Senin, 11 April 2016

Diskriminasi? di Polandia.

Saya pernah tinggal di Polandia. Saya pernah naik bus dan menemukan stiker besar "No Islam in Europe!". Saya pernah naik tram dan segerombolan orang berteriak-teriak mengacungkan jari tengah ke arah saya. Saya pernah ketika belanja di mall, terus diawasi banyak penjaganya, seolah maling. Saya dan PapaMi pernah di pasar, diteriaki dan disuruh pergi. Saya pernah sedang jalan dan tiba-tiba seseorang memarah-marahi saya. 

Saya marah, takut, sedih, paranoid untuk keluar rumah. Apalagi membaca berita: protes besar menolak pendirian mesjid di Warsaw, pelemparan kepala babi dan penyerangan ke mesjid di berbagai kota, pelarangan menyembelih hewan (termasuk saat qurban), dan headline-headline tendensius yang menyakitkan sekali membacanya. Oh, rasanya saya ingin bilang, orang Katolik itu jahat semua, orang Kaukasusian itu rasis! Saya ingin menulis penuh benci, serapah, dan maki-maki. Kelak akan banyak teman saya bersimpati, menghimpun solidaritas untuk memusuhi... Namun, begitukah akhlak teladan Nabi? Apakah Tuhan mengajarkan dendam?

Kejadian-kejadian mengerikan memang masih tak terlupakan. Tetapi saya ingat ada lebih banyaaak kejadian lain yang menyenangkan, yang membuat saya selalu kangen Polandia. Lebih banyaak orang Polandia yang baik. Orang-orang yang menyapa Hilmi, ngasi permen. Orang-orang yang tanpa diminta memberikan tempat duduk di kendaraan umum untuk saya dan Hilmi. Orang-orang yang sigap mengembalikan kalau saya rempong malah menjatuhkan barang. Orang-orang yang menawarkan bantuan membawakan tas belanjaan saya. Teman yang setiap natal mengundang kami makan malam. Teman-teman yang bisa berdiskusi santai tentang politik, agama, perbedaan kita.


Jadi, adakah diskriminasi di Polandia? Saya yakin di bagian bumi manapun, termasuk di Polandia, pasti ada segelintir orang "gila". Entah mereka iri, kurang pendidikan, terprovokasi, atau sekedar hobi saja menjadi hater. Apalagi isu agama sangat laku dijual untuk komoditas politik, menaikkan jumlah pemilih. Atas nama agama pula, polemik dan kebencian terus tayang di media, sejatinya hanya demi uang. 

"Anjing menggonggong kafilah berlalu". Memohon saja kepada Allah perlindungan, memohon dikuatkan untuk tetap bertahan. Buktikan bahwa Islam itu damai, ajaran mulia. Buktikan bahwa muslim bukan pembenci, bukan pendendam, tetapi lebih terhormat; memaafkan. Kami tidak akan menyambung lagi siklus kebencian, tak berkesudahan. Kami akan memutusnya dengan akhlak kebaikan. 

Semoga Allah selalu menjaga kami, umat muslim di seluruh bumi.

2 komentar: