Tampilkan postingan dengan label kota di Perancis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kota di Perancis. Tampilkan semua postingan

Jumat, 24 Januari 2014

Paris 5: Montmartre

Terakhir, kesan terhadap Paris. Beginikah nasib kota yang teramat terkenal, yang membuka diri sebagai pusat wisata dunia? Di mata saya, Paris kehilangan kepribadian dan tidak lagi nyaman dihuni. Tata kota yang baik, taman yang nyaman, fasilitas publik memadai, belasan jalur metro, ternyata tidak cukup mempertahankan penduduk asli untuk tetap tinggal. Berganti imigran serta turis yang mungkin merasa tidak perlu bertanggung jawab merawat kota.

Paris 4: Ile de La Cite

Katanya Paris memesona di mana-mana. Untuk anti-mainstream tentu perlu mencari objek berbeda, menjelajahi jalan lain yang kurang pop. Namun pasti saya butuh waktu tambahan panjaaang sekali. Mengunjungi top list ini saja berasa remuk redam. Berbekal 20 tiket metro, bergelas-gelas kopi, dan semangat angkat besi *Dede berat bangeud*.

Paris 3: Louvre

Mungkin Paris adalah subjek wisata yang dipublikasi paling banyak, dijelaskan paling rinci, sehingga dikenal paling akrab oleh lebih banyak orang. Landmark-landmark kota, romantisme sepanjang sungai Seine, diskusi intelektual di kafe-kafe, klub malam, dan penduduk lokal jutek yang tak mau berbahasa Inggris. Oh apakah Paris demikian mainstream?

Kadang saya kira, tidak-terlalu-mencari-referensi-tentang-kota-tujuan-wisata itu akan lebih menyenangkan. Menyisihkan prasangka serta tidak akan berharap berlebihan -sehingga tidak mungkin kecewa-. Terpenting, saya senang sekali menemukan kejutan "waah ternyata ada ini di sini, bagus banget", dibanding "oh ini toh, sama dengan yang saya lihat di buku".

Paris 2: Champs-Elysees

Membaca Paris itu banyaak sekali. Berbekal Lonely Planet sejak jauh hari ternyata tidak cukup membuat saya sakti. Petunjuk tanpa gambar mempersulit pemahaman saya -dalam hal ini apakah buku Thomas Cook lebih bagus?-. Deskripsi netral pada setiap objek juga mempergalau(?), ke mana saya harus memilih. Beberapa bahkan tidak relevan, atau karena buku saya kadaluarsa ya. Misalnya disebutkan banyak tentang Parisian, sedangkan kami nyaris tidak menemukannya.

Jika membacanya demikian rumit, menuliskan Paris lebih rumit lagi. Kelompok draft ini pun menjadi rekor paling lama tidak terselesaikan. Lebih dari sebulan sejak kami ke Paris Desember tahun lalu.

Lebih malas, biarkan foto-foto menceritakannya...

Paris 1: Eiffel

Katanya Paris itu ikonik Eropa, belum lengkap punya visa Eropa kalau belum pernah menginjak Paris. Katanya Paris itu kota paling indah sedunia. Katanya Paris paling banyak dikunjungi, paling diidam-idamkan seluruh penduduk bumi.

Akhirnya kami berkesempatan (baca: memaksakan kehendak) berlibur ke Paris. Saya senang senang senaang sekali. Mari kita buktikan mitos-mitos Paris di atas.