Rabu, 05 September 2012

The Netherland #1, Groningen

Jika libur lebaran di Warsaw saja, sudah dipastikan sedihnya, mengingat kangen berkumpul keluarga di Indonesia. Maka kami berlibur, melengkapi papa yang sedang cuti. Terpilihlah Belanda. Teman kami cukup banyak di sana, silaturahmi, dan menghilangkan anggaran hotel. Alasan lain yang penting, tempe. Papa seolah ngidam.

Kami menumpang di flat nyaman bersama pasutri bahagia yang baiik sekalii, Eryth dan Ka Iqbal. Kedatangan kami bahkan disambut dengan upacara makan besar dan enak. Kami disiapkan timetable jalan-jalan keliling Belanda, lengkap dengan tourguide dan bekal makan siang. Terharu..

Kami di Groningen. Kota besar di Belanda utara yang nyatanya -saya kira- tidak luas. Seperti banyak kota di Belanda yang daratannya lebih rendah dari permukaan laut, Groningen memiliki kanal. Di lingkaran dalam kanal terdapat bangunan-bangunan tua bersejarah. Awalnya bangunan dan rumah kota tua tersebut terbuka untuk umum, tetapi kemudian dengan alasan privasi penduduk, kini tur di sana dibuat terbatas. Lebih direkomendasikan sekedar mengelilingi kanal dengan perahu.

Kecuali di centrum, Groningen tidak terlalu sibuk, tidak banyak kendaraan, tidak banyak turis. Adanya Universitas Groningen menjadikannya kota pelajar. Harga-harga sedikit murah dibanding kota lain di Belanda. Nyaman. Kalau saja iklimnya tidak kelam. Memang keseluruhan Belanda selalu tertutup awan. Konon saking langkanya matahari, sampai-sampai semua pekerjaan boleh libur jika hari cerah. Padahal di Warsaw saya mengeluh sepanjang musim panas ini karena kulit gosong.

Kami ke pusat perbelanjaan, ke Paddepoel dan ke pusat kota: Grote Markt yang bangunannya khas, menara Martini, dan Herestraat, area khusus pejalan kaki untuk belanja. Berbeda dengan Indonesia yang mall di kota kecil pun mewah dan segala ada, pusat perbelanjaan di Groningen lebih sederhana, di kota kecil sekitarnya jauh lebih sederhana lagi. Oia, di alun-alun Groningen sedang ada pasar malam, Dede suka, mengingatkan Potato City di Peppa Pig yang ditontonnya entah berapa ratus kali.

menara Martini
Herestraat

Belanda itu untuk sepeda, termasuk Groningen. Jalan tidak terlalu lebar, kendaraan seukuran bis membuat mobil di arah berlawanan harus menyingkir dulu ke trotoar. Parkir mobil sulit dan mahal. Transportasi umum pun sedikit, apalagi saat summer vacation begini, menunggu bis di satu halte bisa lebih dari 30 menit. Belum harga tiket yang mahal. Di Groningen masih 1,5 Eur sejam, di Eindhoven 3 Eur sekali jalan.


di pusat kota pun bebas macet

Sesuai tujuan kami semula, kami ke toko oriental. Bukan toko ternyata, melainkan supermarket besar. Membandingkan dengan toko asia di Warsaw: kecil, sebagian besar jualannya produk Belanda dan Thailand, rasa dan selera tentu tidak sesuai harapan, serta harga berkali-kali lipat dibanding bahan makanan di supermarket lokal. Berbeda. Masuk ke supermarket oriental di Groningen sini senang sekali. Menemukan kemasan dengan tulisan bahasa Indonesia, makanan-makanan Indonesia, dan sekalipun dengan standar harga Euro semuanya relatif lebih masuk akal.

hasil belanja dari toko oriental

Hari selanjutnya Minggu. Karena semua toko tutup, kami berencana melihat windmill, kincir angin, di luar Groningen. Perjalanan dengan bis, dilanjutkan berjalan kaki jauuuh, melewati danau, pepohonan, dan sedikit tersesat. Dede yang paling bahagia, menjelajah tempat baru, lari-lari. Sampai di kincir angin kami makan siang. Pantas saja di Belanda banyak kincir, anginnya kencang dan tidak berhenti. Kotak makan terbang, banyak orang berperahu layar, dan Eryth masuk angin. Selesai makan. Karena menurut ramalan cuaca akan hujan, kami pulang. Kali ini melalui track berbeda, ke Haren. Hujan-hujanan mencari halte, ditambah lelah berjalan berjam-jam, ternyata Minggu bisnya libur. Tidaak! Apa harus jalan sampai Groningen? Mana di sini susah mencari toilet. Hua... Kami berjalan kaki lagi ke pusat kota Haren, menunggu. Alhamdulillah ada bis ke Groningen.

Hilmi suka jalan-jalan
akhirnya sampai di kincir
bersama Eryth dan Ka Iqbal


3 komentar:

  1. saya tertarik sekali dengan cerita2 dan foto2 postingan mbak iis. mau tanya mbak iis disna kuliah apa kerja ?

    BalasHapus
  2. halo mbak iis, saya amirah. salam kenal :)
    saya excited sekali membaca cerita dan postingan foto2 mbak Iis di belanda, mbak iis kuliah apa bekerja di sana ? jujur, saya ingin mencari beasiswa untuk belajar di sana. terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Amirah, dan Zahwa jg, sy tidak kuliah atau kerja di Belanda, waktu itu hanya mengunjungi teman.
      beasiswa di Belanda setau saya banyak sekali, coba searching Erasmus Mundus, Euraxess, atau beasiswa dikti dan depkeu. bidang studi Amirah apa?

      Hapus