Selasa, 21 Mei 2013

Toilet Training #1

Dua tahun 3 bulan 15 hari. Secara teoritis, Dede sudah siap. Seharusnya otot-ototnya mulai dapat mengontrol kandung kemih pada usia 18 bulan. Tanda-tanda kesiapan lain yaitu mampu duduk tegak, popok bisa kering dalam 2-3 jam, memahami intruksi sederhana dan mengatakan keinginannya. Yang terakhir Dede belum sempurna lulus. Tak apalah. Mumpung musim dingin -yang bahkan di rumah butuh pakaian berlapis-lapis- telah berlalu.



Tahap pertama toilet training adalah membiasakan kegiatan kamar mandi. Jauh hari Dede sudah diperkenalkan, diajak, dan dijelaskan secara sederhana bagaimana pipis dan pup di toilet.

Gadget yang saya siapkan hanya dudukan toilet anak, celana banyaaak sekali, detergen, pewangi pakaian, dan beberapa kain lap. Persiapan paling penting tentu saja kesabaran-tak-terbatas. Saya harus nyuci pesing yang tidak bisa dilakukan mesin cuci. Saya harus selalu siap ngepel, menemukan pup dan pee di tempat-tempat tak terkira. Saya juga menemani Dede nongkrong di toilet sambil samasama nangis. Oia Dede tidak pakai training pants karena mahal. Dede pakai celana dalam saja, sekalian menunjukkan pada Dede bahwa ia sudah jadi anak besar.

Untuk memudahkan, saya perlu mengamati jadwal siklus pipis dan pup. Dede pipis sekitar 2 jam sekali dan pup sekali sehari. Dengan ini saya bisa mengajak Dede ke toilet di waktu yang tepat.

Menjadi ibu harus kreatif, termasuk membuat kegiatan toilet training seseru mungkin. Misalnya menggunakan desinfektan berwarna supaya air flush menjadi biru atau pink, atau memasang hadiah kecil seperti stiker unyu-unyu jika Dede berhasil pipis atau pup di toilet. Karena kurang niat, saya tidak melalukan keduanya, hehe. Kreativitas lain misalnya menempatkan mainan favorit sebagai teman menunggu pup. Cara apapun wajib ditempuh demi Dede bersemangat ke toilet.

Jika Dede berhasil pipis atau pup dengan benar, jangan lupa untuk selalu memujinya. Jadikan keberhasilan toilet training sebagai hal terbaik yang penting dirayakan. Kalau masih terjadi kecelakaan, cukup katakan Mama tidak suka. Hindari memarahi dan menghukum karena akan membuat anak takut, trauma, malah lebih sering tidak mau mengatakan bahwa ia ingin pipis atau pup. *talk to my self*

Selain kesabaran-tak-terbatas, banyak berdoa, penting juga konsisten. Di tengah prosesnya, saya sesekali putus asa, ingin berhenti saja. Namun, sekarang atau nanti pun saya dan Dede terpaksa harus melakukannya. Kalau ditunda lagi, berarti kami harus mengulangnya DARI AWAL. Maka luruskan niat kembali, Dede sangat butuh dibimbing, di rumah maupun di luar, dengan dukungan orang-orang sekitar yang menyayanginya.

Terakhir, toilet training tidak akan mengalami kemajuan tanpa bantuan Papa. Saat saya sedih, menahan marah -sampai tekanan darah mencapai rekor tertinggi seumur hidup saya-, Papa menenangkan. Saat saya hampir menyerah dan Dede terus menangis di toilet, Papa menggantikan. Terima kasih.

1 komentar: