Satu hal yang paling tidak menyenangkan di Italia itu mahal, sangat mahal.
Di Bologna, toko baju dan sepatu berderet-deret. Mengusik jiwa feminim saya buat beli semuanya, bagus-bagus. Namun mengetahui harga yang ratusan euro, saya cuma menatap sedih jendela etalasenya. Orang Italia gajinya berapa siy, masih bertahan hidup setelah transaksi di kassa sini.
Membandingkan dengan Poland, dengan nilai tukar 1 eur = 4, 2 zl, Italia lebih mahal lebih dari empat kali lipat dibanding Poland. Di Bologna bawang dijual 3 eur per kilo, sedangkan di Warsaw terakhir saya beli hanya 0.99 zl per kilo. Di Bologna satu bulat selada dijual 3 eur, sedangkan di Warsaw hanya 3 zl. Di Bologna roti tawar harganya lebih dari 1 eur, sekali saya beli roti 0.99 eur keras dan ga enak banget, sedangkan di Warsaw roti tawar cuma 2 zl dan roti 0.17 zl pun masih lumayan enak. Harga Bologna tersebut adalah harga di supermarket yang akan naik dua kali lipat kalau beli di toko.
Apalagi harga makanan jadi, bikin kami males makan, males bayar sebenernya. Padahal Bologna begitu terkenal dengan kulinernya, kebanyakan adalah pasta dengan isian daging babi. Karena pengen mencicipi, bukan pasta babi, kami beli es krim di gelateria Gianni yang katanya paling enak. Satu cone kecil harganya 2,5 eur. Rasanya beneran enak. Dede juga suka. Namun beberapa waktu kemudian, kami sekeluarga diare. Haduh, mungkin kami cocoknya makan es lilin saja.
Padahal di kereta saya merasa sedang di padalarang, sawah melulu. Dari pesawat juga saya lihat perkebunan di Bologna dan sekitarnya luaaas sekali. Bologna adalah penghasil gandum, sayur, buah, dan wine terbaik di Italia. Bukankah Italia pun dekat laut? Tapi kenapa harga ikan, daging, pasta, dan semua hasil pertanian itu sebegitu mahalnya? Lebih mahal dibandingkan di Poland yang buah-buahannya justru diimpor dari Italia. Apa iya karena penggunaan mata uang euro? Karena setau saya Poland belum pake euro karena takut harga-harga jadi mahal.
Kalau tentang ekonomi, saya ga ngerti ah, apalagi perekonomian internasional gini.
Saya kembali jadi ibu rumah tangga saja, yang sesuai dasa darma pramuka; hemat cermat dan bersahaja. Saya merasa beruntung tinggal di eropa di negara yang tidak semahal Italia. Harga-harga di Poland jauh lebih ramah dibanding Italia, untuk beberapa hal malah lebih murah dibanding Indonesia. Meskipun kadang membuat saya khilaf belanja segala macam. Semoga saya tetap bisa menjadi alumni pramuka yang istiqomah :p
Di Bologna, toko baju dan sepatu berderet-deret. Mengusik jiwa feminim saya buat beli semuanya, bagus-bagus. Namun mengetahui harga yang ratusan euro, saya cuma menatap sedih jendela etalasenya. Orang Italia gajinya berapa siy, masih bertahan hidup setelah transaksi di kassa sini.
Membandingkan dengan Poland, dengan nilai tukar 1 eur = 4, 2 zl, Italia lebih mahal lebih dari empat kali lipat dibanding Poland. Di Bologna bawang dijual 3 eur per kilo, sedangkan di Warsaw terakhir saya beli hanya 0.99 zl per kilo. Di Bologna satu bulat selada dijual 3 eur, sedangkan di Warsaw hanya 3 zl. Di Bologna roti tawar harganya lebih dari 1 eur, sekali saya beli roti 0.99 eur keras dan ga enak banget, sedangkan di Warsaw roti tawar cuma 2 zl dan roti 0.17 zl pun masih lumayan enak. Harga Bologna tersebut adalah harga di supermarket yang akan naik dua kali lipat kalau beli di toko.
roti 0,99 eur yang keras, ga enak. tapi hampir semua resto dan tempat makan menyajikannya |
Apalagi harga makanan jadi, bikin kami males makan, males bayar sebenernya. Padahal Bologna begitu terkenal dengan kulinernya, kebanyakan adalah pasta dengan isian daging babi. Karena pengen mencicipi, bukan pasta babi, kami beli es krim di gelateria Gianni yang katanya paling enak. Satu cone kecil harganya 2,5 eur. Rasanya beneran enak. Dede juga suka. Namun beberapa waktu kemudian, kami sekeluarga diare. Haduh, mungkin kami cocoknya makan es lilin saja.
sulit memilih rasa es krim di gelateria Gianni, semua tampak enak |
Padahal di kereta saya merasa sedang di padalarang, sawah melulu. Dari pesawat juga saya lihat perkebunan di Bologna dan sekitarnya luaaas sekali. Bologna adalah penghasil gandum, sayur, buah, dan wine terbaik di Italia. Bukankah Italia pun dekat laut? Tapi kenapa harga ikan, daging, pasta, dan semua hasil pertanian itu sebegitu mahalnya? Lebih mahal dibandingkan di Poland yang buah-buahannya justru diimpor dari Italia. Apa iya karena penggunaan mata uang euro? Karena setau saya Poland belum pake euro karena takut harga-harga jadi mahal.
Kalau tentang ekonomi, saya ga ngerti ah, apalagi perekonomian internasional gini.
Saya kembali jadi ibu rumah tangga saja, yang sesuai dasa darma pramuka; hemat cermat dan bersahaja. Saya merasa beruntung tinggal di eropa di negara yang tidak semahal Italia. Harga-harga di Poland jauh lebih ramah dibanding Italia, untuk beberapa hal malah lebih murah dibanding Indonesia. Meskipun kadang membuat saya khilaf belanja segala macam. Semoga saya tetap bisa menjadi alumni pramuka yang istiqomah :p
Tidak ada komentar:
Posting Komentar