Senin, 12 Maret 2012

Masyarakat Kota = Individualis ??

Sebagai cewe gaul Bandung, saya sering menggunakan bus Damri, bus Madona trayek Cililin - Cileunyi, atau KRD (Kereta Rel Diesel) bareng karung-karung sayur dan sebelahan sama kambing. Transportasi massal tersebut benar-benar "massal"; sesak, panas, pegel, ga karuan, membuat penumpang saling berkompetisi rebutan tempat duduk. Maka, mencari tempat lebih sejuk adalah pilihan tepat: gelantungan di pintu bus atau tiduran di atap gerbong, dengan bonus bebas ditagih ongkos.

ini Damri dan KRD di Bandung

Jadi ingat doktrin ppkn waktu SD, bahwa karakteristik masyarakat kota adalah individualis, tidak saling tolong-menolong. Artinya, kalau pengen dibilang orang kota ya harus individualis, termasuk di kendaraan umum. Sering saya melihat nenek tua, ibu hamil yang usia hamilnya pasti lebih dari 7 bulan, bayi dan balita yang digendong, ikut berdesak-desakan masuk pintu bus atau kereta, ga ada yang berinisiatif mempersilakan mereka duluan. Belum lagi mereka harus berdiri sepanjang jalan, bertahan dalam bus yang ugal-ugalan karena ga ada yang bersedia beramal ngasi tempat duduk, malah pura-pura tidur. Miris. Orang Indonesia yang katanya berbudi pekerti luhur ternyata hanya cerita legenda belaka.

Di eropa sini, di ibukota, yang semua orangnya sudah jelas adalah masyarakat kota justru jauh lebih baik.

  • orang Poland itu ramah. Meski dalam hal ini ramah tidak didefinisikan dengan murah senyum. Jika di bank, di cafe, di kasir, di manapun di Indonesia standard operating procedure-nya harus senyum, di Poland semuanya akan tampak cemberut. Di sini orang baik-baik itu menjalankan tugas dengan muka serius, karena ekstrimnya yang suka senyum-senyum itu pemabuk. Namun, karena saya kemanapun selalu sama Dede, tiap ketemu orang Poland pasti mereka senyum, godain Dede, menyapa. Walau saya orang asing yang akhirnya saling berbahasa isyarat.
  • selalu diberi tempat duduk. Setiap naik bus, tram, atau metro, sepadat apapun, orang pertama yang melihat Dede pasti cepat menawarkan tempat duduk. Bahkan pernah yang menawarkan tempat duduknya adalah nenek-nenek. Jadi malu. Di sini kakek-nenek masih aktif dan kuat jalan-jalan sendiri, termasuk saat suhu minus 20-an, serta mereka berjalan lebih cepat dari saya. 
ini bus dan tram di Warsaw


  • tawaran membawakan barang. Saya dan papa pernah belanja banyak, digotong berdua, dan terlihat rempong. Kami ditawarkan bantuan oleh seorang anak muda. Hehe. Kami juga masih muda siy, seharusnya masih kuat, jadi kami menolak. Saya terharu lagi. Selama saya hidup, berapa kali saya melihat orang kerepotan membawa banyak belanjaan, sekali pun saya belum pernah kepikiran buat menawarkan bantuan. Sekarang Tuhan menunjukkan betapa berharganya menawarkan bantuan, sekecil apapun.
  • hal-hal kecil lainnya. Beberapa kali sepatu dede lepas, syalnya jatuh, dan topinya ketinggalan. Tiket saya juga pernah terbalik jadi ga bisa masuk stasiun metro. Selalu ada yang membantu kami yang membuat saya menyimpulkan kalau orang Poland itu baik dan mengajarkan indahnya berbagi kebaikan.

Sesuai diskusi saya dan papa, seharusnya ada revisi di buku SD kami, atau memang sudah? Individualis - sosialis itu bukan karakteristik masyarakat kota - desa, tapi bergantung pribadi masing-masing. Kalau kita senang bersama orang-orang baik, mulailah menjadi pribadi yang baik, dari diri sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar