Kalau kamu mau berkunjung ke Warsaw, boleh hubungi saya. Pasti saya ajak ke Old Town, atau Stare Miasto dalam bahasa Polandia, wisata sejarah Warsaw abad ke-13 yang jauh lebih menyenangkan dibanding ke museum. Selama Perang Dunia II, hampir seluruh Old Town hancur, tetapi dibangun kembali dengan sangat baik sesuai aslinya sehingga menjadi bagian dari UNESCO World Heritage. Sepanjang tahun, sepanjang hari, Old Town selalu ramai wisatawan, banyak galeri, toko souvenir, kafe, restoran, hingga sinema.
Berikut adalah detail Old Town, sebagian foto diambil dari warsawtour.pl
Kamis, 29 November 2012
Senin, 26 November 2012
Kangen Mamaa
Masih tersimpan utuh dalam ingatan; wajah muda Mama, dan saya yang pernah sekecil itu. Dulu saya pasti sangat merepotkan ya? Menguntit Mama setiap hari setiap waktu. Menangis, merengek, memanggil-manggil. Meminta bantuan untuk segala hal sepele. Tak mampu bangun bertumpu dengan kedua kaki sendiri. Apalagi saya susah makan, hanya mau kerupuk dan kembang gula. Ah, kalau saya jadi Mama, betapa lelah dan muak. Tetapi Mama sabar meladeni saya, mengajarkan kebaikan.
Kini waktu sudah bertumbuh. Lama berganti. Saya bahkan telah mampu terbang. Saya punya rumah, keluarga, dan teman-teman. Saya merasa memiliki dunia dan bahagia.
Kelak suatu hari langit mungkin runtuh. Tak menyisakan apa-apa, siapa-siapa. Namun saya percaya Mama tidak akan lepas memeluk saya. Lebih dari doa, cinta sepanjang masa. Di ruang manapun, di waktu kapanpun, saya merasakan Mama. Sejauh apapun saya tidak pernah mengembara sendirian.
Kangen Mamaaa..
Kini waktu sudah bertumbuh. Lama berganti. Saya bahkan telah mampu terbang. Saya punya rumah, keluarga, dan teman-teman. Saya merasa memiliki dunia dan bahagia.
Kelak suatu hari langit mungkin runtuh. Tak menyisakan apa-apa, siapa-siapa. Namun saya percaya Mama tidak akan lepas memeluk saya. Lebih dari doa, cinta sepanjang masa. Di ruang manapun, di waktu kapanpun, saya merasakan Mama. Sejauh apapun saya tidak pernah mengembara sendirian.
Kangen Mamaaa..
ternyata saya ga punya foto berdua Mama |
*Melihat Dede, banyak refleksi saya. Namun menjadi Mama, saya terus saja gagal.
Jumat, 16 November 2012
inspirasi
Saya menulis; senang, sedih, marah, menumpahkan lewat kata. Meski tak terbaca, gagal dimengerti. Biar saja, toh curhat saya sudah tuntas berbusabusa. Bahagia saya sudah dibagi, disimpan untuk menghibur kalau saya sedih nanti. Hanya lega. Sama sekali bukan untuk dimuat di Kompas Minggu. Walau, oh, honor satu juta, kapan ya? Hihi.
Papa juga meminta saya tetap menulis. Dan Pea yang sesungguhnya menginspirasi. @vierachmawati.
Papa juga meminta saya tetap menulis. Dan Pea yang sesungguhnya menginspirasi. @vierachmawati.
Sabtu, 10 November 2012
Bukan Jalan ke Surga
Saya punya pisau dapur, bukan pisau daging. Apartemen saya di lantai dasar. Di sini racun serangga tidak dijual bebas, apalagi diazepam. Dengan apa saya bisa mati, yang tidak menyakitkan?
Kesedihan nyatanya telah membunuh jiwa saya pelan-pelan. Saya tidak utuh lagi. Maka saya perlu mati, memutus derita tak berkesudahan ini.
Demi cerita yang dramatis, saya melarikan diri. Pada badai salju. Pada malam paling dingin. Saya sudah memilih taman putih yang sepi. Saya tidak akan ditemukan sampai beberapa hari, setidaknya sampai salju mencair dan bau mayat tercium ke pemukiman.
...
Kemudian. Saya tidak mengira surga. Setelah bunuh diri bukankah harus ke neraka? Lalu bagaimana bisa neraka harum sup wortel, potongan seledri, dan kaldu gurih begini? Saya pun melihat malaikat, wajah kecil yang tersenyum mengantarkan mangkuk. Dua malaikat. Ini benar surga.
