Jumat, 27 November 2015

Terapi TB

Hilmi sudah didiagnosis TB.

Obat anti TB (OAT) untuk anak adalah kombinasi Isoniasid (INH), Rifampisin, dan Pirazinamid. Ketiga obat tersebut diberikan selama dua bulan pertama. Lalu empat bulan selanjutnya, yaitu mulai bulan ketiga sampai keenam, hanya diberikan kombinasi INH dan Rifampisin. OAT harus diminum setiap hari. Tidak boleh absen karena bakterinya bisa resisten, pengobatan harus diulang dari awal dan menjadi lebih berat.

OAT ini menimbulkan efek samping, terutama bersifat racun bagi hati, apalagi harus dikonsumsi jangka panjang. Maka, selama pengobatan, diberikan juga suplemen vitamin B6 (piridoxin), atau multivitamin yang lebih lengkap. 

Hilmi harus minum tablet OAT berwarna merah jingga, besar, seukuran tablet parasetamol untuk dewasa. Satu hari sekali, TIGA TABLET. Satu jam sebelum makan. Tetapi karena Hilmi mengeluh lemas dan sakit perut, OATnya diminum dua jam sesudah makan, dan tidak makan dulu sampai satu jam kemudian. Tabletnya boleh dikunyah di mulut atau dicairkan di air minum, tidak boleh digerus. Rasanya manis, tapi kata Hilmi, ga enak banget banget pisan! Harganya lumayan mahal, idr 33k per 10 tablet. Vitaminnya diresepkan Elkana CL, atau Curliv sebagai suplemen hati.

Sebelumnya, Hilmi suka minum obat, meski jarang sakit. Kadang Hilmi pura-pura sakit kepala demi dibolehkan minum panadol. Ketika pertama kali dibekali OAT dan vitamin dari Ibu DSA, Hilmi pun senang. Berlari-lari memeluk botol kaca vitaminnya. Kemudian jatuh. Pecah. Bau sirup vitamin dan minyak ikan menyeruak serumahan, berhari-hari.

Hilmi masih suka mengunyah tablet OATnya. Hari pertama. Hari kedua. Hari ketiga... Lalu rutinitas itu menjadi demikian penuh drama, membuat depresi, melelahkan, memuakkan. Butuh banyaaakk sabar, dan bantuan seluruh keluarga.

Belum satu bulan, Hilmi mengeluh sakit perut, muntah-muntah. Pengobatan dihentikan menghindari kemungkinan efek samping terhadap hati. Hilmi periksa lab dulu, SGOT/SGPT. Tes mantoux sebelumnya membuat Hilmi trauma, menjerit-jerit menghadapi jarum suntik. Hasil labnya normal. Pengobatan dilanjutkan. Kemungkinan Hilmi terkena common cold saja.

Berlanjut drama-drama saat minum obat, alhamdulillah berhasil melewati dua bulan. Selanjutnya lebih mudah karena tablet OATnya berganti lebih kecil. Hilmi bisa langsung menelannya bareng teh manis.


Yah, semoga lancar terapinya sampai enam bulan nanti. Hilmi sehat dan tumbuh baik. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar