Sabtu, 15 Februari 2014

Kue dan Puding dari Polandia

Membahas makanan khas Polandia, berikut adalah menu dessert. Ah, saya jadi lapar. Mari mengkhayal saja. Selamat makan, smacznego.

Senin, 10 Februari 2014

Permen dan Coklat dari Polandia

Ngomongin coklat di bulan Februari, bukan berarti merayakan valentine. Mau bulan apa juga, orang Polandia memang sangat suka dan bangga terhadap produk permen dan coklat mereka. Ke manapun pergi harus bekal ini di tas. Termasuk nenek-kakek yang ketemu Dede, baik sekali menawarkan permen dan coklat. Moreover, the biggest section of any grocery store in Poland is the candy section. Sebagian besar adalah produk perusahaan coklat terbesar di Polandia: E Wedel, Wawel, dan Milka.

Kamis, 06 Februari 2014

Hidangan Biji Poppy

Poppy merupakan tanaman berbunga cantik beraneka warna sehingga diminati sebagai tanaman hias. Poppy merah merupakan simbol kematian atau tidur panjang, digunakan untuk menghormati korban perang. Dari kelopak bunga poppy dapat diekstrak opium yang memiliki efek analgesik dan narkotik, terutama untuk morfin dan kodein. Karenanya poppy dilarang di sejumlah negara seperti Singapura dan Saudi Arabia.

Namun, biji poppy aman dari efek narkotik -meskipun setelah memakannya bisa memberi hasil positif pada uji narkoba-. Biji ini kaya minyak, karbohidrat, lemak, dan protein, banyak dikonsumsi di Eropa untuk isian maupun taburan beragam pastry dan minyak bijinya untuk salad.

Sabtu, 25 Januari 2014

Tiga Tahun

Mengingat satu hari, tiga tahun lalu.

Saya tidak merasa mencintainya.
Melihatnya datang mempertaruhkan takdir-usia saya,
kesakitan tak terkira.

Saya tidak merasa mencintainya.
Ketika ia ternyata lahir sebelum sempurna.
Banyak selang meliliti tubuhnya, menyangga hidupnya.
Ia amat kecil. Menangis.

Saya merabanya.
Seolah tiba-tiba saja.
Cinta membuncah, menangisinya.

Ya, saya mencintainya,
Sangat mencintainya.

Hari ini, tiga tahun.

Ia tumbuh sehat, aktif, dan berisik.
Alhamdulillah Tuhan masih mempercayakannya tinggal di rumah ini.
Kami saling belajar.
Kami saling berbahagia.

Kami memanggilnya Hilmi,
mendoakannya sabar, tenang, dan bijak.
Semoga Allah selalu menjaganya,
Semoga Allah juga memberikan kekuatan kepada kami
untuk menuntunnya menjadi anak shaleh.

Ya, saya mencintainya,
sangat mencintainya.


Jumat, 24 Januari 2014

Paris 5: Montmartre

Terakhir, kesan terhadap Paris. Beginikah nasib kota yang teramat terkenal, yang membuka diri sebagai pusat wisata dunia? Di mata saya, Paris kehilangan kepribadian dan tidak lagi nyaman dihuni. Tata kota yang baik, taman yang nyaman, fasilitas publik memadai, belasan jalur metro, ternyata tidak cukup mempertahankan penduduk asli untuk tetap tinggal. Berganti imigran serta turis yang mungkin merasa tidak perlu bertanggung jawab merawat kota.

Paris 4: Ile de La Cite

Katanya Paris memesona di mana-mana. Untuk anti-mainstream tentu perlu mencari objek berbeda, menjelajahi jalan lain yang kurang pop. Namun pasti saya butuh waktu tambahan panjaaang sekali. Mengunjungi top list ini saja berasa remuk redam. Berbekal 20 tiket metro, bergelas-gelas kopi, dan semangat angkat besi *Dede berat bangeud*.

Paris 3: Louvre

Mungkin Paris adalah subjek wisata yang dipublikasi paling banyak, dijelaskan paling rinci, sehingga dikenal paling akrab oleh lebih banyak orang. Landmark-landmark kota, romantisme sepanjang sungai Seine, diskusi intelektual di kafe-kafe, klub malam, dan penduduk lokal jutek yang tak mau berbahasa Inggris. Oh apakah Paris demikian mainstream?

Kadang saya kira, tidak-terlalu-mencari-referensi-tentang-kota-tujuan-wisata itu akan lebih menyenangkan. Menyisihkan prasangka serta tidak akan berharap berlebihan -sehingga tidak mungkin kecewa-. Terpenting, saya senang sekali menemukan kejutan "waah ternyata ada ini di sini, bagus banget", dibanding "oh ini toh, sama dengan yang saya lihat di buku".

Paris 2: Champs-Elysees

Membaca Paris itu banyaak sekali. Berbekal Lonely Planet sejak jauh hari ternyata tidak cukup membuat saya sakti. Petunjuk tanpa gambar mempersulit pemahaman saya -dalam hal ini apakah buku Thomas Cook lebih bagus?-. Deskripsi netral pada setiap objek juga mempergalau(?), ke mana saya harus memilih. Beberapa bahkan tidak relevan, atau karena buku saya kadaluarsa ya. Misalnya disebutkan banyak tentang Parisian, sedangkan kami nyaris tidak menemukannya.

Jika membacanya demikian rumit, menuliskan Paris lebih rumit lagi. Kelompok draft ini pun menjadi rekor paling lama tidak terselesaikan. Lebih dari sebulan sejak kami ke Paris Desember tahun lalu.

Lebih malas, biarkan foto-foto menceritakannya...

Paris 1: Eiffel

Katanya Paris itu ikonik Eropa, belum lengkap punya visa Eropa kalau belum pernah menginjak Paris. Katanya Paris itu kota paling indah sedunia. Katanya Paris paling banyak dikunjungi, paling diidam-idamkan seluruh penduduk bumi.

Akhirnya kami berkesempatan (baca: memaksakan kehendak) berlibur ke Paris. Saya senang senang senaang sekali. Mari kita buktikan mitos-mitos Paris di atas.