Rabu, 08 Agustus 2012

Resep Dokter: Kol

Ternyata tarawih tengah malam itu amat sulit, puasa terpaksa bolong (lagi) karena sakit, dan tilawah lebih mungkin tidak khatam. Apa keimanan saya di sini tidak lulus ujian? Setelah berjilbab saja saya ingin-menghilang karena selalu menjadi tontonan, makanan halal yang mahal dan sulit -oh saya bosan luar biasa pada makarel asap-, sekarang ramadhan saat summer. Ya Allah kuatkanlah saya, dan papa.

Beribadah di Ramadhan ini, ya, saya tertinggal. Namun sedikit senang ketika membaca dan diingatkan bahwa beribadah itu bukan hanya habluminallah, harus juga habluminannas. Maka, menyiapkan makan, menemani dede bermain dan belajarnya pun ibadah. Alhamdulillah. Mengharap ridho Allah semoga semua niat baik menjadi ibadah yang pahalanya juga dilipatgandakan di bulan suci ini.

Oia kenapa saya tidak puasa.

Karena saya sakit. Seminggu. Mastitis. Radang pada payudara; timbul benjolan keras, bengkak, panas, merah, sakiiit banget. Menyusui menjadi lebih sensitif, serba salah. Badan linu-linu. Kepala pusing, berat, seolah ditusuk dari berbagai arah. Demam mencapai 39,4 deg. Ini mastitis kedua, yang pertama waktu Dede baru lahir. Saya kira, kalau anak sudah besar tidak mungkin mastitis lagi. Ternyata karena kurang istirahat dan Dede yang tidak nenen semalaman, menabung asi begitu banyak, mengendap, menyumbat, sehingga demam begini.

Seharian demam kambuh-kambuhan, papa menelepon klinik satu persatu. Hari itu Sabtu, ga ada yang buka. Di Eropa segala produk jasa tampak ga niat, hanya melayani pada hari dan jam kerja. Berbeda dengan di Indonesia yang semua toko, klinik, supermarket, warung nasi, hingga tukang fotocopy buka 7 hari seminggu 24 jam sehari. Maka di sini kami tidak bisa ke ginekolog, hanya ada dokter umum emergency. Kami juga harus ke klinik swasta, karena kebanyakan di rumah sakit pemerintah sulit berbahasa inggris. Klinik swasta artinya tidak dibayar asuransi. Kami harus membayar sendiri, rata-rata 150 zl atau sekitar Rp 450 ribu per kunjungan.

Setelah begitu panik, terutama papa, khawatir mastitis yang infeksi dan setelah tentu saja membayar kolsultasi ini mahal, saya berharap akan dapat resep antibiotik atau obat apa yang sakti, selain pijat breast care kalau boleh. Ternyata dokter hanya memberi resep sederhana: KOL. Iya kol, sayuran berwarna putih hijau berasa hambar itu. Iya kol, bukan mentimun.

Maka sepulang dari rumah sakit, kami langsung membeli kol besaaar sekali. Satu lembaran kol itu dibungkuskan di payudara yang sakit sepanjang hari. Lembaran kol diganti kalau sudah layu atau menghangat. Sampai H+3 kulkas mini kami masih penuh kol.



2 komentar:

  1. silent as cucumber, untung dokternya ga ngeuh kalo kol ga bisa buat mata :p

    BalasHapus
  2. bisa bikin bala-bala buat sebulan niy kita

    BalasHapus