Rabu, 28 Desember 2011

Visa (Schengen) Nasional Polandia

Dari banyak persiapan buat ketemu PapaMi di Warsaw, bikin visa adalah hal paling ribet. Mulai dari mengumpulkan dokumen sampai bolak-balik ke Jakarta. Dan saya ga suka Jakarta. Panas, macet, nyasar.. Namun dibandingkan cerita orang yang bikin visa di kedutaan Amerika Serikat yang ditolak berkali-kali, pengalaman saya ini tidaklah seberapa.

Sabtu, 26 November 2011

Mencintamu adalah Bahagia

Tidak sekalipun terpikir memilikimu, terlebih mencintamu.
Secepat ini.
Ketika Tuhan mencipta, nyatanya tidak bersama satu ruang cinta dalam hati saya, buatmu.
Kosong. Kenapa kamu harus di sini?
Hingga satu pagi di Januari..
Ruang itu belum juga hadir.

Dan kita dipisah.
Kamu meninggalkan saya yang belum mengenal adamu.
Saya ingin melihatmu, sekali.
Selangkah demi selangkah, menemukanmu.

Kamu yang kecil, tertidur.
Dengan jarum-jarum menusuk, menyambung banyak selang menyanggamu.
Kamu masih belum bisa minum.
Kamu menangis.
Mengalirkan deras di mata saya. Tak henti.

Akhirnya.
Kamu harus kuat, Cinta.
Ya, saya mulai mencintamu. Saya yakin saya sangat mencintamu. Dan saya akan selalu mencintamu.
Perjuanganmu telah membuka ruang cinta dalam hati saya, begitu luas buatmu.

...

Kini. Lebih dari sepuluh waktu.
Kamu di sini. Tumbuh, sehat, dalam peluk kami.
Kamu main, lucu, jatuh, berantakan, tertawa.
Semua tentangmu yang menakjubkan.

Mencintamu adalah bahagia.
Cepat sembuh ya Cinta.

Minggu, 20 November 2011

Segelas Jus Sirsak

Musim penghujan. Seperti setahun lalu, pohon sirsak kita berbuah banyak sekali. Seperti setahun lalu, buahnya manis menunggu matang, setengah asam, beberapa jatuh, beberapa membusuk. Namun tidak seperti setahun lalu, tidak ada kamu yang memanjat, melempar sebuah sirsak besar dan sekumpulan semut ke kepala saya. Tidak seperti setahun lalu, yang setiap hari selalu ada kamu, dan selalu ada segelas sirsak, bahkan ketika tak tersisa makanan apa-apa lagi di rumah.


Saya ingin mengirimimu segelas jus sirsak. Kala jingga temani matahari terbenam. Saya ingin kita meminumnya sama-sama, untuk berbagi cerita, mengeluh, merenung, mengkhayal, dan tertawa. Tanpa sadar kamu hampir menelan bijinya. Itu karena saya malas membuangnya satu-satu.

Saya ingin mengirimimu segelas jus sirsak. Melintas benua, dalam senja yang mulai temaram. Saya ingin kamu menghabiskannya, segelas, walau masam karena gulanya tinggal sedikit. Saya akan terus memperhatikan mukamu. Lucu.

Maka, inilah kebersamaan kita, kebahagiaan bagi saya. Tidak perlu menunggu kamu pergi untuk tau kamu selalu di sini. Di hati.


Dan segelas jus sirsak ini, teristimewa buat sang pemilik hati.

Sabtu, 19 November 2011

Roti

Suatu ketika kami sedang beramai-ramai mencotek laporan praktikum.
Saya menuliskan tanggal di laporan. 19 November.
Budi, bukan nama sebenarnya, tiba-tiba kaget. "Jadi hari ini tanggal 19 November?"
Saya ikutan kaget. "Iya. Memang kenapa?"
"Berarti tadi pagi saya makan roti kadaluarsa."
...
Saya speechless.


Kamis, 10 November 2011

Hujan, bagian dua

Saya hanya akan pulang. Karena rumah saya jauh. Karena hari keburu sore. Karena saya malas bermacet-macet. Dan dia mau ikut, mengantar saya pulang. Katanya saya juga sudah mengantarnya ke kantor pos. Saya senang saja, bisa ada teman.

Siang yang cerah telah berganti hujan. Saya tidak membawa payung, tidak pernah berniat. Malah dia bawa payung, meski hanya cukup buatnya sendiri. "Cowo ko bawa payung?" tanya saya. Menurutnya, ga penting kenapa cowo harus risih dengan payung. Bukankan cewe dan cowo sama-sama bisa kehujanan tanpa payung?

Kami pun berlari menerobos hujan. Berdesakan di bawah payung kecilnya.  Deras air membasahi kami juga, bersatu dengan cipratan becek di jalan-jalan berlubang. Kuyup. Kami cuma bisa tertawa.

Buat saya, hujan selalu menyertakan kisah. Kadang mengharukan. Banyak menakjubkan.

Kami naik bis Damri no 9. Penuh. Dia memberikan tempat duduknya buat ibu-ibu, merelakan lebih dari satu jam berdiri. Saya kagum. Ketika banyak bapa-bapa gendut mempertahankan pantatnya, pura-pura tidur, tak menghiraukan nenek-nenek, ibu hamil, atau anak balita yang nangis-nangis kecapean berdiri, ternyata saya punya teman yang baik.

Hujan belum juga reda, memaksa kami berteduh di sini, berdua. Setiap tetes air yang turun mengalirkan cerita. Tentang dia yang menghabiskan seliter susu dan jadi diare sewaktu ujian. Tentang saya yang curious pada kandungan kimiawi ee ayam hingga memakannya. Tentang kami yang sama-sama solat di salman demi air minum gratis. Tentang teman-teman kami. Tentang banyak hal dalam pandangan kami.


Saya mengenalnya lama, beberapa tahun di kelas yang sama, di kelompok praktikum yang sama. Namun daripada curhat, kami lebih sering berdebat. Kadang dia memang menyebalkan..

Kecuali di suatu hari saat hujan. Dia menjaga saya, di bawah payungnya.

panas


based on true story. waktu SMA.

seorang cowo (co): kamu ko ga pake jilbab?
seorang cewe (ce): ga ah. panas.
co: kan lebih panas di neraka..

Senin, 10 Oktober 2011

3 bulan 1 minggu 2 hari lagi

3 bulan 1 minggu 2 hari lagi menuju 19 Januari, mengakhiri masa long distance relationshit ini, insyaAllah akan bertemu papa.

Terlepas bahwa cinta itu naik turun. Terkadang konflik, tapi sisanya semua menyenangkan. Konfliknya pun kebanyakan karena saya sendiri juga, hasil kebodohan saya, moody, dan saya yang sering memunculkan kesalahpahaman. Maaf ya papa. Gimanapun juga, meski se-bete apapun, ga akan pernah ada yang berubah. Saya akan selalu sayang papa.

Komunikasi yang terbatas membuat kangen begitu menyesakkan. Harus sejauh ini terpisah jarak. Harus selama ini menunggu waktu bertemu lagi.. Saya sebenarnya ga bisa ga bareng papa. Tak terungkapkan oleh kata, berpuluh cerita rindu.

Beruntung di sini ada Dede Hilmi, yang semakin lama semakin menunjukkan kalau Dede mirip papa. Saya jadi merasa ada papa kecil yang bisa dipeluk kapan aja. Sedikit banyak telah mengobati kangen ini.

3 bulan 1 minggu 2 hari lagi. Semoga bisa berlalu cepat untuk ketemu papa..

Dede juga belajar elusidasi struktur, kaya papa


Senin, 19 September 2011

Jodoh di Tangan Tuhan

Ingat quote dari Mario Teguh. Jodoh itu di tangan Tuhan. Kalau kita tidak mengambilnya akan tetap berada di tanganNya.

Dan mekanisme jodoh itu juga rahasia Tuhan. Betapa banyak skenario drama cinta manusia. Semuanya menarik, seru, romantis, mengharu biru. Subhanallah.

Salah satu skenario romantis Tuhan itu dialami teman saya. Sebut saja namanya Bunga, ngeceng cowo cool nan pinter, sebut saja NF, yang kepintarannya mendadak tersohor ke seantero sekolah tiga bulan menjelang UN. Konon NF ini sakti membuat teman-teman yang bego jadi dapet nilai ulangan fisika dan matematika di atas 100. Maka, Bunga suka pura-pura belajar demi setiap hari bareng NF. Meskipun menurut saya Bunga ini jomplang kl jalan bareng NF (hehe maaf ya) namun Tuhan merestui bertahun-tahun perjuangan cinta Bunga. Keduanya berjodoh, menikah dengan bahagia.

Skenario yang lain dialami Budi - bukan nama sebenarnya, ngeceng dan pacaran berkali-kali belum juga menemukan kekasih hatinya. Selama itu Budi ga sadar kalau sahabatnyalah yang paling cocok, paling mengerti dirinya. Maka, tidak berlama-lama lagi Budi menikah dengan sahabatnya, jodoh yang ternyata dekat dengannya.

Sedangkan skenario Tuhan untuk sahabat saya, namanya disamarkan menjadi Shizuka, adalah jadian sama Nobita. Jaman dulu saya suka menggosipkan mereka, sama-sama berisik, sama-sama konyol. Dan kemarin lusa Shizuka itu kirim email, katanya akan menikah. Kejutan yang buat saya terharu, gembira, sesuatu-banget. Berasa saya yang akan menikah (lagi). Saya sudah lupa gimana perasaan saya waktu itu. Seneng-stres-sedih.


Saya berharap boleh ikutan mempersiapkan pernikahan mereka. Saya pengen mengulang seru dan ribetnya detail-detail itu. Saya doakan juga semoga lancar-lancar semuanya. Niat baik pasti akan dikabulkan.

Ya saya sangat percaya bahwa jodoh di tangan Tuhan. Tetapi seperti kata Papa, kita sendiri juga yang seolah memilih dan menentukan jodoh kita. Jadi, kawan berjuanglah untuk cinta!