Sabtu, 25 Januari 2014

Tiga Tahun

Mengingat satu hari, tiga tahun lalu.

Saya tidak merasa mencintainya.
Melihatnya datang mempertaruhkan takdir-usia saya,
kesakitan tak terkira.

Saya tidak merasa mencintainya.
Ketika ia ternyata lahir sebelum sempurna.
Banyak selang meliliti tubuhnya, menyangga hidupnya.
Ia amat kecil. Menangis.

Saya merabanya.
Seolah tiba-tiba saja.
Cinta membuncah, menangisinya.

Ya, saya mencintainya,
Sangat mencintainya.

Hari ini, tiga tahun.

Ia tumbuh sehat, aktif, dan berisik.
Alhamdulillah Tuhan masih mempercayakannya tinggal di rumah ini.
Kami saling belajar.
Kami saling berbahagia.

Kami memanggilnya Hilmi,
mendoakannya sabar, tenang, dan bijak.
Semoga Allah selalu menjaganya,
Semoga Allah juga memberikan kekuatan kepada kami
untuk menuntunnya menjadi anak shaleh.

Ya, saya mencintainya,
sangat mencintainya.


Jumat, 24 Januari 2014

Paris 5: Montmartre

Terakhir, kesan terhadap Paris. Beginikah nasib kota yang teramat terkenal, yang membuka diri sebagai pusat wisata dunia? Di mata saya, Paris kehilangan kepribadian dan tidak lagi nyaman dihuni. Tata kota yang baik, taman yang nyaman, fasilitas publik memadai, belasan jalur metro, ternyata tidak cukup mempertahankan penduduk asli untuk tetap tinggal. Berganti imigran serta turis yang mungkin merasa tidak perlu bertanggung jawab merawat kota.

Paris 4: Ile de La Cite

Katanya Paris memesona di mana-mana. Untuk anti-mainstream tentu perlu mencari objek berbeda, menjelajahi jalan lain yang kurang pop. Namun pasti saya butuh waktu tambahan panjaaang sekali. Mengunjungi top list ini saja berasa remuk redam. Berbekal 20 tiket metro, bergelas-gelas kopi, dan semangat angkat besi *Dede berat bangeud*.

Paris 3: Louvre

Mungkin Paris adalah subjek wisata yang dipublikasi paling banyak, dijelaskan paling rinci, sehingga dikenal paling akrab oleh lebih banyak orang. Landmark-landmark kota, romantisme sepanjang sungai Seine, diskusi intelektual di kafe-kafe, klub malam, dan penduduk lokal jutek yang tak mau berbahasa Inggris. Oh apakah Paris demikian mainstream?

Kadang saya kira, tidak-terlalu-mencari-referensi-tentang-kota-tujuan-wisata itu akan lebih menyenangkan. Menyisihkan prasangka serta tidak akan berharap berlebihan -sehingga tidak mungkin kecewa-. Terpenting, saya senang sekali menemukan kejutan "waah ternyata ada ini di sini, bagus banget", dibanding "oh ini toh, sama dengan yang saya lihat di buku".

Paris 2: Champs-Elysees

Membaca Paris itu banyaak sekali. Berbekal Lonely Planet sejak jauh hari ternyata tidak cukup membuat saya sakti. Petunjuk tanpa gambar mempersulit pemahaman saya -dalam hal ini apakah buku Thomas Cook lebih bagus?-. Deskripsi netral pada setiap objek juga mempergalau(?), ke mana saya harus memilih. Beberapa bahkan tidak relevan, atau karena buku saya kadaluarsa ya. Misalnya disebutkan banyak tentang Parisian, sedangkan kami nyaris tidak menemukannya.

Jika membacanya demikian rumit, menuliskan Paris lebih rumit lagi. Kelompok draft ini pun menjadi rekor paling lama tidak terselesaikan. Lebih dari sebulan sejak kami ke Paris Desember tahun lalu.

Lebih malas, biarkan foto-foto menceritakannya...

Paris 1: Eiffel

Katanya Paris itu ikonik Eropa, belum lengkap punya visa Eropa kalau belum pernah menginjak Paris. Katanya Paris itu kota paling indah sedunia. Katanya Paris paling banyak dikunjungi, paling diidam-idamkan seluruh penduduk bumi.

Akhirnya kami berkesempatan (baca: memaksakan kehendak) berlibur ke Paris. Saya senang senang senaang sekali. Mari kita buktikan mitos-mitos Paris di atas.

Kamis, 23 Januari 2014

Pertama Tiba di Warsaw

Panduan ini disusun untuk memudahkan teman-teman, terutama mahasiswa muda, yang baru pertama kali datang tak dijemput pulang tak diantar ke Warsaw. Semoga membantu.

Selasa, 07 Januari 2014

Wroclaw #2

Kami ke Wroclaw di hari terakhir pasar natal di kota tua, berpusat di alun-alun utama (rynek). Rame! Hilmi berulang-ulang minta naik komidi putar, sampai saya pusing. Kami juga banyak jajan makanan khas Polandia. Dan ada macam-macam jualan barang-barang menarik.

Wroclaw #1

Wrocław terletak di dataran rendah Silesia di sungai Oder, kota terbesar keempat di Polandia, ibukota provinsi Dolnośląskie. Telah menjadi bagian Kerajaan Polandia, Bohemia, Kekaisaran Austria, Prusia, dan Jerman. Dipilih sebagai ibukota kebudayaan Eropa 2016 .

Senin, 06 Januari 2014

Transportasi Antarkota Antarprovinsi Polandia

Untuk sebuah negara di Eropa, Polandia adalah luas, namun terjangkau. Setiap kota setiap provinsi terhubung dengan baik, melalui jalur darat maupun udara. Ada jalur laut juga siy, tapi sangat terbatas di utara.