Kepribadian orang memang tidak bisa digeneralisir berdasarkan negara
atau suku bangsa. Tetapi budaya kan ada, berbeda, dan menarik. Silakan
mengambil pelajaran, kebaikan, dari publikasi independen saya berikut tentang Korea Selatan dan warganya, setelah setahun melakukan penelitian subjektif dan tidak ilmiah. Hehehe.
1. Kecantikan dan penampilan
Pasti sudah tahu ya kalau produk kosmetik, klinik kecantikan dan operasi plastik jamak ditemui di sini. Kecantikan dan penampilan sangatlah penting. Mereka --apalagi di kota besar seperti Seoul-- benar-benar fashionista: berbusana modis dengan trend yang up to date, rapi seperti baru, serta berganti secara berkala. Mustahil menemukan satu orang Korea memakai jaket down kusut dan belel yang dipakai setiap hari sepanjang musim dan dipakai lagi musim dingin tahun berikutnya. Padahal saya dan orang-orang di Eropa biasa saja melakukannya, tidak pernah ambil pusing. Kalau di Korea sekedar beli minum di warung pun wajib make-up-an. Cermin-cermin dipasang tidak hanya di toilet umum, tapi juga di tembok subway dan tempat-tempat publik,. Salon berjajar, bahkan bersebelahan, ada di mana-mana, namun semuanya ramai pengunjung.
iklan klinik operasi plastik di mana-mana (gambar dari rt.com) |
Kecantikan dan penampilan baik diupayakan demi mendapat karir cemerlang, demi status sosial, dan demi menghindari judgement buruk di lingkungan. Padahal menurut saya mereka sudah cantik dari genetik, tetapi senegara ini terobsesi dengan standar estetikanya sendiri -walau sebagian merasakannya sebagai tekanan-. Jika seorang di tv sedang terkenal, terlihat sempurna dan memesona, semua orang lalu menjadikannya standar. Ini juga menuntut mereka untuk selalu sama, seragam sehingga kadang ignorant terhadap warna-warni dunia.
2. Adiksi gadget.
Pasti setuju juga kalau Korea Selatan dinobatkan sebagai salah satu negara high tech. Mulai dari pintu apartemen digital, nomor antrian fastfood, supermarket virtual, sampai wifi gratis dan internet tercepat di dunia. Dampaknya, 80 % pengguna smartphone di Korea mengalami kecanduan. Jamak menemukan orang-orang Korea berjalan tanpa berpaling dari ponselnya atau makan bareng di resto sambil masing-masing sibuk dengan ponsel. Survei juga menunjukkan mereka tidak bisa berpisah dari gadget, sehingga kegiatan personal, interaksi sosial, dan waktu tidur berkurang.
Unik lagi, penggunaan browser senegara ini harus internet explorer. Banyak website pemerintah, akun bank, organisasi, dan situs belanja memerlukan installer khusus yang ga akan bisa diakses di chrome atau firefox. Padahal mah ya, haree geneeh.
3. Segala serba imut.
Di negara hi tech, lumrah iklan, peringatan, dan informasi publik disampaikan dengan teknologi canggih, kebanyakan dengan animasi. Iya, orang Korea itu so cute. Walau peringatan keras tentang hal-hal super bahaya, tetap dibuat cute melalui animasi. Semua orang --tidak hanya anak-anak-- tampak sangat menyukai kartun. Bahkan seorang ahjussi lumrah saja menggantungkan boneka Line atau aksesoris Larva di tasnya. Selain bahwa pria dewasa di sini memang tidak masalah memakai baju pink atau sepatu polkadot.
kalau peringatan berkendara di Indonesia dengan pasang disturbing picture,
di sini dengan animasi lucu Larva
4. Sigap menghadapi cuaca.
Kalau titik-titik gerimis atau salju flurries kecil mulai jatuh, segera payung warna-warni berkibaran. Semua orang menggunakan payung. Semua! Meski langit biru cerah dan kurang sepuluh menit gerimis berhenti. Memang orang Korea tidak suka basah. Apalagi panas. Mereka sedia kertas, kipas, topi besar, bahkan payung untuk menghalau sinar matahari. Demi kulit putih mulus.
topi anti UV |
5. Lebih mudah menemukan toilet umum gratis daripada tempat sampah.
Kalau toilet umum berharga 1 GBP di London, 2 EUR di Venice, dan tidak pernah gratis di tempat umum di Indonesia, maka Korea Selatan adalah pengecualian. Toilet umum gratis, mudah tersedia, banyak, sehingga tidak mengantri, dilengkapi interior modern dan canggih, paling penting: bersih! Di subway, di museum, di taman, di hiking trails, you name it, mencari toilet umum tidak pernah semudah ini.
Pencarian penuh misteri adalah tempat sampah. Padahal membuang sampah sembarangan jelas dilarang, tetapi sulit sekali menemukannya, di jalan, di taman, di tempat wisata. Sering saya memilih masuk toilet cuma untuk buang sampah. Jadi, sejak tahun 1995 tempat sampah umum sengaja ditiadakan. Seharusnya kita menyimpan dulu sampah, dibawa pulang, nanti dibuang di rumah dalam keresek khusus. Retribusi sampah di Korea memang dibayar dengan membeli keresek khusus sehingga pembayaran sampahnya volume-based. Buat saya rumit, kalau sedang jalan lalu makan eskrim, makan pisang, atau makanan tidak dihabiskan, sampah yang basah dan kelamaan bau itu harus dibawa-bawa. Lalu, tidak aneh jika sampah bergeletakan mulai menjadi pemandangan sehari-hari. Namun, rencananya dalam waktu dekat pemerintah akan memfasilitasi kembali tempat sampah umum di pusat-pusat keramaian. Semoga secepatnya.
keresek berbayar di Chuncheon untuk sampah makanan (hijau) dan sampah umum |
Bukan cuma di drama, bromance memang biasa bagi semua orang Korea. Temanan laki-laki berjalan berangkulan atau makan berdua. Saya pernah beli wafel bersama dua orang mahasiswa, satu beli rasa coklat, lainnya beli rasa stroberi, mereka lalu saling mencicipi dengan tangan saling menyuapi. Romantis gimanaa gituu.
7. Tidak seindah drama Korea
Tidak semua drama Korea indah siy. Banyak yang berakhir tragis, sedih, baper deh. Kenyataan juga demikian: jam kerja yang panjang, tuntutan hasil yang tinggi, materi sekolah yang berat, les fulltime, persaingan, gengsi, judgement. Hasil membaca media, negara ini pengkonsumsi alkohol urutan satu, tingkat bunuh diri tertinggi, kecanduan game online, sampai banyak warganya rela menukar status sosial dan kemapanan demi melarikan diri dari tekanan hidup di Korea.
Buat saya, Korea Selatan itu love-hate relationship. Tetapi mengingat bisa berlibur akhir pekan, bersepeda ke sungai, belanja dan makan bibimbab, berperjalanan ke kota, selalu bertiga bersama saling menguatkan, maka nikmat Tuhan yang manakah yang saya dustakan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar