop menyala memutar Al-Quran digital. Di kepala saya terbayang terus jeritan-jeritan Dede kemarin malam. Saya sungguh-sungguh paranoid.

Senin pagi Dede masih sedikit demam. Meskipun harus menempuh perjalanan dengan motor 20 menit, kami memutuskan pergi ke dokter anak. Waktu Dede 3 bulan, pernah sekali ke dokter itu dan dinyatakan sehat. Baru masuk ruangan dokternya, demam Dede langsung menghilang. Sang dokter cuma ketawa dan bilang Dede aktif sekali. Dede dikasi satu obat puyer. Bianyanya lumayan mahal, tapi sebandinglah. Auranya saja sudah mustajab menyembuhkan demam Dede seketika.

Malam Dede bobo nyenyak. Alhamdulillah.

Paginya saya kaget. Perut dan punggung Dede penuh bercak merah. Apa karena Dede ga mandi 4 hari? Atau obat baru itu bikin alergi? Atau jangan-jangan campak?

Saya tanya mbah Google. Banyak artikel menyatakan bintik-bintik merah itu gapapa selama bayi ga demam. Pagi besoknya muncul sedikit bintik-bintik di kaki, leher, dan muka Dede, tapi sorenya sudah hilang. Dua hari bintik-bintik di perut dan punggung Dede juga hilang, hanya sisa merah-merah di pipi, jadi tampak pake blush on.

Sekarang Dede udah sembuh, udah main dan aktif lagi ngelilingin rumah. Mudah-mudahan Dede sehat terus. Amin.

(update) Ternyata Dede sakit roseola. Berbeda dengan campak yang muncul bintik-bintik merah bersamaan dengan demam, pada roseola bintik-bintik merah baru muncul setelah demam reda. Keduanya, roseola dan campak, sama disertai demam sangat tinggi.