Mendadak hari-hari kami warna warni. Bagian mana yang hendak mulai ditulis, saya gamang *lebay*. Segamang tujuan hidup saya sekarang *lebay banget*.
Mendadak PapaMi berangkat ke Korea 18 Januari. Kami berpisah, hanya sekitar dua bulan. InsyaAllah saya dan Hilmi akan menyusul. Jadi, tidak perlu sedih. Tetapi menyaksikan Hilmi menangis jerit-jerit mau ikut Papa, memeluk Papa kuat dan susaaah sekali melepaskan tangannya, siapa tidak meleleh? Sekeluarga besar kami akhirnya menangis juga. Hilmi terus meronta, teriak, mencoba masuk gate mengejar papa. Banyak orang menonton dengan prihatin.
Hilmi baru mau dibujuk pulang dengan alasan kita cari tiket dulu untuk ke Korea. Demikianlah. Lalu saya dan Hilmi berdua di rumah. Apa saya masih harus masak nasi, buat siapa? Bahkan beres-beres pun rasanya tidak usah. Tanpa Papa ternyata rumah lebih rapi *kalimat ini tendensius, hehehe*. Maka, inilah kegamangan saya. Menjalani keseharian tanpa tujuan. Saya di sini harus mengerjakan apa, buat siapa?
Saya kehilangan saat bahagia menonton papa makan banyak sepulang kerja. Saya kehilangan mood menyetrika karena tidak ada kemeja-kemeja Papa. Kami kehilangan teman jalan-jalan ke Borma. Hilmi kehilangan partner main sebelum tidur. Ternyata kebersamaan selama ini, bertiga-setiap-hari, adalah kebaikan Tuhan yang seharusnya selalu saya syukuri.
Mama dan Hilmi kangen papa sekalii!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar