Senin, 05 September 2011

membuat paspor

Seandainya bikin paspor bisa semudah bikin KTP, tinggal minta surat keterangan dari RT RW, dateng ke kelurahan, bayar 15 ribu, ga pake ngantri,,

Nyatanya membuat paspor itu ribet, terlebih buat saya yang juga harus membuat paspor untuk de Hilmi yang masih bayi. Kalau gamau ribet siy ada opsi melalui biro jasa a.k.a calo. Tapi harganya akan melambung dua kali lipat. Maka buat saya sang pekerja serabutan yang gajinya ditangguhkan mulu, tentu akan memilih opsi pertama. he.

Berikut share pengalaman membuat paspor di kantor imigrasi kelas I Bandung, Jalan Surapati no 82 Bandung.

Sebelumnya harus disiapkan dokumen-dokumen potokopi KTP, KK, akta kelahiran atau ijazah, dan surat nikah bagi yang sudah menikah. Sedangkan untuk bayi atau anak di bawah 17 tahun harus disiapkan potokopi akta kelahiran, KTP orangtua, KK, surat nikah orangtua, dan paspor orangtua.

9 agustus 2011

Tiba di kantor imigrasi sekitar jam 8. 40. Berdasarkan cerita papa, saya harus beli map dulu di kantin kecil yang usahanya emang tampak cuma jualan map dan sampul paspor. Saya beli dua @ 10 ribu. Saya kemudian ke loket form, minta dua formulir permohonan paspor dan form khusus untuk anak yang harus diisi orangtua (form ini akan dikasih jika dan hanya jika bilang ke petugas kalau mau bikin paspor untuk anak).

Tadinya saya berniat sedikit curang. Minta no antrian dulu baru mengisi formulir. Tapi gagal. Dokumen diperiksa dulu sama satpam yang jaga no antrian. Jadilah saya ngisi dulu formulir tadi, nempelin dua materai, dan melampirkan dokumen-dokumen yang disiapkan.

Saya mendapat no antrian 85 dan 86.

Beruntung banyak no dipanggil yang ga ada orangnya, mungkin no calo. Beruntung juga saya ga kebagian "peak season" kaya papa dulu, dateng jam 8 selesai jam 5. Saya kan menunggu bareng dede. Walau bareng nenek juga, tapi kasian kalau lama-lama dede pasti nangis ga betah.

Jam 10 lewat saya sudah dipanggil. Tadinya saya mau membuat paspor 24 halaman. Selain harganya lebih murah, toh saya ga akan sering-sering ke luar negeri. Tapi ga bisa ternyata. Paspor 24 halaman katanya khusus buat TKI. Saya terpaksa memilih paspor 48 halaman. Saya menyerahkan berkas permohonan dan mendapat kertas tanda terima yang bertuliskan tanggal saya harus kembali untuk pembayaran, foto, dan wawancara, tiga hari lagi.

12 agustus 2011

Berusaha datang sepagi mungkin, jam 8.15 saya mendapat no antrian 79 dan 80. Ternyata orang-orang sudah stand by dari jam setengah 7. Padahal kantor imigrasi baru buka jam 8.

Per 20 nomor dipanggil ke loket pembayaran. Berarti saya kebagian kloter keempat. Ketika tiba panggilan 61-80, saya berikan no antrian dan kertas tanda terima permohonan paspor yang dikasi sebelumnya. Saya dan dede menunggu. Setelah dipanggil nama, saya bayar 2x @ 255 ribu (tarif pembuatan paspor 200 ribu, foto 55 ribu). Saya menunggu lagi buat dikasi kwitansi. Setelah itu, selesailah tahap pembayaran. Kami pun menunggu lagi lumayan lama untuk sesi pemotretan.

Mas mas fotografernya tampak ga niat. Ketika banyak orang udah ke salon, mematut diri ber-make up, sampe rambut dikeriting rasa sosis ayam, ternyata fotonya biasa aja (konotasi positif dari buruk nian). De Hilmi yang sudah cape nunggu sampe nangis cuma difoto sekali jepret, dengan ekspresi melongo liat mouse yang nyala-nyala. Tangan saya yang megangin badan dede pun keliatan di foto. Buruknya...

Setelah foto, saya direkam sidik jari. Untuk de Hilmi tahap ini diskip. Baru deh maju tahap selanjutnya, interview. Oia untuk anak di bawah umur harus dihadiri kedua orangtua. Karena papa ga mungkin dateng ya harus melampirkan surat kuasa. Hmmm menurut saya, interview ini formalitas saja. Kalaupun tujuan saya ke luar negeri untuk distribusi morfin, saya pasti lulus-lulus juga.

Satu lagi, karena saya bukan PNS atau pegawai swasta, saya diminta membuat surat bermaterai yang menyatakan pekerjaan saya sebagai ibu rumah tangga. Setelah itu, selesai, dengan kertas bertuliskan tanggal pengambilan paspor. Maka, waktu proses pembuatan paspor seluruhnya adalah dua minggu.

23 agustus 2011

Sesuai tulisan di kantor imigrasi bahwa jadwal pengambilan paspor adalah jam 13-16, kami berangkat dari rumah jam 12, berharap dapat antrian awal. Karena tiba di jam istirahat, kami pun menunggu satpam yang jaga komputer yang biasa mengeluarkan print out no antrian. Ternyata pengambilan paspor ga perlu no antrian, tinggal tancepin aja kertasnya di paku di loket pengambilan. Dem. Kertas yang tertancap di paku ternyata sudah menumpuk.

Tepat jam 13 tumpukan kertas itu diambil petugas. Taraaaa... hanya menunggu 10 menit saya sudah dipanggil dan memperoleh paspor. Kesimpulannya, di antara tiga kali ke kantor imigrasi, jelas saya paling favoritkan bagian ini. Cepat sekali.




2 komentar:

  1. mama beruntung bikin paspornya cepet, da papa mah barengan sama yg mau umroh, penuhnya minta ampun...

    BalasHapus
  2. nanti lagi kalau papa sudah kaya bikin paspornya pake calo aja :D

    BalasHapus