Minggu, 20 November 2011

Segelas Jus Sirsak

Musim penghujan. Seperti setahun lalu, pohon sirsak kita berbuah banyak sekali. Seperti setahun lalu, buahnya manis menunggu matang, setengah asam, beberapa jatuh, beberapa membusuk. Namun tidak seperti setahun lalu, tidak ada kamu yang memanjat, melempar sebuah sirsak besar dan sekumpulan semut ke kepala saya. Tidak seperti setahun lalu, yang setiap hari selalu ada kamu, dan selalu ada segelas sirsak, bahkan ketika tak tersisa makanan apa-apa lagi di rumah.


Saya ingin mengirimimu segelas jus sirsak. Kala jingga temani matahari terbenam. Saya ingin kita meminumnya sama-sama, untuk berbagi cerita, mengeluh, merenung, mengkhayal, dan tertawa. Tanpa sadar kamu hampir menelan bijinya. Itu karena saya malas membuangnya satu-satu.

Saya ingin mengirimimu segelas jus sirsak. Melintas benua, dalam senja yang mulai temaram. Saya ingin kamu menghabiskannya, segelas, walau masam karena gulanya tinggal sedikit. Saya akan terus memperhatikan mukamu. Lucu.

Maka, inilah kebersamaan kita, kebahagiaan bagi saya. Tidak perlu menunggu kamu pergi untuk tau kamu selalu di sini. Di hati.


Dan segelas jus sirsak ini, teristimewa buat sang pemilik hati.

4 komentar:

  1. kalopun ga di buang bijinya tetep manis karena ada mama :p

    BalasHapus
  2. aihhhh...tulisannya so sweet, komennya yang pertama juga ^^
    jadi ikut senyum berbunga-bunga bacanya :)

    BalasHapus
  3. Aaaaargh! kalau gue nikah nanti, isi blog gue berbunga2 kaya gini kali ya???? Sekarang juga udah berbunga2 sih….Bunga raflesia arnoldi T.T

    BalasHapus
  4. terimakasih semuanya. jd malu. *blush blush
    @Mba Dian, pasti suka nulis surat cinta juga buat papanya Dito kaan?
    @Pea, hahaha. tapi raflesia arnoldi kan bunga langka, harus bangga Pe :D

    BalasHapus