Silau matahari mengalir dari jendela dekat kepala saya. Apakah di surga juga ada pagi? Saat burung-burung mampir mencari serpihan roti. Di rumah senyaman ini. Semua barang tertata rapi. Lantainya bersih mengkilap. Tempat tidur dan selimut dakron hangat sekali. Ah, saya tidak mau meninggalkan surga.
Dua malaikat itu terus saja tersenyum. Kini mendekat. Semakin jelas keduanya bercahaya, cinta. Saya sangat ingin memeluknya. Berbagi bahagia. Namun ternyata pergelangan tangan saya sakiit sekali, luka.
...
Sekalipun berimaji, saya tidak ingin bunuh diri.
Kesedihan nyatanya telah membunuh jiwa saya pelan-pelan. Saya tidak utuh lagi. Maka saya perlu mati, memutus derita tak berkesudahan ini.
Demi cerita yang dramatis, saya melarikan diri. Pada badai salju. Pada malam paling dingin. Saya sudah memilih taman putih yang sepi. Saya tidak akan ditemukan sampai beberapa hari, setidaknya sampai salju mencair dan bau mayat tercium ke pemukiman.
...
Kemudian. Saya tidak mengira surga. Setelah bunuh diri bukankah harus ke neraka? Lalu bagaimana bisa neraka harum sup wortel, potongan seledri, dan kaldu gurih begini? Saya pun melihat malaikat, wajah kecil yang tersenyum mengantarkan mangkuk. Dua malaikat. Ini benar surga.
Silau matahari mengalir dari jendela dekat kepala saya. Apakah di surga juga ada pagi? Saat burung-burung mampir mencari serpihan roti. Di rumah senyaman ini. Semua barang tertata rapi. Lantainya bersih mengkilap. Tempat tidur dan selimut dakron hangat sekali. Ah, saya tidak mau meninggalkan surga.
Dua malaikat itu terus saja tersenyum. Kini mendekat. Semakin jelas keduanya bercahaya, cinta. Saya sangat ingin memeluknya. Berbagi bahagia. Namun ternyata pergelangan tangan saya sakiit sekali, luka.
...
Sekalipun berimaji, saya tidak ingin bunuh diri.
Kamis, 08 November 2012
tentang ini lagi
Tuhan, maafkan saya. Pada ruang ini saya gagal. Terlalu gelap. Ah, alibi. Sesungguhnya menyerah pada sepi, mengasihani diri sendiri. Saya sudah mengemis pada satu satu etalase. Mereka mengusir saya.
Tuhan, maafkan saya. Menimpakan marah kepada rumah yang tidak pernah bersalah. Mencoba merobohkan cintanya yang bertumbuh, bertahun menjaga saya dalam hangat. Mata saya buta. Betapa Engkau telah menurunkan malaikat di sana. Cukuplah bahagia kami saja.
Tuhan, maafkan saya. Mohon jauhkan saya dari kesiasiaan ini. Saya tidak akan lagi meminta dunia mengulurkan tangan. Sayalah yang seharusnya tegar. Saya akan lulus pada ruang ini, pada ujianujian nanti. Sebelum diciptakan kesulitan, bukankah telah diciptakan juga penyelesaiannya?
Tuhan, hanya saya ingin selalu dekat denganMu, dalam damai. Karena ketenangan datang hanya dariMu. *Dan kegalauan adalah karena ketololan saya melupakanMu*
Mulai hari ini bolehkah semuanya kembali baik lagi?
Tuhan, maafkan saya. Menimpakan marah kepada rumah yang tidak pernah bersalah. Mencoba merobohkan cintanya yang bertumbuh, bertahun menjaga saya dalam hangat. Mata saya buta. Betapa Engkau telah menurunkan malaikat di sana. Cukuplah bahagia kami saja.
berbahagia dengan cara kami sendiri |
Tuhan, maafkan saya. Mohon jauhkan saya dari kesiasiaan ini. Saya tidak akan lagi meminta dunia mengulurkan tangan. Sayalah yang seharusnya tegar. Saya akan lulus pada ruang ini, pada ujianujian nanti. Sebelum diciptakan kesulitan, bukankah telah diciptakan juga penyelesaiannya?
Tuhan, hanya saya ingin selalu dekat denganMu, dalam damai. Karena ketenangan datang hanya dariMu. *Dan kegalauan adalah karena ketololan saya melupakanMu*
Mulai hari ini bolehkah semuanya kembali baik lagi?
Langganan:
Postingan (Atom)