Rabu, 13 Februari 2013

Menyapih itu.. Putus Cinta!

Saya dan Dede masih sangat saling mencintai. Namun kini kami harus berpisah demi kebaikan masing-masing. Kami sama menangis bermalam-malam.


Saya menyapih Dede satu minggu setelah dua tahunnya. Saya tidak ingin ini menjadi perpisahan sehingga mengupayakan sebisa mungkin supaya Dede tidak merasa ditolak, weaning with love, mother led weaning. Menyapih diawali sounding sering sekali, bahwa saat dua tahun nanti, Dede sudah besar, sudah tidak boleh nenen lagi, sudah harus makan dan minum yang banyak. Menyapihnya bertahap, tidak menyusui ketika di luar rumah, kemudian mengurangi frekuensi menyusui di siang hari, terakhir tidak menyusui sebelum tidur malam, sama sekali.

Tidak mudah, tentu saja. Ibu mana yang tega tidak memenuhi permintaan putra kecilnya? Permintaan sederhana yang sebelumnya selalu adalah momen nyaman dan bahagia untuk kami berdua. Apalagi Dede sempat sakit, masih butuh bermanja, memeluk, dan menyusu pada mama. Dan sebenarnya saya bisa. Namun saya tidak memenuhinya. Jahat sekali saya!

Hanya karena saya sayang Dede, sangat sayang. Saya menyapih untuk pengenalan konsep aurat, untuk pembelajaran kemandirian, untuk tidak ada alasan lagi Dede harus makan dan minum dengan cukup. Saya ingin Dede tidak seterusnya menjadi anak kecil, tidak seterusnya merasa nyaman hanya dengan mama. Saya ingin Dede makan dan minum lahap atas kemauan sendiri, sebagaimana semestinya, supaya menjadi anak sehat, tinggi, tidak sekurus ini. Saya rela meski memulainya dengan sedih dan tangis berhari-hari, demi kebaikan Dede nanti.

 
Saya setuju dengan pendapat seorang teman. Menyapih itu keniscayaan, sesuatu yang harus dilakukan, mau atau tidak ibu dan anak harus siap. Di waktu-waktu berikutnya sudah menunggu tahap-tahap lain, ketika saatnya melepas anak bergaul, sekolah, memilih teman, dst. Boleh saja extended breastfeeding, tetapi masalahnya adalah sampai kapan? Salah satu faktor negatif anak terlalu lama menyusu ya ketergantungan. Sebenarnya anak pasti mengerti jika sudah waktunya berhenti menyusu. Justru anak perlu dibantu melepaskan ketergantungan itu, keluar dari zona aman. Ikatan kedekatan antara ibu dan anak, toh juga masih banyak alternatif lain, dipeluk, sekedar diusap-usap, waktu khusus jalan-jalan berdua, atau membaca bersama.

Saya juga menyapih karena mencintai Tuhan, dengan menjalankan anjuran-Nya. "Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma´ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS 2:233)

Akhir kata, terimakasih kepada Papa yang mendukung saya, menenangkan setiap drama penyapihan ini. Semoga Allah meridhoi kami, menjadikan kami keluarga bahagia selamanya. Terutama, semoga Dede selalu makan dan minum yang banyak, semakin banyak. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar